Andrian, seorang pria sukses dengan karir cemerlang, telah menikah selama tujuh tahun dengan seorang wanita yang penuh pengertian namun kurang menarik baginya. Kehidupan pernikahannya terasa monoton dan hambar, hingga kehadiran Karina, sekretaris barunya, membangkitkan kembali api gairah dalam dirinya.
Karina, wanita cantik dengan kecerdasan tajam dan aura menggoda yang tak terbantahkan, langsung memikat perhatian Andrian. Setiap pertemuan mereka di kantor terasa seperti sebuah permainan yang mengasyikkan. Tatapan mata mereka yang bertemu, sentuhan tangan yang tak disengaja, dan godaan halus yang tersirat dalam setiap perkataan mereka perlahan-lahan membangun api cinta yang terlarang.
Andrian terjebak dalam dilema. Di satu sisi, dia masih mencintai istrinya dan menyadari bahwa perselingkuhan adalah kesalahan besar. Di sisi lain, dia terpesona oleh Karina dan merasakan hasrat yang tidak terkonfirmasi untuk memiliki wanita itu. Perasaan bersalah dan keinginan yang saling bertentangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Bab 34: Melinda dan Pertarungan Hati
Di sebuah rumah yang megah terletak di jantung kota, Melinda berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya yang tergerai. Meskipun wajahnya terpancar kecantikan dan keanggunan, hati Melinda dipenuhi oleh kepedihan dan kemarahan. Ia bukan hanya wanita yang kecewa, ia adalah seorang istri pertama yang merasa posisinya terancam oleh Karina, yang kini menjadi istri kedua suaminya, Andrian.
Karina sudah menjadi bagian dari hidup Andrian selama beberapa bulan yang lalu, dan perasaannya terhadap Andrian tampak semakin kuat. Melinda tahu betul sikapnya yang menggoda dan menawan. Itulah sebabnya, setelah mengetahui bahwa suaminya telah menikahinya, Melinda bertekad untuk tidak kalah. Dia tidak akan membiarkan Karina merebut Andrian darinya.
Hari itu, Melinda memutuskan untuk menghadapi Karina. Ia mengunjungi kantor Andrian tanpa pemberitahuan, sebuah langkah yang berani dan berisiko. Saat Melinda memasuki ruangan, aroma parfum Karina yang manis langsung menyambutnya. Melinda menemukan Karina duduk di belakang meja kerja Andrian, tersenyum manis dan terlihat sangat nyaman.
"Bu Melinda," sapa Karina dengan nada sopan, namun ada nada tantangan dalam suaranya.
"Karina," jawab Melinda tegas, menghampiri sekretaris itu dengan langkah mantap. "Kita perlu berbicara."
Tanpa melihat ke arah Andrian, yang sedang mengerjakan proyeknya di sudut ruangan, Melinda melanjutkan, "Kamu tahu, semua ini tidak adil. Kamu bukan hanya seorang pelakor, tapi juga berusaha untuk mempengaruhi Mas Andrian."
Karina tersenyum, tampak tidak terpengaruh dengan nada provokatif Melinda. "Itu bukan salahku, Bu Melinda. Andrian dan aku saling mencintai."
Mendengar kalimat itu, Melinda tidak bisa menahan diri. Ia melayangkan tamparan telak ke wajah Karina. Suara itu menggema di ruangan, dan Andrian terkejut, menatap dengan mata melebar.
"Ini adalah peringatan," ucap Melinda, suaranya bergetar antara marah dan menantang. "Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah kalah darimu. Dan aku akan berjuang untuk menyingkirkan mu dari hidup Andrian."
Karina tersentak, namun ia segera memulihkan diri dan menatap Melinda dengan penuh keyakinan. "Jika cinta Andrian padaku sejati, maka kamu tidak akan bisa melakukan apa pun, Bu Melinda. Cintanya tidak bisa dipaksa."
Melinda dan Karina saling beradu tatap, dua wanita yang berjuang untuk cinta yang sama, dalam permainan yang tidak adil. Karina, yang menampilkan pesona dan kepintaran, dan Melinda, yang dipenuhi dengan kemarahan dan tekad.
Andrian, melihat ketegangan yang mengisi ruangan, merasa terjebak di antara dua wanita yang sangat berbeda. Ia mencintai Melinda, tetapi juga merasa terhubung dengan Karina. "Tolong, jangan saling menyerang seperti ini." Akhirnya ia bersuara.
"Melinda, kamu tidak berhak melakukan tindakan seperti itu, kepada Karina."
Melinda menatap Andrian dengan mata yang penuh kekecewaan. "Tentu aku berhak melakukannya. Dia sudah merusak rumah tangga kita."
Melinda keluar dari ruangan dengan kepala tegak, menyisakan Karina yang bingung dan Andrian yang terpuruk dalam dilema. Rasanya, pertarungan antara mereka baru saja dimulai. Dalam hati Melinda, ada satu keyakinan, ia akan melakukan segala cara untuk memenangkan kembali cinta suaminya, termasuk menghadapi Karina dengan segala yang dimilikinya.
***
Terimakasih yang sudah menyempatkan waktu untuk baca cerita ini 😉
Gimana tanggapan kalian soal Melinda yang sudah berani? Berikan komentar
Tinggalkan jejak sesudah membaca, komen, share, like dan follow ❤️
Dukung penulisnya agar semangat untuk melanjutkan ke bab berikutnya ❤️
Jangan bosan-bosan ya hehe
heheheh mF cmn sekedar.....
asli sakit aku baca nya nasib melindaaa
dn Adrian buta