Kehidupan Weni semakin memburuk semenjak dia menikah dengan Aldi Wijaya. Weni mengira dia akan bahagia dengan pernikahan nya dengan Aldi, tetapi semua nya salah.
Hingga Weni memutuskan untuk pergi karena sudah lelah dengan semua nya.
"Maaf aku menyerah, dan aku akan pergi sesuai keinginan kamu"
Weni Widjadja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar
5 Bulan kemudian.
Semua nya terasa berlalu begitu cepat, bahkan selama kepergiannya Weni sama sekali tidak memberi kabar pada Keluraga dan sahabat nya.
"Hana, bagaimana di Restoran?" tanya Bunda Kirana.
"Semua baik-baik saja, Bun. Dan alhamdulillah semakin hari semakin naik pemasukan kita" jawab Hana tersenyum senang.
"Syukurlah kalau begitu, bagaimana rencana mu yang akan membuka cabang?" tanya Bunda kembali.
"Besok aku akan meninjau ke lokasi nya bersama Zidan. Jika cocok maka kita akan membuka nya disana" jawab Hana kembali.
Bunda mengangguk dengan tersenyum bangga, usaha Putri dan sahabat nya sudah semakin berkembang pesat.
Bahkan beberapa bulan terakhir Restorannya banjir orderan.
Bunda menatap ke arah luar jendela dengan sendu, lalu ia menghela nafas nya dengan kasar.
"Bunda kenapa?" tanya Hana pura-pura, karena ia juga tahu bahwa sang Bunda sedang memikirkan Weni.
"Bunda rindu dengan Weni, sampai saat ini dia tidak ada memberi kabar apapun pada kami" jawab Bunda lirih.
Hana mendekati Bunda Kirana, lalu ia memeluk nya dengan sayang.
"Bunda harus yakin bahwa Mbak Weni itu akan baik-baik saja, mungkin saat ini dia tidak ingin di ganggu siapapun" ucap Hana tersenyum lembut.
"Mungkin kamu benar, Nak. Bunda harap dia akan baik-baik saja" balas Bunda Kirana.
Hana lalu menganggukan kepala nya dan melepaskan pelukannya. Setelah itu, Hana bercerita untuk mengalihkan sang Bunda agar tidak sedih.
Hana dan Bunda tertawa dengan renyah, mereka terus saja bercerita sampai lupa waktu. Biasanya dari mereka akan mengunjungi Bunda dan Ayah Weni bergantian, mereka akan menghibur ataupun menemani mereka di Rumah nya.
Hingga tiba-tiba dering ponsel Bunda berbunyi, lalu mereka menghentikan pembicaraannya.
"Siapa ya, kok gak ada nama nya" ucap Bunda bingung.
"Gak apa angkat aja Bun, siapa tahu penting" balas Hana.
Lalu Bunda menganggukan kepala nya.
"Halo" ucap Bunda.
"Bundaaaaaa" pekik seorang wanita
"Yaampun, Nak. Apa benar ini kamu? Kemana saja kamu, Weni?" tanya Bunda dengan air mata bahagia nya.
"Maafkan aku Bun, aku baru ngasih kabar sekarang pada kalian. Jangan khawatir, aku disini baik-baik saja dan aku sehat selalu" jawab Weni dengan ceria.
"Lalu kenapa nomor mu tidak aktif? Membuat khawatir saja" omel Bunda dengan gemas.
"Aku jual ponsel nya, hehe" gurau Weni dengan terkekeh.
"Kau ini ada-ada saja" ucap Bunda dengan menghela nafas.
Mereka bertukar kabar dan cerita dengan begitu panjang, bahkan Hana tersenyum melihat wajah sang Bunda yang sudah kembali ceria.
Lalu Weni dan Hana berbicara masalah Restoran dan yang lainnya. Hana merasa sangat bahagia bisa mendengar suara Weni lagi.
Setelah panggilan selesai, Bunda tersenyum senang saat melihat sang Suami masuk dengan di antar oleh Zidan.
"Kenapa kamu Bun?" tanya Ayah Cokro
"Barusan Weni ada menghubungi, Ayah" jawab Bunda Kirana bahagia.
"Wahh benarkah? Kenapa katanya tidak ada kabar?" tanya Ayah antusias.
"Ck, kayak gak tau aja anak itu, Yah. Dia itu seperti mendiang Kakak mu yang selalu bikin heboh dan khawatir" gerutu sang Bunda.
"Ahh aku sudah tebak, pasti dia begitu" tebak sang Ayah dengan terkekeh.
Zidan dan Hana tersenyum melihat ke harmonisan orang tua dari Weni.
"Maaf ya, kami selalu saja begini" ucap Bunda tak enak pada Hana dan Zidan.
"Tidak apa, Bun. Kalau begitu kami permisi dulu ya" pamit Hana sopan.
"Yaudah, hati-hati ya. Terimakasih" balas Bunda memeluk Hana sebentar.
Lalu Hana dan Zidan keluar dari Rumah minimalis tersebut. Mereka akan kembali ke Restoran.
Zidan mengendarai mobil nya dengan wajah penasaran, ia lalu menatap Hana dengan serius.
"Emang tadi Mbak Weni ada kabar, Mbak?" tanya Zidan.
"Iyaa, dia tadi nelepon Bunda" jawab Hana cuek.
"Ohh syukurlah, aku kira Bunda hanya bercanda" ucap Zidan terkekeh.
"Ck, kau ini" gerutu Hana menampar lengan Zidan pelan.
***
Sedangkan di Rumah Ayah Cokro, dia kembali menelpon sang Putri.
Tut.
"Halo, Bun" ucap Weni
"Apa kabar Putri bandel?" tanya Ayah dengan menahan kesal.
"Hehe Ayah, kabar aku baik. Aku hebat bukan? Tante Qiqi memang jago Yah" jawab Weni dengan menahan tawa nya.
"Kirimkan alamatmu, Nak. Bunda dan Ayah akan kesana, Ayah akan berbicara penting padamu" ucap Ayah serius.
"Baiklah, nanti aku kirimkan. Aku tunggu kedatangan kalian" balas Weni bahagia.
"Yaudah Ayah tutup dulu ya" ucap Ayah dengan lembut.
"Iyaa Ayah" balas Weni
Tut.
"Gimana, Yah?" tanya Bunda mengulum senyuman.
"Dia itu sama menggemaskan nya kayak kamu, Bun" jawab Ayah dengan menghela nafas.
Tawa sang Istri pecah saat mendengar ucapan Suami nya.
Lalu mereka masuk ke kamar untuk istirahat.
"Lusa kita akan kesana, kita akan menceritakan semua nya pada diri nya" ucap Ayah
"Bener, Yah?" tanya Bunda antusias.
"Iyaa, nanti Hana , Vio dan Dise suruh nginap disini selama kita pergi" jawab Ayah.
Mereka memutuskan istirahat sebentar sebelum nanti makan malam.
Sedangkan di Restoran, Hana menceritakan bahwa Weni ada kabar nya dan itu membuat Vio serta Dise heboh.
Mereka berjingkrak bahagia dan rencana nya mereka akan berlibur kesana kalau sudah banyak uang.
"Mbak , kita harus rajin nabung nya yaa" ucap Dise dengan semangat.
"Iyaa, oh iyaa Vio, besok kamu handel disini ya soalnya aku dan Zidan akan pergi ke lokasi" ucap Hana.
"Iyaa Mbak" jawab Vio patuh
Lalu mereka kembali ke pekerjaannya masing-masing. Restoran The'W semakin maju dan banyak pengunjung.
Zidan dan ke 3 koki lainnya kadang kewalahan jika sudah hari weekend ataupun jam makan siang.
Tetapi mereka begitu menikmati perannya masing-masing. Bahkan karyawan di Restoran tersebut sudah banyak, dan mereka menerapkan kerja shif agar tidak terlalu lelah.
Hana di bagian Manager, Vio dan Dise di bagian kasir. Sedangkan Amar dan Diki bertugas memeriksa semua pekerjaan di belakang.
Sedangkan Zidan, dia jadi kepala Koki disana. Mereka di atur sedemikian rupa oleh Weni, tetapi mereka juga tidak berlaku semena-mena dan sombong.
Hana pernah mendengar bahwa Restoran Bu Mia sempat oleng dan hampir bangkrut, dia semakin sombong dan angkuh.
Bahkan Bu Mia sering keluar Kota bahkan Negeri bersama dengan Ibu-ibu Sosialita nya.
Tetapi Hana seolah tuli dan tidak perduli, dia tidak ingin berurusan kembali dengan wanita sombong itu.
**
Pagi hari nya, Hana dan Zida sudah siap untuk ke lokasi. Mereka akan membuka cabang yang masih ada di Kota B.
Kalau pembukaan ini berhasil, baru Hana dan Bunda Kirana akan membuka di luar Kota B.
Hana terus saja membahas semua nya dengan Zidan, ia dan semua nya akan sebisa mungkin mengembangkan usaha Weni.
.
.
.
yg gak baik itu bram sama Weni dan keluarga nya
kalo orang jahat pasti saling mendukung sesama penjahat