Vior terlahir mempunyai kemampuan melihat makhluk tak kasat mata, namun Vior menyembunyikan kelebihannya itu karena takut dianggap gila.
Bagaimana jadinya jika Vior dihadapkan dengan para arwah penasaran yang meminta tolong kepadanya? dan Vior harus mengungkap misteri kematian tak wajar para arwah penasaran itu.
Akankah Vior sanggup menolong para arwah itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 Kontrakan Hantu
Selama proses belajar, Vior merasa tidak nyaman karena Dion terus saja memperhatikannya. "Pak Dion kenapa sih, lihatin aku terus?" batin Vior.
Entah kenapa Vior merasa tatapan Dion sangat menyeramkan. 2 jam pun berlalu, mata kuliah Dion sudah selesai dan Vior cepat-cepat membereskan alat tulisnya lalu menarik tangan Caramel untuk segera keluar dari dalam kelas. "Astaga, pelan-pelan Vior. Lagi pula mau ke mana sih buku-buku banget," kesal Caramel.
"Sudah jangan banyak bicara, buruan," sahut Vior dengan terus menarik tangan Caramel.
Dion terus memperhatikan Vior, ujung bibirnya sedikit terangkat. Saking buru-burunya, Vior tidak melihat jalan sampai-sampai dia menabrak seseorang.
"Astaga, kamu punya mata gak sih?" bentak Deril.
"Ah, maaf Kak gak sengaja," ucap Vior.
"Vior, Caramel, kalian mau ke mana?" teriak Valdo yang berlari menghampiri mereka.
"Kita mau pulang, Kak," sahut Caramel.
"Kok cepat banget mau pulang, masih siang ini. Bagaimana kalau kita nongkrong dulu, kebetulan kita mau ke cafe Deril," ajak Valdo.
"Apaan sih Do, kok jadi ngajak mereka?" kesal Deril.
"Memangnya kenapa? biar seru," ucap Deki.
"Maaf Kak, kalau begitu kita pulang dulu ya. Nongkrongnya lain kali saja," ucap Vior.
Vior pun kembali menarik tangan Caramel, Lagi-lagi dari kejauhan Dion memperhatikan Vior. "Jangan ada yang ganggu Vior," batin Dion.
"Vi, kok kamu nolak ajakan Kak Valdo sih? asyik tahu nongkrong di cafe, aku belum pernah tuh nongkrong di cafe-cafe seperti itu," kesal Caramel.
"Kamu gak lihat kalau Kak Deril gak mau kita ikut, lagipula aku malas berhadapan dengan Kak Vanilla dan Kak Sandra, nanti mereka salah paham lagi," sahut Vior.
Vior pun memakai helm dan mulai menaiki motornya. "Ayo naik, kita nongkrong di rumah saja," ucap Vior.
Dengan wajah cemberut, Caramel pun akhirnya menuruti perintah Vior. Diperjalanan, Vior dan Caramel melihat seorang pemuda kira-kira berusia sepantaran Deril, Valdo, dan Demi sedang duduk termenung di sebuah trotoar. Pemuda itu membawa ransel besar dan juga sebuah dus, entah apa isinya.
"Vi, kakak itu kasihan sekali. Bagaimana kalau kita hampiri dia," usul Caramel.
Vior menganggukkan kepalanya, lalu dia pun menepikan motornya di depan pemuda itu. "Maaf Kak, kakak sedang apa di sini?" tanya Vior.
Pemuda itu mendongakkan kepalanya. "Aku sedang mencari kontrakan Mbak, aku baru saja datang dari kampung dan pertama kalinya datang ke kota. Aku bingung harus ke mana, rencananya aku mau cari kerja di sini tapi sebelumnya aku sedang mencari kontrakan yang murah dan terjangkau. Gak apa-apa kontrakan jelek pun, yang penting ada tempat untuk tidur," sahut pemuda itu.
Vior dan Caramel saling pandang satu sama lain. "Kontrakan murah di mana?" ucap Caramel.
Vior dan Caramel mulai berpikir, hingga tidak lama kemudian Caramel ingat sesuatu. "Vi, di belakang rumah kita 'kan ada kontrakan, sepertinya itu kontrakan murah," ucap Caramel.
"Maksud kamu kontrakan Bu Ratih? yang di dekat pemakaman umum itu?" seru Vior.
"Iya."
"Tapi 'kan kontrakan itu sudah lama tidak diisi, memangnya Bu Ratih masih menyewakan rumah itu?" tanya Vior.
"Aku juga gak tahu," sahut Caramel.
"Di tempat Mbak, ada kontrakan kosong ya?" tanya pemuda itu.
"Ada sih Kak, tapi kontrakan itu sudah lama tidak dihuni dan kata tetangga, di kontrakan itu banyak hantunya," sahut Vior.
"Gak apa-apa, asalkan kontrakannya murah. Kebetulan aku tipe orang yang tidak takut sama hantu," ucap pemuda itu mantap.
Vior dan Caramel kembali saling pandang satu sama lain. "Ya sudah, kakak ikut kita saja soal harga itu kakak bisa bicarakan dengan Bu Ratih," sahut Vior.
"Baiklah, tapi aku naik apa?" tanya si pemuda.
Caramel celingukan, lalu dia pun melambaikan tangan ke arah ojek pengkolan. Seorang tukang ojek segera datang. "Kakak naik ojek saja dan ikuti kita dari belakang," ucap Caramel.
"Oke."
Pemuda itu pun mengikuti Vior dan Caramel dari belakang. Hingga tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di depan rumah Vior. Pemuda itu segera membayar ojeknya. "Sebentar ya, Kak, aku simpan motor dulu," ucap Vior.
"Iya."
Setelah Vior memasukan motornya ke dalam rumah, Vior dan Caramel pun mengantar si pemuda ke rumah Bu Ratih. Jarak rumah Vior ke rumah Bu Ratih lumayan jauh karena posisinya mereka beda RT. Setelah 10 menit berjalan, mereka pun sampai di depan rumah Ratih.
"Assalamualaikum, Bu Ratih," ucap Vior.
Pintu rumah pun terbuka. "Waalaikumsalam. Vior, ada apa?" tanya Bu Ratih ramah.
"Ini Bu, ada orang yang mencari kontrakan. Aku lihat kontrakan milik ibu masih kosong," sahut Vior.
"Halo Bu, perkenalkan aku Dodi. Aku sedang mencari kontrakan murah," ucap Dodi.
"Silakan duduk dulu."
Mereka pun duduk di kursi yang ada di teras rumah Ratih. "Aduh, bagaimana ya Nak Dodi, bukanya saya tidak mau mengontrakan rumah itu, tapi kontrakan itu sudah lama kosong karena tidak ada yang mau mengontrak di sana katanya mereka sering diganggu oleh hantu," jelas Bu Ratih.
"Tidak apa-apa Bu, aku tidak akan takut sama hantu yang penting untuk saat ini aku punya tempat tinggal soalnya aku sudah bingung, mau ke mana lagi," sahut Dodi.
"Begini saja, Nak Dodi sekarang ikut dulu sama ibu untuk melihat kontrakan itu. Takutnya Nak Dodi kecewa," usul Bu Ratih.
"Baik, bu."
"Vior, Caramel, kalian mau ikut?" tanya Bu Ratih.
"Boleh," sahut Vior dan Caramel secara bersamaan.
Mereka pun mengikuti Ratih menuju kontrakannya, kontrakan Ratih berada di belakang rumah Vior hanya terhalang oleh perkebunan kosong. Kontrakan itu terdiri dari tiga kontrakan, namun meskipun sudah lama tidak diisi Ratih selalu membersihkannya jadi kontrakan itu terlihat bersih. Dodi melihat kesekelilingnya, kontrakan itu diapit oleh kebun kosong dan pemakaman umum.
"Busyet, serem banget kontrakannya pantas saja tidak ada yang mau ngontrak di sini," batin Dodi.
Sebenarnya Dodi bukan orang yang pemberani, dia mengatakan seperti itu supaya dia bisa ngontrak di sana. Untuk saat ini Dodi tidak berpikir soal hantu, yang penting dia dapat tempat untuk tinggal. "Bagaimana Nak Dodi?" tanya Bu Ratih.
"Tidak apa-apa Bu, aku mau ngontrak saja di sini daripada aku tidur di jalanan," sahut Dodi.
"Serius, Nak?" tanya Bu Ratih meyakinkan.
"Serius Bu, jadi berapa Bu harganya?" tanya Dodi.
"Begini saja, Nak Dodi tinggal dulu di sini satu bulan gratis, jika setelah satu bulan Nak Dodi betah, Nak Dodi bisa hubungi saya lagi. Tapi jika dalam waktu satu bulan Nak Dodi tidak betah, tidak apa-apa tinggal bilang juga sama saya," sahut Bu Ratih.
"Serius, Bu?" Dodi merasa tidak percaya.
"Iya, saya serius," sahut Bu Ratih.
"Terima kasih, Bu."
"Kamu bisa pilih, kontrakan mana yang mau kamu tempati dan ini kuncinya," ucap Bu Ratih sembari memberikan kunci kontrakan itu.
"Sekali lagi, Terima kasih Bu."
"Sama-sama, kalau begitu saya pamit dulu."
Ratih pun pergi meninggalkan ketiganya. "Busyet, siang saja sudah horor apalagi malam," ucap Caramel.
"Kak Dodi yakin mau tinggal di sini?" tanya Vior.
"Yakin, Terima kasih ya karena kalian sudah membantu aku."
"Sama-sama Kak, kalau begitu kita juga pamit dulu. Semoga kakak betah di sini dan tidak ada gangguan apa pun," ucap Vior.
"Aamiin."
Vior dan Caramel pun mulai melangkahkan kakinya. "Tolong aku!"
Seketika Vior menghentikan langkahnya, dia mendengar dengan jelas orang yang meminta tolong. Namun Vior merasa jika itu bukan manusia melainkan setan. Vior tidak mau menengok ke belakang, dia pun dengan cepat segera menyusul Caramel.
pak dion juga ada aja jawabannya/Facepalm//Facepalm/
ingat ok dosen gaib sudah diperingatkan sama pak dion kalo tetep gak mau pergi juga ya jangan salahkan dion jika di buang secara paksa
pak pak udah beda dunia pak..
mending bapak ngajarin tuyul supaya ngga nyri lagi, pocong supaya ngga melompat² pak capek liat nya melompat² trus si kunti bisa ngga suruh silent jangan berisik ganggu pak...
si wowo suruh pakai skincare biar agak putihan...