NovelToon NovelToon
Pelukan Mantan Ketua Gangster

Pelukan Mantan Ketua Gangster

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Model / Romansa / Gangster / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

Florin, yang baru saja mengalami patah hati, secara tidak sengaja bertemu dengan Liam, mantan ketua gangster yang memiliki masa lalu kelam. Dia terjebak dalam hasrat cinta semalam yang membuat gairah itu terus berlanjut tanpa rencana. Namun saat hubungan mereka semakin dalam, masa lalu Liam yang gelap kembali menghantui, membawa ancaman dan bahaya dalam kehidupan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Rumah kaca bertingkat yang besar berdiri megah diseberang pantai. Dengan arsitektur yang didominasi oleh dinding kaca yang memantulkan cahaya matahari pagi yang menyilaukan mata. Bangunan itu terlihat modern dan elegan, dengan garis-garis minimalis yang berpadu sempurna dengan lingkungan alam sekitarnya.

Florin dan Liam baru saja keluar dari rumah itu, disambut oleh angin laut yang berhembus lembut, menggerakkan rambut Florin yang panjang terurai. Pasir putih menyelimuti area sekitar rumah, suara desiran ombak yang menghantam pantai menjadi latar suara yang mengisi keheningan disana.

Tak jauh dari tempat mereka berdiri, sebuah mobil sport mewah berwarna merah metalik terparkir di atas permukaan kerikil yang rata. Florin merasa ada sesuatu yang berbeda, dia ingat dengan jelas mobil yang dikenakan oleh Liam sebelum ini. Dan pastinya bukan mobil yang sekarang.

"Apa dia membeli mobil baru?" batin Florin memandang pada Liam yang sudah membukakan pintu mobil untuknya. Florin merasa sedikit canggung saat menginjakkan kakinya ke dalam mobil. Kursi mobil yang dilapisi kulit lembut memberikan kesan nyaman dan eksklusif, dengan aroma khas mobil baru yang tercium kuat. Dia yakin itu adalah mobil baru.

Liam menutup pintu dengan lembut begitu Florin duduk, dia bergegas masuk ke sisi pengemudi. Mobil sport mewah itu mengaum pelan ketika mesin dinyalakan, meluncur keluar dari halaman rumah kaca yang megah dan melaju di atas pasir putih, meninggalkan jejak roda memutar sebelum mobil itu berada di jalan beraspal.

Sejuk. Florin membuka kaca mobil, merasakan angin sepoi-sepoi yang menyentuh kulitnya. Dia menikmati anginnya sebentar sebelum kemudian memandang Liam dan bertanya, "Liam, apa kau baru membelinya?"

Senyum tipis terlukis dari sudut bibir pria itu, dia tahu apa yang dimaksud baru oleh Florin. Mobilnya. Liam menjawab dengan matanya yang tetap fokus lurus ke jalan, "Ya, kau suka?"

"Hemmm.. bagaimana ya, kalau aku bilang tidak suka apa kau akan menggantinya?" Florin ikut tersenyum ingin bercanda dengannya.

"Tentu, aku akan langsung menggantinya. Kau ingin mobil apa? Pagani? Bugatti? Atau Rolls-Royce?"

Florin tertegun sebentar, dia tak menyangka pria itu akan menyikapi ucapannya dengan menawarkan mobil mahal dan mewah yang harganya berkali-kali lipat dari harga rumahnya. "Tidak, tidak. Aku hanya bercanda."

Sudut bibir Liam kembali naik melihat tingkah Florin yang menggemaskan di matanya.

Jalan beraspal yang panjang dengan pemandangan laut di sisinya. Florin melihat keluar, menyelami keindahan yang terbentang luas di hadapannya, namun pikirannya tiba-tiba teringat pada kejadian semalam. Dia melirik Liam beberapa kali namun tak kunjung bertanya.

"Ada apa? Kau ingin mengatakan sesuatu?" tanya Liam tiba-tiba membuat dirinya terkejut.

"Itu..," suaranya agak gemetar, tapi Florin memberanikan diri untuk bertanya. "Liam.. pria yang menculik ku—dia mengatakan sesuatu tentangmu.. apa kau membunuh seseorang?"

Suasana dalam mobil tiba-tiba berubah. Liam tampak tenang, namun ada sedikit kekakuan dalam caranya menggenggam setir. Tatapannya terasa lebih tajam dari sebelumnya.

"Ya," jawab Liam singkat dengan nada tenang namun tegas.

Florin terdiam sejenak, mencoba memproses jawaban yang dia terima. Ada rasa takut yang berusaha ditepisnya, ditambah lagi ada pertanyaan lain yang sudah menumpuk dalam benaknya. Dia ingin bertanya lebih lanjut tentang hal itu—tentang Liam yang telah membedah seseorang hidup-hidup, tapi membayangkannya saja sudah membuat perutnya sedikit mual.

Keheningan melanda mereka sebentar begitu pemandangan laut yang indah itu menghilang, Liam melirik ke arah Florin, matanya sedikit melunak sebelum berkata, "kau takut padaku?"

Florin menoleh dengan cepat, tidak ada keraguan dalam suaranya. "Tidak. Aku tidak pernah takut padamu, tidak sekalipun." Dalam benaknya, Liam adalah sosok yang memberikan kehangatan yang intens lebih dari siapapun di masa lalu nya.

Ketegangan mulai mereda, suasana itu diinterupsi oleh bunyi ponsel yang terhubung ke mobil.

Tetua.

Panggilan masuk dari Tetua terpapar di layarnya. Liam menekan tombol jawab tanpa ragu untuk menerima panggilan. Tak ingin menyembunyikan apapun dari Florin.

Suara seorang pria tua terdengar tegas dari speaker mobil. "Kau dimana?"

"Dalam perjalanan ke kota, aku ingin mengantarnya pulang." Liam melirik pada Florin saat mengucapkan kalimat terakhir, mata mereka bertemu.

"Temui aku di tempat biasa setelah itu."

"Untuk?"

Tut. Tut. Panggilan berakhir.

Liam mendengus protes, "kenapa dia tidak membicarakan nya di telepon saja," gumamnya pelan. Raut wajahnya tampak kecewa. Keinginannya untuk menghabiskan waktu lebih lama dengan Florin sirna.

"Tak apa, mungkin dia ingin membicarakan sesuatu yang penting." Florin tersenyum lembut mencoba menenangkan Liam.

"Huh. baiklah," lanjutnya. Sorot mata pria itu menunjukkan keengganan yang jelas.

Beralih dari sana, Florin merasa ada yang mengganjal. Suara orang di telepon tadi terasa familiar baginya, seperti suara yang pernah dia dengar di masa lalu. Tapi, sekeras apa pun dia mencoba mengingat, dia tidak menemukan petunjuk jelas.

**

Liam mengentikan mobilnya di depan gerbang rumah Florin, di mana Reiga sudah berdiri menunggu disana. Florin turun dari mobil dan melambaikan tangan pada Liam.

"Aku tak akan lama," ucap pria itu sebelum melesat pergi setelah memberi kode pada Reiga. Kode yang mengisyaratkan padanya untuk menjaga keamanan Florin.

Aroma semerbak yang sangat dikenalnya, taman rumahnya yang masih tampak cantik ditumbuhi bunga. Florin berjalan masuk setelah menyapa Reiga dengan sebuah senyuman. Namun langkahnya melambat saat Reiga memulai percakapan.

"Ada yang menunggumu di dalam, sudah hampir satu jam dia menunggu," ucap Reiga.

"Siapa?" Florin merasa penasaran, harapannya langsung melambung pada kemungkinan pamannya yang datang. Tanpa menunggu jawaban dari Reiga, dia bergegas masuk ke dalam rumah dengan langkah cepat.

Namun, semangatnya langsung memudar. Ekspresinya langsung berubah dingin dan datar saat melihat Alex duduk di sofa tamu. Pandangannya langsung tertutup begitu Dean tiba-tiba berdiri dan menghampirinya.

"Kau baik-baik saja? Kau tak terluka kan?" Tanya Dean khawatir sambil memutar tubuh Florin yang mengenakan pakaian berbeda dari kemarin, dia memastikan tidak ada goresan ataupun sesuatu yang buruk terjadi pada wanita itu.

Florin menepisnya, dia berjalan cepat menuju tangga setelah menjawab, "Aku baik-baik saja."

"Hei, tunggu." Dean berusaha mengiringi langkah Florin berharap dia berhenti dan mendengar kelanjutan ucapannya.

Tapi Florin mempercepat hentakan kakinya di tangga dan melirik tajam pada Alex begitu sampai di lantai atas, "Kenapa kau membiarkannya masuk? Kau tau aku tak ingin melihatnya lagi." Florin membanting pintu kamarnya dengan keras, mengekspresikan kemarahannya.

Dean menatap Alex dan Florin yang sudah menghilang, "Hah.. Kenapa dia tidak ingin mendengarkan dulu." Dean kembali turun dan menghampiri Alex, dia meminta maaf pria itu sekaligus berterimakasih mewakili Florin.

"Maaf, kau tau betul bagaimana sikapnya. Mengingat apa yang sudah kau lakukan padanya aku berada di pihaknya tapi apa yang kau lakukan kemarin aku sangat berterimakasih padamu.

"Ya, aku mengerti. Aku bersyukur dia baik-baik saja."

Dean melirik ke pinggangnya, "Bagaimana lukamu?"

"Itu bukan apa-apa, hanya luka kecil." balasnya. "Ah ya, seseorang menitipkan ini saat aku didepan tadi." Alex memberikan secarik amplop yang sedari tadi di pegangnya.

"Ini—" Dean membaca nama pengirimnya. "Pamannya?" Dean terkejut dan bergegas menaiki tangga menuju kamar Florin, mengingat wanita itu yang kesulitan menghubungi pamannya.

Dean mengetuk-ngetuk pintu beberapa kali, tapi tak dibukakan. Dia melirik pada Alex yang sudah berada di ambang pintu keluar. "Dia sudah pergi, jangan kekanakan. Ada surat, sepertinya ini dari pamanmu."

Klek. Pintunya akhirnya terbuka, tangan Florin muncul di sela pintu dan dengan cepat mengambil surat itu dan menutupnya kembali.

...----------------...

1
Luka Ingin Mencintai
mampir kak...🙏, folow aku balik ya kak.../Smile/
Agus Tina
kayaknya bagus ... cuus
ros
Luar biasa
LxyHa
kasian nya si flo🥹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!