NovelToon NovelToon
Kebebasan Berahasia

Kebebasan Berahasia

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Suami ideal / Office Romance
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Jojo ans

Kanesa Alfira, yang baru saja mengambil keputusan berani untuk mengundurkan diri dari Tano Group setelah enam tahun dedikasi dan kerja keras, merencanakan liburan sebagai penutup perjalanan kariernya. Dia memilih pulau Komodo sebagai destinasi selama dua minggu untuk mereguk kebebasan dan ketenangan. Namun, nasib seolah bermain-main dengannya ketika liburan tersebut justru mempertemukannya dengan mantan suami dan mantan bosnya, Refaldi Tano. Kejadian tak terduga mulai mewarnai masa liburannya, termasuk kabar mengejutkan tentang kehamilan yang mulai berkembang di rahimnya. Situasi semakin rumit dan kacau ketika Kanesa menyadari kenyataan pahit bahwa dia ternyata belum pernah bercerai secara resmi dengan Refaldi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jojo ans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 21

Aku membaringkan Mas Adi di tempat tidur yang entah sejak kapan dibuatnya, ada sebuah ruangan seperti ruang rahasia tepat ada di balik rak kayu coklat di belakang meja kerjanya.

Ruangannya cukup luas bahkan tempat tidurnya juga.

Setelah menciumku, laki-laki itu malah lemas hampir pingsan. Bukan karena ciuman kami tapi karena luka ditangannya.

"Mas."

Tanganku terangkat untuk

membersihkan luka mengerikan di tangan Mas Adi. "Ayo kita ke rumah sakit, kamu bisa pingsan kalau gini ceritanya."

"Nggak, aku nggak mau," tolak Mas Adi sembari menahan sakit.

"Tapi..."

"Aku bilang nggak Fir."

Setelah memaksa tapi ditolak, Aku memutuskan untuk mengambil kotak P3K yang entah kenapa ada di kamar

ini juga.

Selesai memberi perban di tangan Mas Adi, ku putuskan untuk ke kamar mandi dan membersihkan tanganku serta mencuci muka. Aku menatap diriku di cermin. Astaga wajahku penuh darah yang sudah mengering begitupun dress yang kugunakan.

Aku sangat berantakan.

Aku butuh baju bersih, untungnya di ruang ini ada lemari baju yang berisi beberapa kemeja dan jas Mas Adi yang bisa kugunakan untuk untuk menutupi kekacauan ini.

Kami sampai di rumah pukul 8 malam. "Kenapa tangan kamu Di?" tanya

Mami yang memang sedang duduk menonton sinetron kesayangannya. "Biasalah bukti perjuangan lelaki mempertahankan wanitanya," ujar Mas Adi dengan pedenya.

Sementara ku lihat Mami hanya

memutar bola matanya mendengar

ucapan Mas Adi yang begitu hiperbola. "Halah, ngomong aja kalau berantem. Emang sama siapa suami kamu aduh jotos Nes?"

Kali ini Mami bertanya padaku, aku

diam karena sama sekali tidak tahu

harus menjawab apa. "Gibran Mi."

Mas Adi menjawab. "Gibran? Manager yang baru diangkat dua bulan lalu itu?" tanya Mami.

Mas Adi mengangguk. "Emang ngapain dia? Bukannya udah

punya istri?" tanya Mami penuh

selidik.

"Panjang ceritanya Mi. Esok deh Adi jelasin," ucap Mas Adi. Setelahnya Mas Adi malah menarikku ke dapur.

"Bumil harus makan," sahutnya.

Sebenarnya aku malas sekali makan malam, tapi mengingat sekarang aku lagi hamil. Akhirnya kuputuskan untuk

makan dan sesekali menyuapi Mas Adi. Suamiku itu sudah terlihat layaknya bayi besar, dasar sok jagoan. Bukannya orang eh malah cermin jadi

ninju sasarannya. "Hari Minggu kita ke Bandung ya, Mas

mau menghadap Mama sama Papa." Aku menoleh ketika Mas Adi selesai

bicara.

Terserah kamu Mas, aku mah ngikutin aja."

"Ya udah, makanannya dihabisin

ya," ucap Mas Adi sembari sesekali

mengusap sudut bibirku..

Pipiku memanas. Mas Adi kok jadi romantis gini? Untungnya dia tidak

menyadari wajahku.

Hari Minggu, Mas Adi dan mertuaku menemaniku pulang ke Bandung

untuk menemui Mama dan Papa. Ya, sekalian silahturami dengan besan kata Mami Deasye.

"Pelan-pelan aja Franki, nyang penting

sampai," peringat Papi pada salah satu supir pribadi keluarga Tano.

"Baik Pak," jawah laki-laki itu dengan

tegas.

"Mas Franki, kalau sampai pertamina

berhenti sebentar ya, saya mau

muntah."

Mas Adi menatapku dengan wajah

panik. Sebenarnya aku lebih takut kalau dia ngamuk karena aku menyebut nama supir keluarga dengan

sebutan 'Mas'. Tapi sepertinya dia tidak

menyadarinya. "Fir, kamu nggak apa-apa? Kamu sakit?

Kita tunda aja ke rumah Mama, kita ke

rumah sakit dulu."

Aku mau tertawa mendengar ucapan

Mas Adi tapi perutku semakin

bergejolak.

"Namanya hamil muda, ya mual-mual Di. Gitu aja kok nggak tahu sih," sahut

Mami dengan nada kesal. Ya, tingkah Mas Adi cukup berlebihan.

"Aku takut kamu dan anak kita kenapa-napa Fir," ujar Mas Adi masih dengan nada panik.

"Dasar bucin," ejek Papi.

"Nggak apa-apalah sama istri sendiri. kok," balas Mas Adi dengan santai.

Sudah lama rasanya aku tidak melihat perdebatan para lelaki ini.

Beberapa menit setelahnya aku yang sedang menutup mata merasakan

bahwa mobil berhenti.

"Pak Adi kita udah di depan Pertamina. nih, gimana Ibu Nyonya masih jadi mo ke Toilet?"

Aku dengar suara Mas Frangki.

"Fir," seru Mas Adi sembari menepuk pipiku pelan.

"Aku nggak bisa jalan Mas," ucapku dengan nada manja, sejujurnya semua itu bohong. Aku hanya malas berjalan

aja.

Dan benar saja sesuai dugaanku, Mas

Adi langsung menggendongku ke luar

dari mobil.

"Anak kita benaran udah jadi bucin Pi."

Aku masih sempat mendengar suara

Mami yang menertawakan tingkah bucin Mas Adi.

Mas Adi merentangkan otot-ototnya

yang tidak nyaman, tidur di mobil

memang bukan pilihan bagus.

Sementara Kanesa di sampingnya

masih tidur pulas bahkan

mendengkur.

Istrinya terlihat menggemaskan saat tidur dengan mulut yang sedikit

terbuka.

"Bangun sayang, udah nyampe."

Kanesa yang dasarnya bertubuh

mungil jadi boleh meringkup di atas kursi mobil. Beda dengan Adi yang

bertubuh menjulang.

"Hmm, Iya Mas, balas Kanesa masih dengan suara mengantuknya.

Setelah memarkirkan mobil di depan

pekarangan rumah, mereka sudah disambut dengan orang tua Kanesa yang bahkan sudah berdiri di depan

pintu rumah dengan senyuman manis.

"Besan!" teriak Mami heboh dan langsung menghampiri Mama Kanesadan saling berpelukan di depan

sana.

Sementara Papi dan Papa Kanesa hanya saling berjahat tangan dan

melempar senyum, tidak seheboh para

wanita.

"Ayuk masuk Des, aku udah masak

banyak nih," ucap Mama Kanesa sembari menggiring kami masuk ke dalam rumah.

"Iya aku juga udah sengaja lapar dari tadi, balas Mami dan mereka semua

hanya mampu melongo.

Emang ya kalau sudah seperti saudara, kadang rasa malu itu sudah tidak diperlukan lagi.

1
Kakashi Hatake
Seru banget, thor harus cepat update lagi dong!
Jojo ans: baik, besok aku update ya😇❤️
total 1 replies
Yami CB
Ada apa thor, kok masih lama update? Aku berharap cerita ini tidak berhenti sampai di tengah jalan.
Jojo ans: besok update kok😇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!