NovelToon NovelToon
The Rise Of Savior

The Rise Of Savior

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Daffa Rifky Virziano

Di tengah reruntuhan planet Zefia, Arez terbangun dari tidur panjangnya—sebuah dunia yang hancur akibat bencana besar yang dikenal sebagai Bang. Setiap seratus tahun, planet ini mengalami Reset, sebuah siklus mengerikan yang membawa kehancuran, memunculkan monster, dan membangkitkan kejahatan dari masa lalu. Dunia di mana perdamaian tak pernah bertahan lama, di mana peradaban selalu bangkit hanya untuk jatuh kembali.

Arez, seorang pahlawan yang terlupakan, bangkit tanpa ingatan tentang masa lalunya. Digerakkan oleh naluri untuk melindungi Zefia, ia harus bergabung dengan para Refor, pejuang pilihan yang memegang kekuatan elemen untuk menjaga keseimbangan dunia. Namun, Arez tidak menyadari bahwa ia adalah kunci dari siklus kehancuran yang terus berulang. Monster dan musuh dari masa lalu mengenali jati dirinya, tetapi Arez terjebak dalam kebingungan, tak memahami siapa dirinya sebenarnya.

Apakah di@ adalah penyelamat dunia, atau justru sumber kehancurannya? Apakah Arez akan berhasil?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daffa Rifky Virziano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makam

Pagi menyelimuti hutan dengan cahaya lembut yang menyusup di antara ranting-ranting pohon tinggi. Udara terasa sejuk, dan aroma embun pagi menyegarkan indra Arez serta Erlana. Api unggun mereka telah padam semalaman setelah pertempuran melelahkan melawan Wendigo, dan keduanya bangun dengan perasaan lega, meski sedikit letih.

Arez dan Erlana bangun dari istirahat mereka, bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju utara. Udara segar pagi itu menyejukkan, meskipun beban yang mereka bawa masih terasa berat.

Arez meraih tasnya dan mengambil beberapa potong daging kering. Sambil mengunyah perlahan, dia menatap ke arah Erlana yang sedang sibuk menggulung peta.

"Kamu langsung sibuk begitu nih makanan untuk mu!", Ucap Arez sambil melemparkan makanan ke arah tangan Erlana.

" Woah kaget tau," Erlana sambil menangkap makanan yang diberi. "saat ini kita tak boleh santai bukan?" Tambah erlana.

"Jadi, kali ini jalur mana yang akan kita laiui?" tanya Arez dengan suara rendah, mencoba menyegarkan pikirannya setelah malam yang panjang.

Erlana memandangi peta dengan serius. "Kita akan melewati sebuah danau... seharusnya jaraknya tidak terlalu jauh dari sini," jawab Erlana sambil menunjuk titik di peta. "Kita mungkin bisa sampai sana sebelum siang, jika kita terus bergerak tanpa hambatan."

Arez mengangguk, menenggak air dari botol minumnya sebelum berdiri. “Baiklah, aku akan melihat keadaan sekitar dulu,” ujarnya sambil berjalan ke arah pohon besar. Dengan lompatan lincah, dia mulai memanjat pohon itu, mencapai dahan yang tinggi hanya dalam hitungan detik. Dari atas, Arez melihat hamparan hijau hutan yang tampak tak berujung, tapi di kejauhan dia bisa melihat kilauan air, yang pasti adalah danau yang disebut Erlana.

“Semuanya tampak tenang. Tidak ada tanda-tanda bahaya,” kata Arez sambil turun Dari pohon.

Dari atas pohon, Arez memandangi hamparan hutan yang luas. Di kejauhan, dia bisa melihat danau yang dimaksud Erlana. Kilauan airnya terlihat damai, namun ada sesuatu yang membuatnya merasa sedikit waspada. Tetap saja, sepertinya jalur itu yang terbaik. Dia turun kembali dan menghampiri Erlana yang sudah selesai sarapan.

"Bagus," jawab Erlana sambil tersenyum tipis. "Aku rasa kita bisa mulai berangkat sekarang." Dia menutup peta dan mulai mengemas barang-barangnya. Setelah beberapa saat hening, dia berbicara lagi, kali ini dengan nada yang lebih lembut. "Arez, aku ingin meminta sesuatu."

Arez menatapnya, keningnya sedikit berkerut. "Tentu, apa itu?"

"Kita akan melewati sebuah pemakaman kecil, tidak jauh dari danau. Di sana... ayahku dimakamkan." Dia mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku ingin mampir ke sana. Sudah lama aku tidak berziarah. Lokasinya sejalur dengan perjalanan kita ke utara."

Arez menatapnya, merasa simpati..Dia mengangguk dengan mantap. "Tentu. Kita bisa mampir ke sana. Aku tidak keberatan."

Erlana tersenyum lembut. "Terima kasih, Arez. Itu sangat berarti bagiku."

Mereka pun bersiap untuk berangkat, memastikan semua perlengkapan sudah terikat di punggung dan kuda mereka. Dengan sigap, Arez melangkah maju, memimpin jalan sementara Erlana mengikutinya di samping. Angin pagi berhembus ringan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan. Saat mereka bergerak melintasi jalan setapak di hutan, Erlana mulai bercerita.

"Kau tahu, ayahku dulu seorang petarung hebat," katanya pelan, memecah keheningan di antara mereka. "Dia mengajarkanku segala yang aku tahu tentang memanah. Kami sering berlatih di hutan seperti ini."

Arez mendengarkan dengan seksama, menatap lurus ke depan tapi tetap memperhatikan setiap kata yang diucapkan Erlana. "Aku yakin dia pasti bangga padamu," jawabnya. "Kau petarung yang tangguh."

Erlana tersenyum kecil, Ada kenangan kenagan indah di matanya. "Aku harap begitu. Sejak dia pergi, aku berjanji pada diriku sendiri untuk terus berlatih. Meskipun tak ada yang bisa menggantikannya, aku ingin memastikan bahwa aku bisa menjaga diriku sendiri dan orang-orang di sekitarku."

Perjalanan mereka berlanjut, menapaki medan yang mulai menanjak menuju arah danau. Seiring mereka semakin dekat, suara gemercik air mulai terdengar di kejauhan, menandakan mereka hampir sampai. Sesekali, Arez menghentikan langkah untuk memeriksa keadaan sekitar, memastikan bahwa tidak ada ancaman seperti Wendigo yang muncul tiba-tiba.

Setelah beberapa waktu, mereka tiba di tepi danau. Airnya tenang, danau itu dikelilingi oleh pepohonan yang lebat, menciptakan suasana yang damai namun penuh misteri. Mereka berhenti sejenak untuk meneguk air dan menenangkan kuda-kuda mereka.

Arez menatap air yang jernih itu dengan penuh kehati-hatian. "Disini tenang sekali dan terasa indah,Aku suka Aroma ini."

Erlana mengangguk, memahami maksud Arez. "Aku juga merasakan hal yang sama. Mari kita terus bergerak. Pemakaman itu tak jauh dari sini."

Dengan langkah yang lebih cepat, mereka melanjutkan perjalanan, kali ini menyusuri jalan setapak kecil di tepi danau. Hati Erlana dipenuhi dengan kenangan tentang ayahnya, sementara Arez tetap fokus menjaga keamanan mereka berdua.

Tak lama kemudian, di kejauhan, terlihatlah tanah lapang yang dikelilingi beberapa batu nisan sederhana. Itulah tujuan Erlana – tempat peristirahatan terakhir ayahnya.

“Mari, Arez. Aku tunjukkan jalan ke makam ayahku.” ucap Erlana dengan lembut.

Arez mengikuti Erlana saat mereka mulai berjalan menyusuri jalan kecil yang sempit, dikelilingi oleh semak- semak dan Makam tua. Di sepanjang jalan, Erlana dengan lembut memetik bunga-bunga liar yang tumbuh di antara rerumputan. Tangannya yang halus dan terlatih memetik bunga-bunga itu dengan penuh kehati-hatian, seakan setiap kelopak yang diambil memiliki arti tersendiri.

"Kupikir bunga-bunga ini akan cocok untuk ayah," kata Erlana dengan senyum samar, suaranya hampir seperti berbisik.

Arez mengangguk, tersenyum tipis sambil terus berjalan di sampingnya. Meski jarang berbicara, dia merasakan beban emosional yang dibawa oleh sahabatnya ini.

Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah area terbuka kecil di lereng bukit. Di sana, berdiri sebuah nisan putih yang megah, menjulang dengan anggun di antara pepohonan, terlihat sangat kontras dengan kesederhanaan alam di sekitarnya. Pada nisan itu tertulis dengan huruf-huruf halus dan indah: "Exil the Fox."

Erlana menatap nisan itu dengan penuh emosi, matanya bersinar dengan perasaan campur aduk. Dia berlutut di depan makam itu, meletakkan bunga-bunga yang telah dia kumpulkan dengan penuh kasih di atas tanah di dekat nisan. Sambil menatap tulisan di nisan, dia berkata dengan suara yang lembut, namun terdengar jelas dalam ketenangan pagi itu.

“Halo, Ayah. Lama tak jumpa,” Erlana memulai, suaranya bergetar sedikit. “Maaf, aku baru sempat berziarah. Ada begitu banyak hal yang terjadi... banyak sekali.”

Arez berdiri beberapa langkah di belakang Erlana, memberikan ruang yang dibutuhkan.

Erlana melanjutkan, suaranya lebih tenang sekarang. “Ayah, ini Arez,” katanya, sambil melirik ke belakang sebentar dan memberi isyarat kepada Arez untuk mendekat. "Dia teman baruku, seorang prajurit yang hebat. Dia mengingatkanku padamu dalam banyak hal.

Arez berjalan pelan ke arah Erlana dan berhenti di sampingnya, menundukkan kepala sedikit sebagai tanda penghormatan.

"Senang bertemu denganmu, Tuan Exil," kata Arez lembut, meskipun tahu bahwa sosok di makam itu tak bisa membalas.

Erlana tersenyum samar mendengar kata-kata Arez, lalu menoleh kembali ke nisan. "Ayah, Arez sudah banyak membantuku dan aku akan membantunya. Kami sedang dalam perjalanan ke utara...Aku tahu, Ayah, kau pasti ingin mendengarku menceritakan semuanya."

Erlana berhenti sejenak, seolah sedang menata pikirannya, lalu melanjutkan, “Ayah... hidup setelah kepergianmu tidak mudah. Aku sering merasa kehilangan arah, tapi aku terus bertarung. Aku terus bertarung seperti yang kau ajarkan kepadaku.” Dia menggenggam rumput di bawahnya dengan tangan gemetar. "Setiap kali aku merasa lemah, aku selalu ingat apa yang kau katakan... bahwa keberanian itu bukan berarti tidak merasa takut, tapi tentang tetap melangkah meski takut."

Arez, yang mendengarkan dengan tenang, Dia bisa merasakan betapa dalam hubungan Erlana dengan ayahnya.

"Aku berharap kau bisa bertemu dengan Arez saat masih hidup, Ayah," lanjut Erlana dengan suara yang lebih rendah. "Dia mungkin akan menjadi seseorang yang sangat kau hargai. Aku akan membantu Arez karena dia sedang dalam masa yang sulit."

Arez tersenyum tipis, tak tahu harus berkata apa, tetapi merasa tersentuh oleh kepercayaan dan penghargaan Erlana.

"Aku hanya berharap bisa membantumu dengan cara yang sama, Erlana," akhirnya Arez berkata. "Aku tahu kehilangan itu berat... dan aku juga tahu bahwa ayahmu pasti bangga padamu. Kau telah menjadi sosok yang kuat."

Erlana menatap Arez, air mata menggenang di sudut matanya, namun senyum kecil tetap terukir di bibirnya. "Terima kasih, Arez. Kau tidak tahu betapa itu berarti bagiku."

Dia menatap kembali nisan itu dan menarik napas dalam-dalam. "Ayah, aku tidak tahu apa yang akan terjadi dalam beberapa hari ke depan. Tapi aku akan melakukannya dengan semua kekuatan yang aku punya... seperti yang selalu kau ajarkan."

Erlana akhirnya berdiri dan menatap makam ayahnya untuk terakhir kalinya sebelum mereka melanjutkan perjalanan. "Aku akan kembali lagi, Ayah," ucapnya pelan. "Aku berjanji."

Mereka berdua berbalik, meninggalkan makam dengan suasana yang lebih tenang. Hati Erlana terasa sedikit lebih ringan, seolah percakapan itu memberikan ketenangan batin yang dia butuhkan. Arez berjalan di sampingnya, tak banyak bicara, tapi kehadirannya sudah lebih dari cukup untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan.

Ketika mereka berjalan kembali menuju Utara. Arez melirik ke arah Erlana dan berkata, "Jika ada yang ingin kau ceritakan lebih banyak tentang ayahmu, aku selalu siap mendengarnya."

"Aku tidak pernah benar-benar menceritakan tentang ayahku secara rinci, bukan?" tanya Erlana.

Arez meliriknya dan menggeleng pelan. "Tidak, belum. Tapi aku tahu dia seorang Pahlawan bukan?."

Erlana tersenyum tipis. "Ya, dia memang Pahlawan."

Erlana melanjutkan ceritanya dengan suara yang lebih rendah, "Ayahku, Exil the Fox, adalah prajurit Eirene. Dia pernah memimpin pertempuran besar di Laut Biru melawan SeaWolf dan memenangkannya. Karena kecepatan dan kecerdasannya dalam bertarung, dia dijuluki 'The Fox'... dan karena kekuatan apinya yang luar biasa, dia menjadi legenda di antara pasukan Eirene. Banyak orang mengaguminya karena kemampuannya dalam menguasai ilmu pedang yang mematikan, terutama saat dia menggunakan elemen api."

Arez mengangguk, mengerti sekarang mengapa Erlana sangat berbakat dalam memanah dan kekuatan elemen api. "Dia pasti prajurit yang hebat."

Erlana tersenyum kecil, matanya masih berkabut oleh kenangan. "Ya, dia adalah pahlawan. Tapi yang tidak diketahui banyak orang adalah betapa dia juga seorang ayah yang penyayang. Dia selalu memastikan bahwa kami aman, bahkan ketika sedang sibuk dengan tugas-tugasnya di Eirene."

"Dia adalah orang yang hebat", Jawab Arez dengan wajah Kagum.

Erlana Tersenyum dan melanjutkan "Kami dulu tinggal di desa kecil, sekitar empat jam perjalanan dari wilayah ini. Tempat itu sangat indah, dikelilingi hutan seperti ini, tapi sekarang... semuanya sudah berubah."

"Kenapa berubah?" tanya Arez, nadanya pelan namun penuh rasa ingin tahu.

Erlana menarik napas dalam-dalam "Desa kami diserang oleh monster delapan tahun lalu. Dengan tiba-tiba, tanpa peringatan. Kami tidak punya cukup waktu untuk melarikan diri atau bahkan melawan."

Arez menatapnya, matanya menunjukkan empati. "Apa yang terjadi?" Tanya Arez dengan serius "Monster apa yang menyerang desa kalian?" tanya Arez, sedikit mencondongkan tubuh ke arahnya.

Wajah Erlana sedikit mengeras saat dia mengingat kembali peristiwa mengerikan itu. "Seekor Ice Dragon. Makhluk raksasa dengan sisik seputih salju dan nafas dingin yang bisa membekukan apa saja yang disentuhnya. Serangannya sangat dahsyat. Desa kami hancur total dalam beberapa Menit. "

Arez mendengarkan dengan penuh perhatian, membayangkan kekacauan yang pasti terjadi saat itu. "Dan ayahmu...?"

"Ayahku berusaha menahan naga itu. Dia menggunakan seluruh kekuatan apinya untuk melindungi orang-orang dan melawan monster itu. Aku masih kecil saat itu, hanya anak 10 tahun, tapi aku ingat betul bagaimana dia berdiri di depan kami semua, membakar apa pun yang mencoba mendekat. Tapi... kekuatan Ice Dragon terlalu besar. Bahkan dengan kemampuannya, Ayah tidak bisa menahan serangan naga itu selamanya."

Arez bisa merasakan betapa berat beban kenangan itu bagi Erlana. "Jadi... dia mengorbankan dirinya?"

Erlana mengangguk, suaranya mulai bergetar. "Dia memberikan hidupnya untuk menyelamatkan kami. Saat itulah aku melihatnya untuk terakhir kalinya. kami terus berlari dari desa, aku dan beberapa orang yang selamat pindah ke kota Trevia, di mana aku tinggal sampai sekarang."

Arez menundukkan kepalanya, menghormati ingatan tentang Exil. "Dia pasti sangat bangga padamu, Erlana. Kau tumbuh menjadi sosok yang kuat, seperti dirinya. Dan meskipun dia tidak lagi di sini, aku yakin dia masih menjagamu."

Erlana tersenyum kecil, "Terima kasih, Arez. Itu sangat berarti bagiku."

Arez menepuk bahu Erlana dengan lembut. "Kau tidak sendirian. Jika ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu, aku akan selalu ada di sini."

Erlana menatap Arez dengan penuh rasa syukur, lalu menatap ke depan, ke arah danau yang mulai terlihat di kejauhan. "Aku hanya ingin ayahku tahu... bahwa aku akan terus berjuang. Seperti dia dulu."

Arez mengangguk. "Aku akan berjuang bersamamu, Kita akan bersama sama"

Dengan itu, mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka menuju Utara, dengan hati yang lebih tenang.

1
Arsiteku Istriku
napa ga bikin paragraf baru aja
Arsiteku Istriku
tor bikin bab khusus jurus2 arez dong
Daffa Rifky V: nanti aku coba ya
Daffa Rifky V: nanti aku coba ya
total 2 replies
Nur-
udah masuk arc baru ya?
aizen
dikit amat tor tumben
Thia El Fath
ceritanya kerennn kak...
VReader
tor konsisten dong, saran aja jgn tiap bab ntar panjang, nter pendek. sama ratain aja
Daffa Rifky V: maaf kak atas ketidak nyamanan membaca🙂, aku akan brusaha maksimal mungkin untuk memperbaiknya makasih sarannya
total 1 replies
Gehrman
Aku baru baca 5 chapter dan ini sedikit review dariku.

Untuk tulisan bagus dan rapi melebih standar tulisan author2 di sini kebnyakan. Pendeskripsian juga sudah bagus namun aku saran lebih menerapkan showing ke konten yg ada di cerita.

Untuk Alur termasuk lambat, World Building ada untuk pengenalan cukup, ada beberapa narasi yg janggal namun untuk tidak terlalu mengganggu keseluruhan bacanya.

Saranku, lebih eksplor setting Post Apocalyptic-nya dlu baik sebelum bertemu Elara ataupun ketika baru bertemu dengannya.

Feelnya menurutku bukan seperti novel Post Apocalyptic kebnyakan dan malah seperti Novel isekai pada umumnya.
Daffa Rifky V: thank u so much aku juga baca karya kaka udah 10 chapter tapi karna sibuk di rl blom baca baca lagi😁😁😁
total 1 replies
Gehrman
Emmm tadi katanya rambutnya perak ...

Skrng jadi emas /Facepalm/
Daffa Rifky V: akwwkkw lupa dirubah itu blom revisi🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Gehrman
Lalu, ingatan apa yang kembali ke Arez seperti yg sudah disebutkan di chapter sebelumnya klw dia masih bnyak yg tidak tahu?
Daffa Rifky V: bukan maksudnya dia pergi ke tujuan ke kota trevia buat mencari tau dirinya, mungkin dia bisa inget sesuatu nanti gitu hehe
total 1 replies
Gehrman
Saranku, lebih perlihatkan setting Post Apocalypticnya terlebih dahulu agar pembaca mulai meresap ke latar dari novel ini yg bertemakan Post-Apocalyptic seperti yg sudah disebutkan.
Gehrman
Narasi ini ada problem karena penjelasannya kaya MC dan Elara ini sudah sangat dekat dan memiliki takdir yg berhubungan padahal baru pertama kali bertemu.
Daffa Rifky V: agak bingung soalnya bikin setting awal niatnya si elara ini ketemunya gimana , jadi dibikin kek gini🥲🥲tapi elara tau soal sjarah kbangkitan sorang pahlawan dimasa lalu, disini cuma elara blom tau bgt sama arez dia juga pnasaran. tapi seiring berjalannya bab per bab elara bakal tau kbenarannya.... dan penyebab dunia skarang kek gini juga dan banyak negeri yg udah silih berganti sebelum elara lahir karna banyak reset akibat bncana kiamat itu.sksrang jadi 5 negara di Zefia, usia Arez sndiri lebih dari ribuan tahun.. dan knapa dia tertidur beberapa chapter lagi bakal dijelasin kok, soalnya aku masi nyajiin ringan2 dulu sblum badai panjang di tiap chapter
total 1 replies
Gehrman
ini dialog kedua respon untuk apa dialog siapa?
Daffa Rifky V: itu si elara kan diserang jadi insting aja dia mao bantu ellara, tpi perlu ga ya dialog kek gitu aku juga ngrasa kpanjangan si
total 1 replies
Gehrman
Kasih eksposisi Refor itu apa.
Daffa Rifky V: siap , refor itu pemilik tanda yang punya elemen, ygga punya elemen tu orang biasa
total 1 replies
Gehrman
Mengapa Pembawa cahaya yang notabenenya elemen yg biasa dimiliki oleh seorang Pahlawan ditakuti? Dan ditakuti oleh siapa? 🤔
Llitch Ceysa
aku suka
Daffa Rifky V: makasi kaka dukung terus ya
total 1 replies
Iyan Store
updatenya lama bgt dah/Sweat//Sweat//Sweat/
Daffa Rifky V: lagi banyaj ksibukan di rl huhuu
total 1 replies
Satu Kata
autor sus bgt😏😏
Nightcore Yagami
mantap wir
aizen
semangat updatenya torrrr
Daffa Rifky V: makasih
total 1 replies
VReader
menurutku gak perlu terlalu panjang dijelasin deh
Daffa Rifky V: makasih sarannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!