Bukan Kamu

Jam pelajaran sudah dimulai, semua siswa belajar seperti biasa.

"Yumi aku pinjam penggarisnya ya? " Ucap Rezza.

"Iya tapi Yumi duluan yang pakai".

Yumi menatap Rezza yang lebih dulu memegang penggarisnya.

"Bentar ya Yumi duluan" Yumi merebut penggarisnya tapi Rezza tidak mau mengalah.

"Tapi aku sudah pegang duluan, kamu juga sudah bilang Iya tadi" Tegas Rezza mengingatkan ucapan Yumi.

"Tapi ini penggaris Yumi, yang punya harus pakai duluan kan? "

"tapi tanggung kan sudah ku pegang"

Mereka saling menarik penggarisnya tidak ada yang mau mengalah. kalian tau kan ekspresi orang yang sedang panco? seperti itulah wajah mereka saat ini

"Kalau kamu nggak mau lepas bakal patah nih" Yumi masih kekeh mempertahankan posisi tangannya hingga terdengar suara.

Cetak!!..

Mereka berdua membulatkan kedua matanya. Yumi menatap penggarisnya yang kini sudah terbelah menjadi dua.

"Yu.. Yumi aku minta maaf?" Ucap Rezza yang Berusaha mencairkan suasana.

Namun Yumi masih tidak menjawab dia masih sedih, ingin rasanya meluapkan amarah tapi ini sudah terjadi mau bagaimana lagi?.

"Kam...Kam...Kamu marah ya?" Berbicara gagap takut gadis disampingnya mengeluarkan tanduk merahnya. Yumi menatap Rezza dengan tersenyum.

"Enggak kok, Yumi nggak marah. Kalau kayak gini kan jadi adil keduanya bisa pake".

" Nanti aku beliin kamu penggaris yang baru, yang besi biar nggak patah jadi lebih awet, gimana? "

"Iya, tapi belinya 2 biar nggak rebutan! " Menunjukan angka 2 dengan jarinya.

Yumi mengambil penggaris yang ada ditangan Rezza karena ukurannya jauh lebih panjang dibanding miliknya.

"Sini tukeran Rezza pake yang pendek! " Kali ini Rezza mengalah akibat perbuatannya.

Bel pulang sudah berbunyi semua siswa mengumpulkan tugas, berdoa lalu bergegas pulang. Ruang kelas sudah terlihat sepi, Yumi memanfaatkan kesempatan ini untuk melancarkan aksi rahasianya.

Ahdi hendak membawa buku tugasnya ke kantor namun dicegah oleh Yumi.

"Biar Yumi saja yang bawa ke kantor. Mendingan Ahdi langsung menemui Pak Anton pasti sudah ditunggu"

Ahdi memang mengingat pertemuannya dengan Pak Anton untuk membahas soal matematika dan persiapan Olimpiade.

"Tapi kan searah? sekalian saja, Pak Anton juga di kantor" jawab Ahdi penuh curiga.

"i... iya tapi ini berantakan, makanya Yumi beresin dulu. Supaya lebih rapi. " tersenyum menampakan giginya.

Ahdi menatap tingkah laku Yumi yang berbeda, dia mengkerut kan keningnya.

"aduh alasan apa ya yang bisa bikin Ahdi percaya? ayo ayo pikir Yum"

"Biar aku saja yang... "

"Ah, Yumi lupa! " mengangkat tangan.

"hah?? "

"Soal nomor 2,3 sama 5 belum lengkap jawabannya. hahaha iya iya belum lengkap. Mau di terusin, mumpung ingat. Kalo Ahdi tungguin nanti lama loh, biar Yumi yang ngumpulin nanti".

" hah? bodoh sekali sih! ya sudah nih" Berjalan mundur keluar kelas dengan bingung.

"wah? Yumi di bilang bodoh ! dasar cowok kaku, cowok kulkas, cowok pintar, eh? iya iya kamu yang paling pintar di sini"

Yumi marah? tentu saja iya, ekspresi nya memang senyum tapi batinnya yang terus mencela Ahdi tiada henti sampai Ahdi benar-benar pergi dari hadapannya.

Yumi tersenyum berharap Ahdi segera pergi.

Melihat Yumi tersenyum seperti itu membuat Ahdi tampak curiga dengan sikapnya. Ahdi tidak mau berfikir negatif apalagi kepedean dengan sikap Yumi, bisa jadi itu hanya sifat kepeduliannya saja.

Setelah kepergian Ahdi, Yumi bergegas mencari 1 nama di tumpukan buku.

"Nah... ketemu! "