NovelToon NovelToon
SEKEPING HATI UNTUK SAHABAT

SEKEPING HATI UNTUK SAHABAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Anggun

Gue sebenarnya suka sama Lo, Lo mau gak jadi pacar gue?

Mata Zea terbelalak rasa bahagia tak terkira saat mendengar ucapan Fero
Namun hanya seketika rasa bahagia itu hilang saat mendengar kelanjutan ucapan Fero
Kira-kira kalau gue ngomong begitu diterima apa gak ya sama Shena?"
"Hah, Shena?"
"Iya gue suka sama Shena, Ze. Gue mau jadiin dia pacar gue. Gimana menurut Lo?"
Zea menelan salivanya dengan susah payah. Lagi-lagi dia tertipu dengan ucapan sahabatnya yang selalu menggantung itu.
Zea gadis cantik berhidung mancung yang mencintai sahabatnya sendiri. suatu hari dia pernah tidak sengaja mengucapkan perasaannya tapi malah ditertawakan oleh Fero.
Sahabat tetaplah akan menjadi sahabat tidak pernah berubah menjadi cinta. itu yang selalu Fero usapkan pada Zea
Fero yang tidak peka terhadap perasaan Zea malah berusaha mengejar cinta Shena

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SAHABAT 21

Hari ini SMA Antariksa mendapat undangan basket dari SMA Tunas Bangsa. Tim basket yang di kapteni oleh Fero itu sudah tiba di SMA Tunas Bangsa bersama para pendukungnya, termasuk Zea, Rini, dan Boni.

“Anjay, gue kira lebih keren dari sekolah kita, ternyata B aja” ucap Aura tanpa di sensor.

Rini dan Zea langsung mendelik mendengar ucapan ratu gosip alay itu. “Lo kalau di jorokin sama anak-anak sekolah ini ke got, kita nggak akan bantuin lo ya” ucap Zea kesal

“Kan gue ngomongin fakta Ze. Why harus marah?”

“Dih, sok inggris lo.” Rini mengeplak lengan Aura tak kira-kira sehingga membuat gadis itu meringis kesakitan.

Boni yang berdiri di belakang ketiga manusia yang saling debat itu hanya terkekeh pelan, memang sepi dunia ini jika Zea dan Aura tidak berdebat.

Mereka semua para tamu masuk ke gedung olahraga, di sana sudah hampir penuh dengan anak-anak dari sekolah Tunas Bangsa

Mata Zea menyapu pandangan, mencari keberadaan Fero. Tapi setelah lima menit berlalu Fero tak kunjung terlihat. Sepertinya tim basket sedang di briefing oleh pak Bagas terlebih dahulu.

Tak lama kemudian terdengar suara peluit ditiup, pertanda pertandingan persahabatan itu akan segera dimulai.

Tim dari SMA Tunas Bangsa masuk ke dalam lapangan di susul oleh tim SMA Antariksa

Suara riuh mulai terdengar, apalagi saat Fero masuk ke dalam lapangan.

“Astaga kapten basket SMA Antariksa ganteng banget!” pekik seorang gadis Tunas Bangsa.

Yang lain ikut terpekik saat melihat Fero menebar senyum

“Cih, dasar playboy cap tai kucing” gumam Zea tanpa sadar.

Tak hanya tersenyum Fero melambai-lambaikan tangannya. Memang pede sekali anak satu itu.

“Crush lo noh, Ze” bisik Rini. “Sumpah ya, gue malu banget lihat Fero sok ngartis,” kata Rini sambil memalingkan wajahnya, tak sudi melihat Fero tebar pesona

“Tapi, ya, Fero memang ganteng lho. Gue saja suka lihat dia. Liat noh sumpah manis banget” sahut Aura yang duduk di belakang Rini, “Bener nggak Bon?” Aura bertanya pada Boni yang sejak tadi hanya diam

Rini dan Zea menoleh ke belakang memastikan kalau Boni baik-baik saja karena sejak tadi tidak bersuara.

“Bon, lo kalau ada masalah ngomong, jangan diem saja” tegur Rini

Zea mengangguk setuju. “Iya, nanti diam-diam malah cepirit. Kan nggak lucu”

Boni terkekeh mendengar ucapan Zea “Gue Cuma lagi nggak mood buat ngomong.”

Aura mencebikkan bibirnya “Bisulan kali bibirnya, makanya nggak mood ngomong”

“Bisul itu di pantat bego! Bisul apaan di bibir?” protes Boni yang akhirnya terpancing dengan ucapan Aura tadi.

Peluit kembali berbunyi pertanda pertandingan babak pertama telah dimulai.

Fero mendribble dan berlari lalu melemparkan bola tersebut kepada Nando. Pemuda itu kembali berlari menuju ring, menunggu lemparan bola dari teman se tim nya. Tak lama kemudian Evan yang baru saja mendapat bola langsung melemparkan bola tersebut ke arah Fero. Dan dengan gesit Fero menangkap dan melempar ke arah ring dan.....brak! bola masuk dan membuat tim mereka unggul

Suara teriakan dan tepuk tangan gemuruh memenuhi gedung olahraga itu.

“Lo keren Fero!” seru Boni, sepertinya moodnya telah kembali seperti semula. “Gue harus diet biar bisa basket kayak lo Fer”

Aura yang duduk di samping Boni tergelak sambil menatap Boni dari atas sampai bawah.

“Nggak boleh nge-bully Ra, dosa lo nge-bully gue” kata Boni seraya mendorong wajah Aura yang masih tertawa.

Brak!

Bola kembali masuk ke ring lawan, SMA Antartika kembali unggul, Fero memang juaranya bermain basket.

Brak! Brak! Brak! Bola berkali-kali masuk ke ring lawan membuat SMA Antariksa keluar sebagai pemenang.

Fero berlari menghampiri tempat duduk Zea, ia merampas botol minum yang sejak tadi di pegang oleh Zea.

“Ya, sudah punya cewek dia guys. Kecewa gue.” Ucap seorang gadis Tunas Bangsa

Karena jarak mereka yang tidak terlalu jauh, Zea bisa mendengar apa yang gadis itu katakan.

“Mundur, ceweknya cakep uy,” sahut teman yang di sebelahnya.

“Iya, insecure duluan gue jadinya. Asem banget nasib gue, baru juga jatuh cinta, eh malah dipatahkan oleh kenyataan. Hancur hati gue,” ucap gadis itu lebay bin alay.

Fero yang mendengar itupun merasa bangga, ia membuka rompi yang ia pakai menyisakan kaos putih polos itu membuatnya semakin kelihatan tampan.

“Apaan sih Fer. Sok ngartis banget lo” tegur Zea tak suka.

“Lah kenapa? Gerah Ze. Lagian gue Cuma pakai baju putih polos gini, kenapa itu cewek-cewek kayak mau makan gue? Memang sih gue akui, gue ini tampan rupawan, susah sih kalau orang tampan ini, mau bagaimana tetap saja tampan. Iya, kan?”

Tanpa sadar tangan Zea menabok bibir Fero “Mundur pede lo kelewatan”

Tiba-tiba Deral si anak baru duduk di dekat Zea.

“Zea, ke kantin yuk. Denger-denger di sini ada bakso yang enak banget,” ajak Deral tanpa menoleh pada Fero.

“Masa sih? Memang kita boleh ke kantin?”

Deral mengangguk. “Katanya gratis untuk kita yang tamu hari ini”

“Ah serius lo?” sahut Boni, mendengar kata gratis matanya langsung berbinar-binar

“Katanya sih begitu, nggak tahu juga gue bener apa nggak. Ayo, Ze”

Zea melirik Fero yang sejak tadi memandang Deral. Gadis itu menelan ludah dengan susah payah menunggu apa yang akan dilakukan oleh pemuda itu.

“Lo miskin banget, ya?” tanya Fero tiba-tiba sambil menuding Deral

Tentu saja Deral yang mendapat pertanyaan seperti itu terkejut. Tak hanya Deral, Zea dan yang lainnya pun ikut terkejut.

“Fer. Lo apaan sih?” tanya Zea tak enak hati

“Apa? Gue tanya ke dia, memang dia semiskin apa sampai ke kantin saja harus ngajakin elo? Gue tahu dia itu Cuma mau di traktir sama elo, Ze”

Zea melotot lalu mencomot bibir Fero, bisa-bisanya Fero berbicara seperti itu, tidak sopan kali manusia satu itu.

“Lo ngomong apa sih Fer? Lo budek ya, tadi kan Deral bilang kalau makanan di kantin sini itu gratis untuk kita karena kita itu tamu”

Fero berdecak. “Alah alasan dia saja itu, gue tahu dia Cuma mau minta traktiran”

Deral berdiri dan menunjuk ke arah Fero. “Lo jangan asal ngomong, kalaupun makanan di sini nggak gratis gue nggak bakalan minta di traktir Zea, bukan gue minta traktiran. Lo pikir gue orang susah!”

“Liat dari muka lo sih kayaknya lo orang susah,” sahut Fero dengan nada bicara yang sungguh membuat orang lain kesal.

Zea ikut berdiri dan mengajak Rini, Deral, dan juga Boni untuk pergi. “Jangan dengerin orang gila kalau lagi ngomong, ikutan gila nanti kita” kata Zea.

Deral yang mendapatkan pembelaan dari Zea itupun memeletkan lidahnya pada Fero.”Bye orang gila.”

“Brengsek lo!” maki Fero dan bersiap menerjang Deral, tapi ditahan oleh Nando dan Evan. “Lepasin gue!”

“Sabar Fer, ini sekolah orang woy, lo jangan buar nama sekolah kita buruk.”

Nando memeluk Fero dari belakang, sementara Evan berdiri di hadapan pemuda itu, jangan samapi Fero lepas dan membuat rusuh di sekolah ini.

“Anjing tahu nggak, enak saja dia bilang gue gila!” Fero memukul tangan Nando yang memeluknya.

“Lah, Zea juga ngatain lo gila kali, Fer. Masa sih lo marahnya sama Deral doang. Kalem, bro”

Fero mendengus kesal lalu kembali duduk, nafasnya belum teratur, pertanda saat dia sedang emosi.

“Itu anak memang brengsek, gue sudah nggak suka dari awal dia masuk ke sekolah kita”

Evan mengusap-usap punggung Fero. “Santai kayak di pantai. Lo liat itu cewek-cewek yang pada ngeliatin lo”

“Bodo amat!”

Evan dan Nando saling pandang, biasanya Fero itu paling senang mencari perhatian, sekarang kenapa malah tidak perduli dengan kaum hawa yang sejak tadi melihatnya penuh puja.

Tiba-tiba dari arah berlawanan datang Aska dengan dua orang temannya.

“Fer,” sapanya sambil tersenyum

Fero yang masih badmood itu pun hanya mengangguk, tidak membalas senyuman Aska.

“Kenapa?” tanya Aska tanpa suara pada Nando.

Nando menggeleng lalu berbisik ‘’Lagi badmood, jangan lo ajakin ngomong dulu, nanti ngereog”

Aska mengangguk, tidak berani bertanya lebih lanjut. “Belum mau pulang, kan? Ke rooftop yuk,” ajaknya.

“Apa?” tanya Evan

“Jualan bakso. Ya nyantai lah disana, mau apa lagi emangnya?” Jawab Aska sewot. “Fer, ikut nggak?”

Mereka para tamu memang belum diijinkan pulang karena masih ada satu kali pertandingan lagi, sekitar satu jam kedepan.

“Ayolah, badmood gue disini.” Fero menyahuti.

“Atau mau ke kantin dulu isi kampung tengah?” tawar Aska

Nando dan Evan langsung mendelik membuat Aska kebingungan. Bahaya kalau Fero sampai ke kantin dan melihat Deral lagi.

“Boleh deh,” kata Fero. Akhirnya dia punya alasan untuk ke kantin, dari tadi dia ingin menyusul Zea, tapi tidak punya alasan/ takutnya nanti Nando dan Evan malah mengejeknya.

Tuh kan, Fero itu sebenarnya tidak bisa jauh dari Zea. Hanya saja rasa gengsi dan suka menyangkal perasaan itu masalahnya.

1
ZeNa
🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!