NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Sang CEO

Takdir Cinta Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Ibu Mertua Kejam / Ibu Tiri
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: relisya

Aruna Nareswari, seorang wanita cantik yang hidup sebatang kara, karena seluruh keluarganya telah meninggal dunia. Ia menikah dengan seorang CEO muda bernama Narendra Mahardika, atau lebih sering dipanggil Naren.
Keduanya bertemu ketika tengah berada di tempat pemakaman umum yang sama. Lalu seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.
Mereka berharap jika rumah tangganya akan harmonis tanpa gangguan dari orang lain. Namun semua itu hanyalah angan-angan semata. Pasalnya setiap pernikahan pasti akan ada rintangannya tersendiri, seperti pernikahan mereka yang tidak mendapatkan restu dari ibu tiri Naren yang bernama Maya.

Akankah Aruna mampu bertahan dengan semua sikap dari Maya? Atau ia akhirnya memilih menyerah dan meninggalkan Narendra?

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya, terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon relisya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Flashback.

Di sebuah rumah minimalis dan terlihat sederhana, itulah tempat tinggal keluarga Aruna. Sebuah keluarga yang sederhana, dan kedua orang tuanya hanyalah seorang buruh pabrik saja.

Saat tengah malam, lebih tepatnya pukul 22.45, ketika semua orang sudah tertidur lelap tiba-tiba saja terjadi kebakaran di rumah itu. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena korsleting listrik.

"Uhuk... Uhuk..."

Ibu Aruna yang merasakan sedikit sesak napas mencoba untuk membuka matanya. Ia kebingungan, karena tidak memiliki riwayat asma, namun tiba-tiba saja napasnya menjadi sesak.

Ketika matanya sudah terbuka, ia melihat ke arah pintu kamar yang tertutup. Di balik pintu tersebut terlihat cahaya yang begitu terang. Sampai pada akhirnya ia menyadari apa yang telah terjadi di rumahnya itu.

"Pak ada api pak!" seru ibu Aruna yang bernama Dira.

Dira terus mengguncang tubuh sang suami yang sedang tertidur lelap di sampingnya, sampai lelaki tersebut terbangun.

Bagas, suami Dira yang merasakan guncangan dari sang istri pun langsung terbangun, "Api apa sih bu?! Jangan becanda!"

"Itu pak lihat! Di luar ada api!" seru Dira sembari menunjuk ke arah celah pintu kamar yang terlihat terang.

Bagas yang sudah membuka mata sepenuhnya pun mengikuti arah yang ditunjuk oleh sang istri. Ia menjadi terkejut saat melihat suasana di luar kamarnya yang terang, padahal semua lampu sudah ia matikan.

"Cepat selamatkan yang bisa diselamatkan bu! Aku selamatkan Aruna dulu," ucap Bagas yang bergegas bangun dari tidurnya.

Dira pun ikut terbangun dengan panik, "Iya pak, bawa dia ke luar dulu. Ibu akan ambil apa yang masih bisa kita selamatkan."

Bagas mengangguk sebagai jawaban, lalu berlari menuju ke kamar Aruna yang berada tepat di samping kamarnya. Walaupun baru berusia empat tahun, namun Aruna kecil sudah diberikan kamar sendiri, agar bisa menjadi seorang yang mandiri.

Sedangkan Dira segera mengambil harta benda yang selama ini sudah mereka kumpulkan. Tidak semua, namun ia akan menyelamatkan sebanyak yang ia bisa untuk menyambung kehidupan keluarganya nanti.

.

Sesampainya di kamar putri kecilnya, Bagas langsung menggendong tubuh Aruna, lalu segera berlari keluar untuk mencari bantuan.

"Ada apa pak? Kenapa bapak lari-lari?" tanya Aruna kecil, ketika sudah berada di gendongan sang ayah.

"Nggak ada apa-apa sayang. Kamu tenang saja." Jawab Bagas yang tidak mau membuat putri kecilnya ketakutan.

.

Sesampainya di luar rumah, Bagas langsung menurunkan Aruna dari gendongannya. Ia sedikit panik ketika belum melihat sang istri keluar dari dalam rumah.

"Pak rumah kita kenapa?" tanya Aruna dengan polosnya, yang sudah menangis ketika melihat api yang ada di atap rumahnya.

Bagas jongkok, lalu memegang kedua bahu sang putri, "Kamu yang tenang ya sayang, tetap ada di sini dan jangan masuk!"

Aruna yang masih tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya hanya bisa menangis. Sedangkan Bagas mulai berteriak untuk meminta bantuan dari warga setempat.

"Tolong! Tolong! Kebakaran tolong!"

"Tolong!"

"Tolong!"

Tak berapa lama kemudian, akhirnya beberapa warga yang rumahnya dekat sana mulai berdatangan. Mereka membawa sebuah ember dari rumah masing-masing, untuk memadamkan api.

"Pak Bagas yang sabar ya, kami pasti akan menolong bapak," ucap salah seorang warga.

"Iya bu, tolong titip anak saya dulu. Saya ingin menyelamatkan istri saya," ujar Bagas kepada beberapa warga wanita yang sedang berkumpul.

"Iya pak Bagas, hati-hati! Aruna aman bersama kami," ucap warga lainnya lagi.

Bagas hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu dirinya jongkok lagi untuk berbicara dengan sang putri, "Aruna sayang, kamu jangan nakal ya. Bapak mau selamatkan ibu kamu dulu."

Aruna hanya menangis saja, namun masih menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Setelah berpamitan kepada sang putri, Bagas bergegas masuk ke dalam rumah, sebelum api semakin membesar.

.

Sedangkan di dalam rumah, napas Dira mulai sesak karena terlalu banyak menghirup asap kebakaran itu. Namun beruntungnya ia karena sebelum pingsan Bagas sudah sampai di sana lagi.

"Uhuk... Uhuk..."

"Aruna gimana pak? Dia sudah aman kan?" lontar Dira dengan napas yang terengah-engah.

"Dia sudah ada di luar, sekarang ayo kita juga ke luar," ajak Bagas sembari membopong tubuh sang istri yang sudah mulai melemah.

"Syukurlah kalo dia baik-baik saja," ucap Dira lega.

"Ibu nggak usah pikirkan dia lagi, yang terpenting sekarang adalah kita bisa keluar dari sini," ujar Bagas.

"Iya pak."

Mereka berdua berjalan perlahan keluar dari rumah tersebut. Mereka tidak bisa berlari, karena sudah ada beberapa kayu dari atas yang berjatuhan dengan api yang meliuk-liuk.

Namun sungguh disayangkan, ketika mereka berada di depan ruang dapur, saat itu juga gas yang mereka gunakan meledak.

Duarr....

"Bapak! Ibu!" teriak Aruna ketika mendengar suara ledakan.

Salah seorang wanita yang sedang berada di samping Aruna pun dengan spontan langsung memeluknya dengan erat.

"Astaghfirullah!" seru para warga yang juga terkejut mendengar suara tersebut.

Para warga yang berkumpul di sana sudah semakin banyak dan ramai. Bahkan diantara mereka juga sudah menelepon pemadam kebakaran, namun sampai saat ini belum juga sampai.

"Bagaimana ini pak Rt? Pak Bagas sama bu Dira masih ada di dalam. Tapi kita juga sudah tidak mungkin lagi untuk memadamkan apinya, sedangkan mobil pemadam kebakaran juga belum sampai," ucap salah seorang warga.

"Pak Bagas dan bu Dira sudah tidak mungkin bisa diselamatkan. Kalian lihat sendiri kan seluruh rumah ini udah di lahap api," jawab pak Rt.

"Kita tunggu saja mobil tim kebakaran sampai," sambungnya lagi.

"Baik pak." Jawab beberapa laki-laki yang sudah kelelahan mengambil air dari sumber mata air terdekat.

Setelah itu pak Rt menghampiri Aruna yang sedang menangis dan dikelilingi beberapa ibu komplek. Perasaannya mengiba, ketika melihat anak sekecil itu sudah harus kehilangan kedua orang tuanya.

"Bapak, ibu," Aruna terus menangis sembari memanggil kedua orang tuanya.

"Tolong bawa nak Aruna ke rumah saya. Besok saya yang akan menghubungi keluarganya," pinta pak Rt.

"Iya pak, aku akan bawa Aruna pulang," bu Rt yang menjawabnya.

"Iya bu."

Akhirnya Aruna dibawa ke rumah pak Rt yang jaraknya lumayan jauh dari sana. Di sepanjang jalanan ia terus menangis, dan mencari-cari kedua orang tuanya.

Sungguh malang sekali nasibnya, ketika masih anak-anak harus melihat kejadian yang begitu mengerikan di depan mata.

Setelah semua kejadian itu akhirnya Aruna ikut ke rumah sang kakek dan nenek yang bebeda kota dengan rumah keluarganya. Ia dibesarkan oleh kakek dan neneknya, sampai pada akhirnya kedua orang tua tersebut telah meninggal dunia karena usianya yang memang sudah tua.

Flashback off.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!