Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 19. Truk Aja Gandengan Masa Kamu Enggak
" Hasna ... Apakah kamu sudah siap?"
" Tunggu pak sebentar lagi."
Hasna menyempurnakan penampilannya dengan sepatu flat. Ia mengenakan sebuah dress sepanjang selutut bewarna nude. Hasna juga menggerai rambutnya dan memberikan jepit rambut di sisi kanan rambutnya.
" Mari pak saya sudah siap."
Terpesona, itu lah kata yang mewakili apa yang tengah Radi rasakan saat ini. Jika biasanya Radi melihat Hasna berpenampilan tomboy dan sembarangan kini gadis itu terlihat begitu cantik dengan tampilan yang feminim.
" Pak ... "
" Oh maaf, mari kita melanjutkan misi. Ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan, pertama kamu tidak boleh manggil saya bapak, kedua jangan memakai kata ganti saya tapi pakai kata ganti aku."
" Siap, terus saya harus panggil apa, Om?"
Pletak ...
Radi menyentil kening Hasna. Gadis itu benar benar sesukanya sendiri.
" Panggil kak atau mas atau bang atau apalah terserah kamu."
" Eh ... Kak aja lah ya."
" Siiip ... Itu lebih baik."
Keduanya keluar dari apartemen dan berjalan beriringan menuju tempat parkir.
Di kediaman Dwilaga semua tengah berkumpul. Andra yang tengah libur syuting pun juga berada di rumah begitu juga Dika dan Silvya yang sudah dari pagi buta di sana.
" Kak Silvya tumben sudah dari pagi sampai di sini nya."
" Iya pengen ketemu kamu."
" He ... ???"
Andra sungguh terkejut mendengar ucapan sang kakak ipar. Ia merasa aneh aja tiba tiba dirindukan oleh CEO Linford Transportation itu.
" Kenapa gitu?"
" Ya kamu kan jarang di rumah, aku pingin banget foto berdua sama kamu."
" Apa ... ?"
Lagi lagi Andra melongo mendengar ucapan Silvya. Ia pun melirik kepada mas nya meminta penjelasan.
" Mas, istrimu kesambet apa sih kok aneh gitu."
Plak ... Punggung Andra langsung digeplak oleh sang bunda.
" Bund ... Sakit."
" Makanya bicara jangan sembarangan. Kakak ipar mu lagi hamil itu bukannya kesambet."
" Bener mas Dika?"
" Iya, entah jadi aneh gitu emang, dah turutin aja timbang foto doang ini. Kemarin Kak Radi malah diminta bikin nasi goreng."
" Eh ... Beneran itu? Wohooo, bentar lagi aku punya ponakan guys ... Selamat ya mas, kak."
Andra sungguh senang dengan kabar kehamilan kakak iparnya itu. Ia pun antusias berfoto selfie dengan Silvya.
Di depan Rumah Radi memarkirkan mobilnya di halaman. Tiba tiba wajah Hasna pucat dan tangannya berkeringat dingin.
" Apa kah kau gugup."
" Iya pak, eh kak. A-aku gugup banget. Vibes nya udah kayak mau ketemu mertua beneran."
Radi menggeleng, saat gadis itu gugup dia masih bisa membuat bercandaan. Radi pun segera keluar dari mobil diikuti dengan Hasna. Ia mengulurkan tangannya agar Hasna memegangnya.
" Apakah harus pegangan tangan?"
" Agar lebih terlihat alami, apa mau aku rangkul pinggang mu?"
" Tidak !! Gandengan aja cukup. Biar nggak kalah sama truk."
" Maksudnya?"
" Truk aja gandengan masa kamu enggak."
Lagi lagi Radi menggeleng, ia kemudian menarik tangan Hasna untuk segera berjalan masuk ke rumah.
Tak tak tak
Langkah kaki keduanya terdengar begitu nyaring.
" Assalamu'alaikum ... "
" Wa'alaikumsalam ... "
Semua orang menjawab bersamaan tanpa terkecuali. Mereka semua menengok ke asal suara, dan betapa terkejutnya mereka saat Radi benar benar datang membawa kekasihnya. Seketika Sekar merasa lemas, ia benar benar harus membatalkan acara perjodohan itu. Namun tiba tiba ia merasa familiar dengan wajah wanita yang digandeng oleh Radi.
" Bund ... "
" Ya yah, udah kita diem aja dulu. Biarin tuh anak mau ngapain."
Sekar tersenyum misterius, sedangkan Aryo ia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan sang istri.
" Selamat siang semua nya ... "
" Selamat siang ... "
Dika dan Silvya saling memandang, ia sangat yakin gadis yang bersama Radi itu adalah Hasna mahasiswa yang menebar kuisioner di perusahaan Silvya.
" Hasna ... Kamu Hasna kan?"
" Eh dokter Dika, Kak Silvya, kenapa anda berdua bisa di sini. Sebentar, anda Radika Tara Dwilaga, Radian Nareen Dwilaga ... Astagfirullaah."
Hasna sungguh terkejut mengetahui fakta yang terjadi. Ia menepuk keningnya sendiri dengan kuat agar tetap bisa tegap berdiri.
Mampus gue, gue terang terangan njelek njelekin pak dosen di depan adik dan adik iparnya. Abis gue abis. Skripsi see you da da bye bye. Batin Hasna menangis rasanya ia ingin menenggelamkan dirinya ke dasar laut paling dalam saat ini juga.
" Ada apa memangnya."
" He he he tidak ada apa apa kak. Iya kan kak Silvya , dokter Dika."
Silvya dan Dika hanya terkekeh geli melihat kegugupan Hasna. mereka tahu gadis itu pasti merasa sangat bersalah sudah mengghibah sang dosen dibelakang.
" Kenapa kalian bisa saling kenal?"
" Itu kak, Hasna kemarin meminta bantuan ku untuk mengisi kuisionernya. Sedangkan Mas Dika, mas Dika adalah dokter yang menangani ibu Hasna saat kecelakaan 4 tahun silam."
" MasyaAllaah dunia ini sungguh sempit. Selamat datang di rumah kami nak."
Sekar langsung memeluk Hasna dengan erat, bahkan ia berusaha menahan air matanya agar tidak menetes.
" Mel ... Aku akhirnya bertemu dengan putrimu. Dia sudah dewasa dan cantik Mel, sama sepertimu. Pantasan aku sangat familiar, wajahnya sangat mirip dengan mu Mel."
Sekar bermonolog dalam hati, ia pun mengajak Hasna untuk duduk. Radi sungguh bingung, kenapa bundanya itu bisa langsung dekat dengan Hasna.
" Sayang, siapa nama ibu mu."
" Eh itu bu, nama mama saya Melati. Melati Harsono."
Sekar tersenyum, ia kemudian membelai rambut Hasna dengan lembut.
" Kak, pilihanmu emang tepat. Bunda sama Ayah langsung setuju saja. Jadi kapan kalian akan menikah."
" Apa ... Menikah ... ??? "
Radi dan Hasna berteriak bersamaan. Dika mengajak istri dan kedua adiknya untuk pergi dari sana.
" Ayo kita kemon, ini masalah besar kita harus menyingkir dulu."
Silvya, Andra, dan Jani patuh dengan ucapan Dika. Mereka berempat pun berlalu menuju halaman belakang. Sedangkan di sana tertinggal Radi dan Hasna bersama Aryo dan Sekar.
" Bund ... Kita nggak bisa menikah secepat itu. Hasna sedang skripsi juga, ya kan Has."
" Iya buk, benar kata kak Radi saya sedang menyusun skripsi hehehe."
Radi benar benar merasa terjebak dengan permainannya sendiri. Bagaiman sang bunda langsung setuju begitu saja, padahal kan niatnya ingin menggagalkan perjodohan.
" Tidak masalah, betul kan yah."
" Yup, tidak ada masalah soal itu. Meskipun sudha menikah nak Hasna tetap masih bisa menyusun Skripsi, sidang dan wisuda. Sekarang banyak yang begitu."
Radi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sungguh bingung harus bagaimana.
" Oh iya bund ... Katanya bunda mau menjodohkan Radi itu gimana."
" Aah gampang itu mah. Bisa diatur, kan bunda bilang kalau kakak emang sudah punya kekasih maka bunda akan membatalkan perjodohan itu."
Kini Hasna yang panik, ia bingung harus bagaimana menghadapi kedua orang tua dosennya itu.
Kumaha atuh ini mah, piye to iki. Kenapa jadi gini sih
TBC