Di tengah hiruk pikuk dunia persilatan. Sekte aliran hitam semakin gencar ingin menaklukkan berbagai sekte aliran putih guna menguasai dunia persilatan. Setiap yang dilakukan pasti ada tujuan.
Ada warisan kitab dari nenek moyang mereka yang sekarang diperebutkan oleh semua para pendekar demi meningkatkan kekuatan.
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak yang masih berusia 7 tahun. Dia menjadi saksi bisu kejahatan para pemberontak dari sekte aliran hitam yang membantai habis semua penduduk desa termasuk kedua orang tuannya.
Anak kecil yang sama sekali tidak tau apa apa, harus jadi yatim piatu sejak dini. Belum lagi sepanjang hidupnya mengalami banyak penindasan dari orang-orang.
Jika hanya menggantungkan diri dengan nasib, dia mungkin akan menjadi sosok yang dianggap sampah oleh orang lain.
Demi mengangkat harkat dan martabatnya serta menuntut balas atas kematian orang tuanya, apakah dia harus tetap menunggu sebuah keajaiban? atau menjemput keajaiban itu sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aleta. shy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyelamatan
Yuan sama sekali tidak bisa beranjak dari posisinya diakibatkan terkena jurus Ilusi mengunci bumi. Air matanya menjadi saksi jika saat ini dia dihadapkan oleh sesuatu yang sangat menyakitkan.
Sakit fisik dirinya tidak membuat Yuan berkeluh-kesah sama sekali. Tetapi sakit hati dirinya melihat kondisi tetua Chow, tidak sanggup dibendung oleh hatinya sehingga air matanya sebagai bentuk penyaluran rasa sakit itu sendiri.
Sosok tetua Chow pemimpin yang sangat di cintai dan disayangi oleh masyarakatnya, juga sosok yang sangat di hormati serta di bangga-banggakan oleh masyarakatnya, sekarang kondisinya sangat memprihatinkan.
Sangat-sangat memprihatinkan.
"Pa...paman.. hiks..." Seperti anak kecil pada umumnya ,Yuan tidak bisa membendung kesedihannya. Tangisnya tumpah begitu saja merasakan kesedihan mendalam.
Yuan melihat ekspresi Liu Sheng. Orang itu tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Dia betul betul hafal dengan wajah itu.
Wajah yang sebelumnya telah membunuh kedua orang tuanya, dan saat ini wajah itu juga telah menghajar tetua kampungnya tanpa belas kasih.
"Kalian semua bukan manusia. Binatang pun lebih baik dari kalian!!" ucap Yuan dalam hati.
Pikirannya menggebu-gebu untuk menuntut balas atas ini semua. Namun dia juga sadar akan keterbatasannya. Perbedaan kekuatan menjadi alasan utama kenapa ini semua bisa terjadi.
"Andai saja aku kuat, mungkin aku bisa melindungi mereka orang yang aku sayangi" Sempat terbesit pikiran itu didalam hatinya.
Yuan dengan harapannya hanya meminta kesempatan sekali lagi kepada sang pencipta untuk menyerang Liu Sheng. Seandainya memang terkabulkan, pastinya dirinya akan mengerahkan seluruh tenaganya walaupun nyawa yang menjadi taruhan.
Yuan menatap wajah pamannya itu penuh dengan kasih sayang.
Mirisnya, dia disuguhkan dengan kondisi pamannya itu yang sudah bonyok dengan kepalanya terhimpit oleh tanah dan kaki Liu Sheng diatasnya.
Kaki manusia bejad itu menempel di pipinya tertua Chow.
Biadab, itulah kata yang pantas untuk Liu Sheng.
Yuan tidak bisa menggambarkan kemarahannya saat ini. Dia begitu muak dengan wajah Liu Sheng. Dia hanya menatap tajam ke arah orang itu dengan tangan mengepal keras.
Liu Sheng begitu menikmati pemandangan yang disuguhkan saat ini. Ada kebahagiaan tersendiri melihat orang lain menderita. Dia Ingin berbuat lebih jauh lagi demi memuaskan kelainan nafsu yang ada pada dirinya.
Sementara anggotanya hanya bisa melihat dan menonton adegan dihadapan mereka saat ini tanpa memberikan komentar yang bisa membuat Liu Sheng tersinggung.
"Hei anak kecil lihatlah" Seru Liu Sheng mengarahkan ucapannya kepada Yuan.
Sesuatu yang diluar nalar dilakukan oleh Liu Sheng tanpa bisa ditebak oleh siapapun.
Kedua tangannya diarahkan kepada kemalua*nya sendiri serta mengeluarkannya. Pemandangan yang tak pantas itu pun dilihat anak kecil itu untuk kedua kalinya.
Ya, dua kali Yuan disuguhkan pemandangan tak pantas seperti itu. Yang pertama cukup hanya dia yang tau karena bisa menjadi aib bagi orang tuanya.
Tanpa pikir panjang dengan senyuman iblisnya, Liu Sheng mengeluarkan air seninya (air kencing )kearah wajah dan tubuh Tetua Chow sebagai bentuk penghinaan.
"Arkhhh leganya hahaha" Liu Sheng menumpahkan kotoran air seninya ditubuh tetua Chow tanpa ada perlawanan dari orang yang dikencingi nya itu sedikitpun.
Liu Sheng juga dengan sengaja melepaskan jurus Ilusi mengunci bumi dari Yuan karena ingin melihat respon dan tindakan yang akan dilakukan oleh anak kecil tersebut. Dia ingin sedikit bermain lagi dengan anak kecil itu.
Sepertinya pencipta benar-benar mengabulkan permintaan Yuan.
Benar saja, beberapa detik setelah Liu Sheng melepaskan jurusnya itu, Yuan tanpa pikir panjang berlari membabi buta menghampiri dirinya.
"Matilah kau!!!" teriak Yuan.
Liu Sheng bersemangat melihat amarah anak kecil tersebut.
"Ayo serang aku" Ucapnya.
Yuan dengan gerakan amburadulnya menghantam tubuh Liu Sheng dengan tangan kosong secara bertubi-tubi. Serangan itu dilancarkan nya dengan sekuat tenaga.
Liu Sheng hanya diam karena serangan itu tidak menimbulkan efek apapun kepada dirinya.
"Hmm payah" batinnya.
Tidak peduli dengan reaksi Liu Sheng yang mencemoohkan serangannya, dia tetap memukul melampiaskan kemarahannya yang tadi sempat dipendamnya.
Merasa sangat membosankan, dia mencengkam tangan anak kecil itu sebelum akhirnya tangannya bisa mendarat tepat di leher Yuan.
"Arkh.." Yuan merintih.
"Bukankah kau melihat bagaimana aku membunuh ibumu? Kau melihat bagaimana aku membunuh ayahmu? Apakah kau juga ingin terbunuh dengan cara seperti itu?" Ucap Liu Sheng.
"Le...ppas..kan aku" Yuan mulai kehabisan oksigen.
Liu Sheng dengan kekuatannya bukan melepaskan malah mengangkat tubuh anak kecil itu yang membuat kaki Yuan meronta-ronta.
"Hei lihatlah!"Teriak Liu Sheng kepada anggotanya. Dengan mudah dia mengangkat tubuh Yuan keatas seolah olah seperti mainan.
"Hidup ketua Sheng"
"Hidup..hidup..hidup"
Yuan benar-benar akan mati kehabisan nafas kalau tidak segera dihentikan.
Niat Liu Sheng saat ini memang ingin segera menghabisi anak kecil itu mengakhiri permainan. Merasa cukup dengan kesenangan yang telah didapatkannya.
Tadi dia dan anggotanya sempat mencari keberadaan anak kecil ini sebelum dinyatakan hilang berhasil kabur melarikan diri.
Tertua Chow dengan sisa tenaganya meraih kaki Liu Sheng berniat membantu Yuan.
"To....long lepas..kan dia, aku mohon" Pertama kali dalam hidup tetua Chow dia merendahkan harga dirinya didepan musuh dengan memohon.
"Bunuh saja aku, tolong lepaskan dia"
Liu Sheng sama sekali tidak mengindahkan Tetua Chow. Ditarik kakinya yang diraih tetua Chow dan malah menginjak punggung orang tua itu menaikinya ,dengan satu tangan mengangkat Yuan yang sedang dicekiknya.
"Mungkin dengan cara ini agak sedikit elegan" batin Liu Sheng. Hal itu disambut riuh dengan suara tepuk tangan anggotanya.
Gila, ini benar benar gila
Saat ini kondisi Yuan dan Tetua Chow sama sama di ujung tanduk.
Yuan berfikir jika ini adalah akhir dari hidupnya. Setidaknya dia bisa bertemu dan berkumpul bersama kedua orangtuanya di satu alam yang sama.
Perlahan kedua mata anak kecil itu mulai terpejam. Tidak ada lagi perlawanan dari dirinya.
Tiba-tiba,
Duar....duar...duar
Suara ledakan keras berdentum tiga kali. Arahnya juga tidak terlalu jauh dari tempat Liu Sheng saat ini.
Liu Sheng dan anggota pemberontak itu kaget mendengarkan suara ledakan tersebut. Mereka semua mengarahkan pandangan ke arah suara ledakan. Dia juga melepaskan cekikikan tangannya di leher Yuan.
"Uhuk....uhuk...uhuk..." Yuan terbatuk dan menghirup oksigen sebanyak banyaknya juga berupaya memulihkan kesadarannya.
Anak kecil itu terduduk lemas dan mencerna keadaan setelah sebelumnya dia berada didalam alam bawah sadar.
"Yu...aan" lirih tetua Chow perlahan.
Merasa ada yang aneh dengan ledakan tersebut, Liu Sheng beserta anggotanya menghampiri arah ledakan tadi dan meninggalkan Yuan dan Tetua Chow begitu saja.
Yuan yang melihat orang-orang itu pergi dengan tenaganya langsung memangku kepala Tetua Chow di pahanya.
"Kau tidak apa-apa nak?" Tanya tetua Chow lirih. Nafasnya juga sudah tidak beraturan. Yuan tidak menanggapinya.
Dia langsung membuka pakaian atasnya (baju). Bajunya itu difungsikan untuk membersihkan kotoran seni (air kencing)Liu Sheng yang melekat di wajah dan tubuh Tetua Chow.
Tangan mungilnya mengusap kotoran di wajah tetua Chow perlahan menggunakan bajunya. Baik itu kotoran air seni maupun darah yang banyak sekali melekat ditubuh pamannya itu.
Sementara tangan satunya lagi, ia masukkan di sela-sela jari pamannya itu sebagai bentuk penyaluran kekuatan kasih sayang sebagaimana yang dilakukan kedua orang tuanya saat dirinya sakit.
Tetua Chow tersentuh dengan sikap anak kecil itu kepadanya.
"Kalian orang tua yang hebat. Kalian berhasil mendidik bocah kecil ini. Aku bangga pada kalian" Ucap tetua Chow didalam hatinya yang ditujukan kepada orangtuanya Yuan.
"Uhuk...uhuk..uhuk..." Batuk darah kembali keluar dari mulut Tetua Chow.
"Paman, paman baik-baik saja?" tanya Yuan panik berusaha menarik tubuh tetua Chow untuk didudukkan.
"Pertanyaan macam apa itu" batin Yuan. Dia merasa bodoh dengan pertanyaannya barusan.
Tetua Chow harus cepat ditangani. Yuan ingin membawa Tetua Chow kabur sebelum kelompok pemberontak itu datang lagi.
"Yu..aan, selamat..kan dirimu nak. Tinggal kan paman." Ucap Tetua Chow dengan nafas terengah-engah.
"Tidak, aku tidak akan meninggalkan paman" balasnya.
Disaat yang genting seperti itu, tiba-tiba muncullah seseorang dari arah belakang mereka tanpa dua orang itu sadari.
"Ehem" orang itu berdehem pelan.
Yuan terkejut. Setelah tau didekat ada orang, membuat dirinya waspada dengan membentuk pertahanan melindungi tetua Chow.
Setelah dilihat-lihat, orang dihadapannya ini bukan merupakan bagian dari pemberontak yang tadi. Perawakannya juga bersih dibandingkan Liu Sheng dan anggotanya.
"Kau siapa?" Tanya Yuan. Tangannya juga diarahkan kedepan memegang sebuah kayu reruntuhan sebagai pertahanan diri.
"Kau tidak perlu tau siapa aku anak kecil. Ayo cepat selamatkan diri." Jawab orang tersebut dingin. Ia juga mendekati Tetua Chow untuk diangkat tubuhnya.
Yuan tidak serta merta percaya begitu saja dengan orang itu. Ia tetap berusaha menghalanginya.
"Jangan sentuh pamanku!"
Namun orang itu sama sekali tidak menggubrisnya.
Tetua Chow yang mengenal baik orang tersebut hanya mengatakan dengan bahasa isyarat tubuh kepada Yuan supaya menurut saja.
Rupanya suara ledakan tadi adalah pengalihan yang dibuat orang tersebut untuk menyelamatkan tetua Chow.
Hanya tetua Chow, tidak dengan Yuan karena anak itu tidak penting baginya.
"To..long bawa dia juga" ucap tetua Chow pelan kepada orang tersebut. Orang itu hanya menganggukkan kepalanya malas. Bukan waktu yang tepat untuk berdebat dan protes.
"Hei bocah!! Naik cepat di punggungku."
Yuan kembali menatap tetua Chow. Orang tua itu menganggukkan kepalanya. Yuan pun langsung naik dipunggung orang tersebut.
Dengan ilmu meringankan tubuhnya, orang itu berlari menjauhi tempat yang sudah hancur berantakan itu sambil menggendong Tetua Chow didepan dan Yuan dibelakang.
Menyelamatkan mereka.