Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Mereka berdua pun gegas pergi ke ndalem.
"Mbak yang kuat yaa." Yulia mengompres kening Fifia untuk mengurangi suhu panas badan Fifia.
Tokk...
Tokk...
Tokk...
Nayla mengetuk pintu ndalem.
"Iyaa sebentar" ucap Umi Zahra dari dalam. Tak lama kemudian pintu pun terbuka.
"Assalamu'alaikum, Umi" ucap Nayla dan Sherly kompak.
"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh. Ada apa kalian malam-malam ke sini, Nak?"
"Mbak Fia sakit Umi. Bibirnya membiru, badannya panas, badannya juga gemetaran." terang Sherly dengan khawatir.
"Astaghfirullah hal'adzim... Ya sudah, kalian kembali ke kamar lagi. Umi mau memberi tahu Abah dulu."
"Iyaa Umi, assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam..."
Setelah kepergian Nayla dan Sherly. Umi Zahra pun gegas memberitahukan kondisi Fifia pada Abah Shodiq. "Abah bangun, Bah." Umi Zahra menggoyang-goyangkan lengan suaminya.
"Ada apa, Umi?"
"Fifia sakit Bah. Bibirnya membiru, tubuhnya gemetaran. Ayoo kita lihat kondisinya." ucap Umi Zahra dengan khawatir.
"Astaghfirullah hal'adzim... Ayoo Umi kita ke sana."
Abah Shodiq pun gegas memakai sandalnya dan keluar dari kamarnya yang di ikuti oleh Umi Zahra di belakangnya.
"Abah, Umi mau kemana?" tanya Ustadz Rehan yang tak sengaja melihat Abah dan Umi nya berjalan dengan tergopoh-gopoh.
"Fifia, sakit. Abah sama Umi mau lihat kondisinya." ujar Umi.
"Aku ikut, Um."
Mereka pun lantas ke kamar Fifia guna melihat kondisi Fifia.
"Assalamu'alaikum..." ujar Umi Zahra saat memasuki kamar.
"Wa'alaikumsalam..." Yulia lantas berpindah tempat saat melihat keluarga ndalem datang. Sesekali Yulia mencuri-curi pandang ke arah Ustadz Rehan.
Umi Zahra menyentuh dahi Fifia yang terasa panas sekali. "U-umi, dingin." ujar Fifia gemetaran.
"Astaghfirullah hal'adzim... Bibir kamu membiru, Nak. Abah lebih baik Fifia di bawa ke rumah sakit sekarang. Takutnya Fifia kenapa-kenapa jika tidak segera di tangani oleh dokter." pinta Umi Zahra.
"Rehan, kamu siapkan mobil sekarang."
"Baik Abah."
"Umi, Abah panggilkan Ustadz Fari untuk menggendong Fifia. Abah khawatir Fifia tidak bisa berjalan." Abah hendak beranjak namun langkahnya terhenti.
"T-tidak perlu Abah. F-fifia masih bisa kok jalan." cegah Fifia. Karena ia tidak ingin di sentuh oleh lelaki yang bukan muhrimnya. Walaupun ia sebenarnya menyukai Ustadz Fari. Namun ia tidak ingin di sentuh oleh lelaki yang bukan muhrimnya. Hanya lelaki yang halal untuknya yang bisa menyentuhnya.
"Kalau begitu Nak Yulia, Nayla kalian bantu Fifia berjalan."
"Baik Abah" Yulia dan Nayla pun membantu Fifia berjalan.
Ustadz Rehan membukakan pintu mobil untuk Fifia masuk. Umi Zahra duduk di bangku belakang menemani Fifia. Abah Shodiq duduk di depan samping kemudi. Ustadz Rehan mengemudikan mobilnya melesat membelah jalanan.
Yulia, Nayla dan Sherly mereka menatap mobil yang membawa Fifia pergi. "Semoga Mbak Fia cepat sembuh dan bisa kembali lagi ke pesantren." ujar Nayla.
"He,em. Kalau nggak ada Mbak Fia, kita pasti akan di injak-injak lagi sama si biang rusuh itu." Sherly ikut menimpali.
"Sudah, ayoo kita wudhu. Sudah waktunya sholat malam. Kita doakan Mbak Fia agar cepat di angkat penyakitnya. Doa di sepertiga malam itu doanya insyaa allah makbul loh, di ijabah sama Allah."
Nayla dan Sherly mengangguk membenarkan perkataan Yulia.
~ RUMAH SAKIT PERMATA INDAH
Fifia di masukkan ke ruang IGD. Abah Shodiq sudah memberitahukan kondisi Fifia pada Abah Umar. Saat ini keluarga Abah Umar sedang dalam perjalanan ke rumah sakit permata indah.
Ustadz Rehan mondar mandir di depan ruangan IGD ia khawatir dengan kondisi Fifia. "Nak, duduklah. Kamu akan capek jika mondar mandir seperti itu." ujar Umi Zahra.
"Nanti Umi. Aku khawatir dengan kondisi Fifia. Aku takut terjadi sesuatu padanya."
Abah Shodiq menepuk pundak lelaki semata wayangnya. "Duduklah, Fifia masih di periksa sama dokter. Dia pasti akan baik-baik saja."
Ustadz Rehan menghembuskan nafasnya berat. Ia mengangguk kecil lalu duduk di kursi lobby.
Tak berapa lama, dokter keluar dari ruangan IGD. "Bagaimana kondisi pasien, Dok?" tanya Abah Shodiq
"Pasien terkena penyakit demam berdarah. Saat ini kondisinya kritis dan segera membutuhkan donor darah. Tapi stok darah di rumah sakit saat ini sedang kosong. Apakah di antara keluarga pasien ada yang sama golongannya dengan pasien?"
Dokter tersebut menatap mereka bertiga secara bergantian. "Maaf Pak Dokter. Kami bukan keluarga pasien. Keluarga pasien masih dalam perjalanan." ujar Umi Zahra.
"Kalau boleh tau, apa golongan darah pasien dok?" tanya Ustadz Rehan
"Golongan darahnya A." jawab sang dokter.
"Emm maaf Dok, di antara kami tidak ada yang memiliki golongan darah A." ujar Abah Shodiq
"Hmmm gimana ini?" gumam dokter yang masih dapat di dengar.
"Kenapa, Dok?" tanya Ustadz Rehan khawatir.
"Pasien harus segera mendapatkan donor darah. Kalau tidak nyawanya tidak akan selamat." ujar sang dokter membuat keluarga ndalem syok mendengarnya.
oke lanjut
semangat untuk up date nya
Alhamdulillah double up date
oke lanjut thor
semangat lanjutkan Thorrrrr