Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kisah Klasik
"Almira hari ini diantar oleh supir, aku dengar-dengar dia putus dengan Derio."
"Kenapa bisa?"
"Tidak tau, tapi baguslah! Itu artinya aku punya kesempatan."
"Ngarep! Almira lebih cocok denganku. Lihat! Chatku saja dibalas."
Pembicaraan mahasiswa yang didengar oleh Fiona. Wanita yang kini tengah duduk di perpustakaan mencari berbagai materi kuliah. Ingin lulus dengan cepat, membuka usaha sendiri, jika gagal baru mulai memikirkan mencari kerja menggunakan ijazahnya.
"Almira putus?" Fiona menghela napas kasar, mengangkat salah satu alisnya. Itu artinya kak security-nya tersayang akan semakin berharap, akan cinta yang tidak mungkin berbalas.
Tidak menyadari seorang pemuda mengenakan kacamata, sedikit mengintip apa yang dilakukan Fiona. Membincangkan matanya, perlahan mendekat, hingga tiba-tiba duduk di samping Fiona.
"Eh! Setan!" Celetuk Fiona terkejut, baru menyadari kehadiran sang pemuda.
"Almira putus dengan pacarnya. Kamu punya strategi apa agar aku bisa dekat dengan Almira?" Tanya Yudha to the point.
"Yakin kak security tidak menyukaiku?" Bukannya menjawab, Fiona bertanya balik.
"Yakin! Almira lebih cantik daripada kamu. Kamu juga terlalu matrealistis. Hanya demi uang receh mau-mau mengantar pria, bahkan dipeluk dari belakang." Yudha menggeleng heran, dengan profesi gadis ini sebagai tukang ojek online.
"Namanya juga pekerjaan, yang penting tidak jual diri, mencuri, menipu dan mengemis." Fiona terkekeh, yang penting cuan. Hanya itulah yang ada di otaknya. Mengetahui dunia tidak seindah imajinasi para mahasiswa, dimana begitu lulus sudah pasti langsung mendapatkan pekerjaan kantoran dengan gaji tinggi.
"Murahan." Kalimat menusuk dari kak security yang gantengnya kebangetan.
"Buat kak security aku jadi murah deh! Asalkan dijadikan pacar." Pintanya memasang raut wajah manis mengedipkan matanya beberapa kali.
"Sudah aku bilang, tidak mungkin aku jatuh cinta padamu. Kita hanya teman, selamanya hanya teman, tidak akan pernah lebih dari teman." Tegas Yudha, kalimat yang mungkin akan disesali olehnya, setelah dua tahun kemudian.
"Auggh..." Fiona memegangi dada kirinya sendiri."Hatiku sakit, butuh asupan cinta agar tetap bertahan."
"Stok cinta habis!" Yudha mengangkat salah satu alisnya.
"Iya! Iya! Ada batasan yang tegas, kita adalah teman." Fiona menghela napas kasar, cinta boleh. Tapi dirinya juga memiliki harga diri setelah ditolak berkali-kali. Setidaknya dengan adanya tembok persahabatan, dirinya tidak akan pernah salah sangka lagi.
"Baik! Kita mulai strategi mendekati Almira!" Ucap Fiona penuh semangat, menadahkan tangannya."Mana handphonemu?"
Yudha memberikan handphonenya pada Fiona. Gadis yang kelihatannya tidak peduli dengan lambang apel digigit pada bagian belakang handphone. Keluaran terbaru? Itu sudah pasti. Tapi gadis itu terlalu kuper untuk menyadari handphone di tangannya bernilai puluhan juta.
"Ah sial! Bagaimana cara memakainya?" Geram Fiona, yang terbiasa memakai handphone dengan harga dibawah 2 juta rupiah.
"Kamu mau mencari apa?" Tanya Yudha.
"WhatsApp! Biar aku yang mengirim pesan pada Almira. Kebetulan aku punya nomornya." Jawab gadis itu penuh senyuman. Dirinya akan menepati janji pada kak security. Daripada ini lebih mudah dan tidak berbahaya lagi, mengingat Derio sudah bukan kekasih Almira.
"Tidak! Aku ingin mendekatinya secara langsung." Yudha memasukkan kembali handphone ke sakunya. Tidak ingin Almira mencintai karena keterpaksaan.
"Baik! Begini! Aku akan berpura-pura menjadi penggemar berat Derio. Fans fanatik atau orang yang jatuh cinta secara gila-gilaan padanya. Nah! Aku akan membully Almira. Tugasmu menyelamatkan Almira dari pembullyan. Tapi ada satu masalah..." Fiona menghela napas kasar.
"Apa?" Tanya Yudha.
"Uang! Aku tidak bisa membully Almira sendiri. Setidaknya dibutuhkan dua mahasiswi lain. Agar adegan menjadi lebih dramatis. Nah! Tugasmu mudah, selamatkan Almira, lindungi dia. Bela dia, terserah mau membentak atau mengancamku. Selanjutnya, kamu akan menjadi pahlawan, kalian berkenalan, tukaran nomor handphone." Sebuah strategi cinta yang konyol dari Fiona.
Strategi yang mungkin akan membuat sang singa salah paham. Pinguin yang sehebat agen rahasia itu hanya ingin hidup damai. Tapi kedamaian hidupnya rusak, hanya karena video mesum yang masih disimpannya.
Video mesum? Almira dan Derio memang hampir melakukannya. Jika saja Fiona yang merekam tidak ketahuan. Lalu, jika saja Fiona tidak kabur, mungkin tidak akan mengenal seorang Yudha lebih dekat.
"Aku setuju!" Yudha mengambil dompetnya, mengeluarkan semua uang cash yang ada di dalamnya."Kalau kurang, sisanya aku transfer---"
Srak!
Pinguin tidak tahu diri, begitu melihat uang suaminya, eh salah melihat uang dari pacar orang, langsung disambar olehnya. Tiga juta rupiah total uang yang diberikan."Ini nanti aku bagi tiga, satu juta sama rata dengan kedua temanku."
"Terserah! Kapan aku bisa dekat dengan Almira?" Tanya Yudha penuh harap. Memegang jemari tangan Fiona. Jantungnya berdegup sedikit lebih cepat, apa mungkin karena terlalu bersemangat untuk mendekati Almira yang begitu cantik?
"Besok, rektor aku dengar-dengar akan mengikuti pertemuan. Hanya beberapa dosen yang ada di kampus, karena itu ini kesempatan kita." Ucap Fiona tersenyum menggenggam tangan Yudha lebih erat.
Dengan cepat Yudha menarik tangannya sendiri."Dasar! Cari kesempatan dalam kesempitan."
"Iya! Iya! Selamanya kita hanya teman. Tidak akan pernah berubah. Aku cuma perlu waktu untuk move-on setelah ditolak."
*
Hari eksekusi segera tiba. Seorang mahasiswa yang cukup rupawan tengah berciuman dengan Almira dalam salah satu bilik toilet.
"Sudah...!" Ucap Almira tersenyum, dengan deru napas tidak teratur.
"Aku mencintaimu. Maukan menjadi pacarku?" Tanya sang mahasiswa.
"Maaf, aku belum bisa move on, mungkin memerlukan sedikit waktu. Karena jika sudah jatuh cinta, aku akan tulus. Aku menyukai pria baik sepertimu." Ucap Almira memberikan harapan. Tapi tidak pernah memberikan kepastian.
Tidak menyadari Derio berada dalam bilik toilet, disamping bilik Almira. Jemari tangannya mengepal, matanya memerah, dengan air mata tertahan, mendengar semua kalimat yang terucap dari bibir Almira.
Karena Almira dirinya bertengkar dengan Dio, bersaing dengan kakaknya sendiri. Tapi ternyata inilah sosok Almira yang asli.
Hari ini dirinya mengikuti Almira, baru satu hari dan inilah hasilnya. Almira memang tidak berselingkuh, karena tidak ada kata kekasih atau pacar. Tapi, tetap saja... seperti kaisar dengan banyak selir, itulah wajah asli Almira.
Menghela napas kasar, haruskah dirinya membully Almira. Membuat seisi kampus membenci wanita itu?
Suara Almira dan sang mahasiswa yang entah siapa keluar dari bilik toilet terdengar. Menunggu beberapa menit, barulah Derio keluar itulah yang ingin dilakukan Derio.
Kala suasana sepi, dirinya hendak keluar dari toilet pria. Namun langkahnya terhenti, kembali bersembunyi, menyadari wajah galak yang lucu dari seorang wanita.
Byur!
Almira disiram dengan seember air oleh Fiona, ditemani Melan dan Okta.
"Br*ngsek! Kenapa kamu menyiramku!?" Bentak Almira hendak menyerang Fiona, tapi dengan cepat Melan dan Okta memegangi Almira.
"Wanita murahan sepertimu berani-beraninya menyakiti prince (pangeran, dalam hal ini Derio)." Wajah Fiona tersenyum, menarik rambut Almira, hingga wanita itu sedikit meringis.
"Derio, aku adalah penggemar beratnya. Dia tujuan hidupku. Tapi cantik pun tidak, berani-beraninya wanita sepertimu menyakiti pangeran impianku!" Bentak Fiona, penuh senyuman keji. Seperti tokoh antagonis dalam novel atau drama. Tidak begitu cantik, tapi berani membully pemeran utama wanita.
Derio yang bersembunyi entah kenapa tersenyum. Kesedihannya lenyap, wajahnya tersenyum-senyum sendiri. Bahkan menahan tawanya, betapa lucu gadis ini.
Pinguin kecilnya yang tengah membentak merak, berpura-pura tegas, berpura-pura galak. Tidak menyadari harimau yang seharusnya membela merak, tengah tertawa mengintai dirinya.
Masih greget rasanya...