Andrian, seorang pria sukses dengan karir cemerlang, telah menikah selama tujuh tahun dengan seorang wanita yang penuh pengertian namun kurang menarik baginya. Kehidupan pernikahannya terasa monoton dan hambar, hingga kehadiran Karina, sekretaris barunya, membangkitkan kembali api gairah dalam dirinya.
Karina, wanita cantik dengan kecerdasan tajam dan aura menggoda yang tak terbantahkan, langsung memikat perhatian Andrian. Setiap pertemuan mereka di kantor terasa seperti sebuah permainan yang mengasyikkan. Tatapan mata mereka yang bertemu, sentuhan tangan yang tak disengaja, dan godaan halus yang tersirat dalam setiap perkataan mereka perlahan-lahan membangun api cinta yang terlarang.
Andrian terjebak dalam dilema. Di satu sisi, dia masih mencintai istrinya dan menyadari bahwa perselingkuhan adalah kesalahan besar. Di sisi lain, dia terpesona oleh Karina dan merasakan hasrat yang tidak terkonfirmasi untuk memiliki wanita itu. Perasaan bersalah dan keinginan yang saling bertentangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Melinda tengah duduk sendiri di sudut cafe yang sepi, aroma kopi yang hangat mengelilinginya seolah mencoba menghangatkan hatinya yang terasa dingin. Dia merenungkan nasibnya, mengenang berbagai liku-liku yang telah dilaluinya. Dalam setiap tegukan kopi, seolah terdapat cerita-cerita yang terpendam, harapan yang tak kunjung terpenuhi, dan perasaan campur aduk yang semakin mendalam.
Hari itu, Melinda seperti biasa, mengenakan gaun sederhana namun elegan. Dia memilih tempat itu karena ingin sejenak menjauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota. Namun, pikiran-pikirannya tak bisa secepat itu pergi, kepala penuh dengan pertanyaan dan jawaban yang belum jelas. Begitu tenggelam dalam lamunan, suara derap langkah kaki membuatnya tersadar. Ternyata, itu sahabatnya, Anita, yang datang menghampiri.
"Melinda!" sapa Anita dengan senyuman hangat. "Maaf aku telat. Ada apa dengan wajahmu? Sepertinya banyak yang kamu pikirkan."
Melinda menghela napas panjang, mengalihkan pandangannya ke luar jendela cafe, seolah mencari jawaban di luar sana.
"Banyak yang harus aku pikirkan, Anita," jawabnya, suaranya penuh keraguan.
"Tapi yang paling mendalam adalah mengenai keputusan aku untuk… menerima poligami."
Anita, yang sudah banyak mengenal Melinda, langsung mengernyitkan dahi. "Kenapa kamu mau di poligami? Bukankah itu sebuah pilihan yang rumit dan penuh resiko?"
Melinda meletakkan cangkir kopinya perlahan. Dia menatap sahabatnya, mengumpulkan semua kekuatan untuk menjelaskan.
"Cinta," ujarnya, "cinta yang membuatku bertahan. Aku tahu, banyak orang yang akan menganggap ini keputusan yang salah, dan aku sendiri sering kali merasa ragu. Tapi, di balik semua itu, ada cinta yang sulit dilukiskan."
"Tapi cinta seperti itu, apa kamu tidak takut akan sakit hati?" tanya Anita dengan nada khawatir. "Kamu berhak mendapatkan yang lebih baik."
Melinda tersenyum tipis, meski dalam hatinya tersimpan kepedihan. "Mungkin ini bukan yang terbaik, tetapi ini adalah pilihan yang aku buat. Dalam cinta, kadang kita harus rela berkorban. Dan anehnya, meskipun ada campur tangan pihak ketiga, aku merasakan cinta itu semakin dalam. Ya, mungkin aneh, tapi itulah yang kualami."
Anita terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Melinda. "Jadi kamu benar-benar siap untuk semua konsekuensi itu?"
"Siap atau tidak siap, itu bukan pilihan yang bisa kumiliki sekarang. Aku hanya ingin menjalani hidup ini sejujur mungkin," jawab Melinda, walau ada keraguan yang menggantung di langit hati.
"Dan aku percaya, pada akhirnya cinta sejati akan menemukan jalan."
Percakapan di antara mereka terus berlanjut, seraya Melinda membahas berbagai aspek tentang cinta dan kehidupan. Melinda tahu, keputusan ini akan membawa banyak perubahan dalam hidupnya, namun hatinya terdorong oleh kekuatan cinta yang tak bisa diabaikannya.
Di balik senyuman, ternyata ada selalu hal-hal yang harus dihadapi. Sekali lagi, Melinda merasakan bahwa hidup adalah gambaran dari pelangi yang indah, meski tidak jarang ada badai yang menghalangi. Dalam perjalanan cinta yang siap dijalaninya, dia siap untuk menghadapi apapun asalkan cinta tetap menjadi kompas yang menuntunnya.
Dari percakapan ini, Melinda menyadari bahwa tidak ada jalan yang benar-benar mudah dalam mencintai, tetapi setiap langkah yang diambil dengan penuh cinta adalah langkah menuju kebahagiaan yang dicari.
***
Terimakasih yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini 😉
Follow dulu untuk kelanjutan Bab selanjutnya ❤️
Tinggalkan jejak, caranya, komen, share, like dan follow ❤️
komen sebanyak-banyaknya agar author semangat untuk lanjut hehe
heheheh mF cmn sekedar.....
asli sakit aku baca nya nasib melindaaa
dn Adrian buta
kl aku jd melinda,mngkn brpsah plihan yg tpat....drpd pnya status,tp d abaikn...kn lbh baik nyri kbhgiaan sndri...
dia pst ingin jd satu2nya,ga mau brbgi dgn wnta lain....
knp melinda msh brthan????
mskpn msh cnta,tp kn bs mncri kbhgiaan yg lain....