Satu tahun lalu, dia menolong sahabatnya yang hampir diperkosa pria asing di sebuah Club malam. Dan sekarang dia bertemu kembali dengan pria itu sebagai Bosnya. Bagaimana takdir seperti ini bisa terjadi? Rasanya Leava ingin menghilang saja.
Menolong sahabatnya dari pria yang akan merenggut kesuciannya. Tapi sekarang, malah dia yang terjebak dengan pria itu. Bagaimana Leava akan melewati hari-harinya dengan pria casanova ini?
Sementara Devano adalah pria pemain wanita, yang sekarang dia sudah mencoba berhenti dengan kebiasaan buruknya ini. Sedang mencari cinta sejatinya, namun entah dia menemukannya atau tidak?
Mungkinkah cintanya adalah gadis yang menamparnya karena hampir memperkosa sahabatnya? Bisakah mereka bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bos Yang Menyebalkan
Leava masih mencoba untuk menuruti perintah Bosnya yang dia rasa cukup diluar nalar. Padahal dia menjadi Sekretarisnya, bukan pengantar makanan seperti ini.
Dengan menggunakan ojek online, Leava pergi menuju Restoran pizza yang di inginkan Bosnya. Padahal jaraknya dari Perusahaan cukup jauh, dan jam makan siang hanya satu jam saja. Belum kemacetan di jalan. Hal ini membuat Leava mencoba untuk tetap tenang meski dia kesal setengah mati pada Devan.
"Kalo aja gue gak butuh pekerjaan ini, udah pasti gak bakalan gue turutin perintahnya yang ugal-ugalan ini. Tapi gimana dong? Gue butuh pekerjaan ini.. Hiks" gerutunya dengan terisak tanpa menangis.
Sampai disana, dia lupa jika Bosnya akan pesan rasa apa. Karena dia tidak tahu apa yang disukainya dan tidak. "Sial, dia benar-benar menguji kesabaran gue. Aduh, gue harus pesen rasa apa ya?"
Leava jadi bingung sendiri, sampai dia mengingat Rena. Devan yang mengenal Rena, pastinya dia akan tahu makanan kesukaan pria itu. Segera Leava menghubunginya.
"Hallo, Kak Rena, aku mau tanya dong. Kalo pesan pizza, Tuan Devan itu sukanya rasa apa?"
Rena yang tersenyum mendengar itu, dia membayangkan apa yang terjadi saat ini ketika Leava bertemu dengan Kakaknya. "Biasanya Kakak pesan rasa keju. Kamu beli pizza dimana?"
Leava menyebutkan nama Restoran dimana dirinya berada sekarang. Tentu saja membuat Rena terkejut. "Itu 'kan jauh banget. Tumben banget Kak Devan makan siang pakai pizza. Terus beli di Restoran itu lagi. Biasanya dia akan delivery makanan biasa saja"
Leava rasanya ingin menjerit dan menangis. Satu hal, sekarang dia menyadari jika Rena dan Devan adalah adik kakak. Tapi entah kenapa sifatnya begitu berbeda jauh.
"Aku juga gak tahu, Kak. Yaudah, makasih ya Kak Rena. Aku harus segera kembali ke Kantor soalnya"
"Yaudah, kamu semangat kerjanya ya"
Leava hanya tersenyum saja dengan ucapan Rena itu. Dia langsung menutup sambungan telepon. "Semangat gue udah hampir habis gara-gara Bos nyebelin kayak dia"
Menunggu beberapa saat sampai pesanannya jadi, segera Leava kembali ke Kantor dengan menggunakan ojek online yang dia pesan beberapa saat sebelumnya.
"Pak, bisa cepetan lagi. Saya buru-buru soalnya, ini pesanan Bos saya"
"Ini sudah cepat Neng, bahaya juga kalau lebih cepat dari ini"
Leava tidak bisa berkutik, karena memang harus mematuhi peraturan lalu lintas. Kasihan juga jika orang yang bekerja sebagai ojek online ini harus kehilangan pekerjaan karena dia yang terburu-buru.
Setelah sampai di Kantor, Leava langsung membawa pizzanya ke ruangan Bos. Namun, ketika dia sampai disana tidak menemukan keberadaan Devan. Hanya ada seorang pria yang berdiri di depan pintu ruangan.
"Tuan Devan sedang ada rapat diluar, dia berpesan jika anda makan saja makanannya"
Hembusan nafas Leava sudah semakin cepat, menahan diri agar tidak menjerit kesal sekarang. "Kamu siapa?"
"Oh apa Tuan Muda tidak memperkenalkan? Saya adalah Asisten pribadinya, nama saya Givan"
Leava langsung mengerutkan keningnya sekarang, merasa bingung. "Kalau dia sudah ada Asisten, kenapa masih mencari Sekretaris? Bukannya sama saja ya?"
"Karena tugas saya dan kamu berbeda. Jika kamu harus memeriksa semua berkas dan menyiapkan untuk rapat di Perusahaan ini. Sementara saya yang akan pergi menemani Tuan Muda kemana pun. Bahkan untuk perjalanan bisnisnya dan juga rapat diuar. Em, sekarang saya juga harus segera pergi untuk mengantar Tuan Muda bertemu rekan kerja diluar. Saya permisi"
Leava hanya mengangguk saja dengan hembusan nafas lelah. Dia masuk ke dalam ruangan dan duduk di meja kerjanya. Menyimpan kotak pizza di atas meja. Lalu menyandarkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangan sebagai bantalan.
"Sial, gue lelah banget. Kayaknya emang tuh orang cuma mau ngerjain gue aja deh. Dia masih marah karena kelakuan gue waktu itu dan juga tadi"
Leava menghembuskan nafas kasar, dia melirik kotak pizza dan langsung membukanya. "Tadi bilang gue makan aja kan pizza ini. Kebetulan gue udah laper banget, gue habisin aja nih pizza"
Seperti orang kerasukan, dia makan dengan penuh emosi.
*
Di dalam mobil, Devano hanya diam dengan menatap keluar jendela. Givan yang sedang mengemudi juga hanya diam dengan merasa sedikit heran. Apalagi ketika dia melihat senyuman tipis di bibir Devan. Sungguh hal yang langka sekali.
"Apa dia sudah pulang sekarang?" tanya Devan.
Givan terdiam sejenak, sampai dia mengerti siapa yang dimaksud oleh Tuannya ini. "Seharusnya sudah, ini sudah waktunya pulang karyawan Kantor. Kecuali jika ada yang kerja lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya"
Devan mengangguk mengerti, lagi-lagi dia tersenyum tipis. "Seharusnya dia langsung pulang, karena dia belum aku berikan pekerjaan apapun"
"Tuan, sekarang kita langsung pulang?"
"Ya, langsung ke rumah saja. Aku sudah lelah dan ingin istirahat sebentar"
Devan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, dengan memejamkan matanya. Hari ini memang cukup melelahkan, sejak jam makan siang hingga sekarang, dia baru bisa tenang setelah menjalani beberapa pertemuan dengan rekan kerja untuk proyek baru Perusahaan.
Setelah sampai di rumah, dia langsung mandi dan berganti pakaian. Hari sudah gelap, dan dia mengingat tentang kejadian tadi di Kantor.
"Ah, kenapa aku senang melihat wajah kesalnya. Dia yang begitu kesal padaku, tapi tetap menahannya dan tetap tersenyum padaku. Ah, lucunya"
Devan meraih ponselnya di atas nakas, lalu menghubungi Givan. "Ambilkan berkas di ruanganku untuk rapat besok. Kita harus ke Perusahaan Tuan Kevin besok pagi"
Dan hanya jawaban iya yang didengar oleh Devan. Tentu saja, karena Asistennya itu tidak akan berani menolak perintahnya, meski hari sudah gelap sekarang.
Beberapa saat kemudian, Devan yang sedang duduk bersandar di atas tempat tidur dengan merilekskan pikirannya. Harus terganggu karena suara ponsel berdering. Saat dia lihat, Givan melakukan panggilan video padanya.
"Ck, kenapa harus video call segala"
Devan mengangkat panggilan video dari Givan itu. Dia sudah ingin marah karena Givan yang mengganggu waktu istirahatnya dengan melakukan panggilan video tidak penting. Namun, yang memenuhi layar ponsel bukanlah wajah Givan. Tapi seorang gadis yang tertidur di atas meja kerjanya dengan sekotak pizza yang tinggal sebagian.
"Tuan, ternyata Sekretaris Lea belum pulang. Dia malah tertidur disini"
Devan langsung turun dari atas tempat tidur. "Kau diam disana, jangan ganggu dia. Aku akan segera pergi kesana!"
"Tapi Tuan, anda tidak perlu sampai datang kesini. Saya akan membangunkannya dan meminta dia pulang sekarang"
"Ck, kau dengar ucapanku tadi tidak?! Jangan ganggu dia. Aku akan kesana sekarang!"
Dan akhirnya Givan juga tidak bisa membantah lagi. Apalagi saat Tuannya sudah memutuskan sambungan telepon. Givan menatap wajah teduh Leava yang ketiduran.
"Apa yang membuat Tuan saya begitu peduli pada karyawan baru seperti kamu?"
Bersambung