Delia adalah seorang pramugari di sebuah maskapai penerbangan di Indonesia. Hingga suatu ketika Delia dijadwalkan terbang bersama seorang pilot tampan idola para wanita, menggantikan rekannya yang berhalangan masuk, dan bertemu dengan seorang pilot tampan, yang digandrungi banyak pramugari.
Delia pikir kapten Abian adalah Captain ramah dan baik, nyatanya Captain itu sangat menyebalkan untuknya, membuat Delia begitu membenci pilot itu.
"Aku bersumpah, walau didunia ini laki-laki tersisa hanya dia, aku tak sudi jika harus berjodoh dengan laki-laki bermulut sambal sepertinya," gerutu Delia.
Namun Delia seperti termakan omongannya sendiri, dia yang tak sengaja bertemu mama Abian, dan wanita itu menjodohkan mereka berdua, Delia pun jatuh cinta pada pesona sang pilot.
Hingga saat Abian datang dan melamar Delia. Terungkap jika kematian ayahnya ada hubungannya dengan Abian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membayar Hutang
"Kenapa Captain mengikuti saya?," Delia memasang wajah sebalnya, sebab Abian terus mengekori seperti anak ayam mengikuti induknya.
"Cuma mau memastikan, bahwa pesanan kamu benar." Abian berdiri di belakang Delia dengan jarak yang begitu dekat, nyaris tanpa cela. "Dan saya mau makan disini, bukan take away"
"Mundur Capt, jangan dekat-dekat, saya risih" Delia memajukan tubuhnya agar tak terlalu dekat dengan Abian. "Lebih baik Captain menunggu dimeja saja, nanti saya bawakan makanannya."
Abian juga baru menyadari jika dia berdiri terlalu dekat dengan Delia, sontak dia ikut menjarakkan tubuhnya, dia sedikit malu dan gugup. Tak membantah, Abian menuruti apa kata Delia, Abian menoleh kebelakang terlebih dahulu, mencari tempat kosong untuknya, setelah mendapat tempat yang sekiranya nyaman, Abian lalu mengatakan pada Delia.
"Saya duduk disana." Tunjuk Abian meja yang berada sedikit dipojok sudut cafe. Delia mengangguk, kemudian Abian meninggalkan Delia menuju meja yang telah dipilihnya.
Tiba-tiba saja muncul kembali ide di benak Delia untuk mengerjai Abian, jika tadi hanya dua menu yang ia tunjukkan pada Abian, tapi Delia menambahkan tiga menu lagi dengan harga yang paling tinggi dicafe ini. Beruntung cafe ini menerima sistem pembayaran diakhir, jadi Delia bisa meninggalkan Abian begitu saja.
Setelah selesai, Delia menunjukkan pada waiters untuk mengantar ke meja nomor lima belas tempat Abian duduk. Delia ingin cepat-cepat keluar dari cafe ini dan segera menyusul Voni dan Rendy kembali, namun sayangnya gerak gerik Delia terbaca oleh Abian.
Abian segera bangkit dari duduknya saat Delia sudah ingin keluar.
"Mau kemana kamu?." Abian mencekal pergelangan tangan Delia.
"Mau pulang, saya sudah selesai memesankan makanan yang Captain mau"
"Tunggu menunya datang, kamu baru bisa pulang."
"Untuk apa saya menunggu Capt?, saya mau pulang."
"Tunggu atau tidak pulang sama sekali." perintah Abian tegas tak mau dibantah.
Delia tak dapat berbuat apa-apa kecuali menurut untuk saat ini, menurut untuk sementara waktu, setelahnya baru dia akan pulang.
Delia duduk didepan Abian, laki-laki itu masih mengenakan kaca mata hitamnya, Delia menyadari jika banyak para pengunjung wanita dicafe ini mencuri-curi pandang melirik Abian, tapi sepertinya Abian tak terganggu sama sekali, hal ini sudah sangat biasa bagi seorang Abian.
"Dasar caper, ngapain coba masih pakai kaca mata didalam?, sakit mata kali." Delia tertawa dalam diam, mentertawakan tingkah aneh Abian.
"Saya tau kamu mentertawakan saya Delia," ucap Abian yang memang dia memperhatikan Delia dibalik kaca hitamnya.
"Ih apa sih Capt, kepedean banget." Delia melihat ponselnya, menanyakan Voni apakah ban Rendy sudah selesai ditambal apa belum?. Dan Voni menjawab jika bannya sedang diganti.
"Capt, saya lihat Voni dan Captain Rendy dulu ya?"
"Nanti" cegah Abian, dia memajukan duduknya kembali mencekal pergelangan tangan Delia "Tunggu menu yang kamu pesan datang," Abian merasa Delia sedang merencanakan sesuatu padanya.
Sial, kalo begini aku bisa ketahuan.
Delia menjadi gelisah, namun dia mengalihkanya bertukar pesan pada Voni, berbeda dengan yang Abian lakukan, dia malah menyuruh Rendy pulang terlebih dahulu bersama Voni jika sudah selesai, dia beralasan jika ada keperluan mendadak pada Delia.
Well, keperluan mendadak yang tak jelas alasannya.
Tak lama pesanan makanan yang dipesan Delia datang, Delia memejamkan matanya sejenak untuk siap mendapat dampratan Abian. Abian tertawa melihat ekspresi wajah Delia, benar dugaannya jika Delia mengerjainya.
"Pesanan kamu banyak juga Delia, apa kamu bersama Rendy tadi tidak makan?" tanya Abian dengan terus menatap Delia yang hanya tertunduk diam.
"Hello, i don't talk alone, Delia. " Abian mengetukkan jemarinya pada meja untuk menyadarkan Delia.
Delia yang tertunduk segera mengangkat kepalanya "Iya Capt ini pesanan saya," ucap Delia akhirnya pasrah dan berbohong.
Abian hanya mecebikkan bibir lalu mengangkat kedua bahunya "Kamu tahu Delia, saya tidak membawa uang, jadi saya minta kamu yang bayarkan dulu makanan saya." Aku Abian jujur, yang mana uang yang dia bawa, dia gunakan untuk membayar tukang parkir yang disuruhnya untuk membuat ban Rendy bocor.
Delia tentu saja terkejut dengan pengakuan Abian, mata Delia sampai membola seperti ingin keluar dari tempatnya.
"Apa Capt?" Mulut Delia menganga, jika memang seperti ini, namanya dia senjata makan tuan. "Tidak mungkin Captain tidak membawa uang, Captain jangan membohongi saya "
"Ia, bahkan bensin mobil saya juga hampir habis, makanya saya menyuruh Rendy dan Voni pulang terlebih dahulu, saya minta tolong sama kamu, untuk membelikan saya bensin, nanti uangnya saya ganti."
Delia hampir saja merosot dari tempat duduknya jika dia tidak menahan diri, Delia meremas tas miliknya yang berada dipangkuanya. Geram, kesal, dan ingin marah bercampur menjadi satu, tapi Delia mencoba bersabar, tak mungkin dia meluapkanya ditempat keramaian.
"Kenapa Captain tidak meminjam pada Captain Rendy saja, kenapa harus saya?" Delia sudah tak tahan untuk tak bertanya jujur.
"Ya karena _" Abian terdiam gugup, mencari alasan yang tepat "Kasihan Rendy, dia habis mentraktir kalian, lalu harus membayar ganti ban mobilnya juga, jadi saya tidak tega."
"Terus Anda tega sama saya?" Delia menunjuk dirinya sendiri.
"Tidak juga, sudahlah Delia nanti saya ganti uang kamu, saya lapar, tidak mau berdebat, saya mau makan dulu."
Abian melihat menu yang dipesankan Delia, padahal tadi dia hanya minta dipesankan kopi dan cake saja, kini diatas mejanya tersaji spagethi, steak dan makanan ala Eropa yang Abian tak begitu tau jenis apa.
Abian menyendokkan satu persatu makanan itu, yang pertama ia potong adalah chesee cake, bukan untuk dia, melainkan ia berikan pada Delia terlebih dahulu.
"Saya nggak mau, saya kenyang." tolak Delia saat Abian menyodorkan cake didepan mulut Delia.
"Bukan apa-apa Delia, saya takut kamu memberikan saya racun, karena kamu masih dendam sama saya."
Delia kembali dibuat tersulut dengan ucapan Abian, namun tak ayal dia membuka mulutnya, menerima suapan Abian.
"Anda puas Captain Abian terhormat, biar saya yang mati dahulu biar Anda senang."
Abian tertawa kecil melihat Delia yang marah-marah dengan mulutnya yang penuh, terlihat sangat lucu buat Abian.
"Jangan mati dulu, nanti tunggu saya sudah bayar hutang, saya nggak mau ada hantu perempuan datang dan menagih hutang sama saya." Abian membukakan tutup botol air mineral lalu diberikan pada Delia, dan Delia yang memang merasa serat menerimanya.
Delia terus menerima saat Abian menyuapkan makanan kedalam mulutnya, tanpa Delia sadari jika Abian selalu makan dan minum dari bekas bibirnya. Abian hanya tersenyum tipis, saat Delia menerima makanan pemberianya.
"Enak??," tanya Abian kemudian
"Nggak."
"Tapi dari tadi, mangap terus disuapin."
"Terpaksa biar cepat habis, biar bisa cepat pulang." Abian tertawa kecil menanggapi jawaban ketus Delia, Abian terus saja menyuapi Delia, dan dia makan dengan bekas sendok Delia.
Setelah selesai makan, dengan sangat terpaksa dan berat hati, Delia harus membayar tagihan makanan mereka yang sedikit menguras dompet Delia.
"Awas saja kalau nanti dia tak mengganti uangnya," geram Delia kesal. Saking kesalnya Delia tak menyadari jika ada anak kecil dibelakangnya.
"Eh maaf."
Anak perempuan cantik berusia kisaran tiga tahunan lebih itu tidak menagis, tapi dia malah menunjukkan ekspresi terkejut yang menggemaskan dengan menutup mulutnya dan mata yang terbelalak bulat.
"Uppss maaf tante."
Delia tersenyum, lalu menekuk lututnya untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah anak itu.
"Kamu nggak papa?" tanya Delia, bocah itu menggeleng. "Tante beliin es krim yang baru ya?"
"Nggak usah tante, aku tinggal minta sama bunda. Inikan kan cafe punya bunda dan ayah aku." bocah itu langsung berlari menjauhi Delia.
"Lucu." puji Delia, dan itu didengar Abian.
"Kamu suka anak kecil?" Abian mengekori Delia yang keluar dari cafe.
"Suka, karena anak kecil polos, selalu jujur. Nggak kayak orang dewasa, banyak bohongnya."
"Kamu menyindir saya Delia?"
"Nggak, Captain aja yang sensitifan."
Lepas dari pom bensin, Abian terus mengarahkan mobilnya membelah jalanan yang cukup padat di siang menjelang sore itu. Menyadari arah jalan yang asing menurutnya, Delia menjadi sedikit takut.
"Ini kita mau kemana Capt?" Delia memutar tubuhnya melihat sekeliling jalanan.
"Ke hotel," jawab Abian santai.
"Jangan bercanda Capt, ini nggak lucu, saya bisa teriak dan loncat dari mobil jika Captain mencoba melakukan itu."
"Loncat saja delia, asal kamu jangan mati, karena saya masih memiliki hutang sama kamu."
"CAPT."
"Kerumah saya Delia, saya mau bayar hutang saya."
.
.
.
.
Banyak triknya ya Captain Abian ini 🤭😅