Ellios atau Kai??
bagaimana jika dua jiwa itu ada dalam satu nyawa?
penyamaran yang awal nya dibuat untuk sekedar candaan, tiba-tiba berubah menjadi sebuah pilihan penting dalam hidup nya.
semua karena "CINTA"!
ya, itulah alasan kenapa tubuh itu harus memilih jiwa mana yang akan dia pertahankan.
akankah sebuah cinta menemui jalan nya?,
atau justru takdir yang akan menyeretnya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clayra sarka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tamparan pertama
Setelah memikirkan beberapa pertimbangan secara detail, akhirnya aku mantap memilih jangka sewa 6 bulan.
singkat nya, transaksi ini pun telah disetujui oleh ke 2 pihak, aku dan pak Lukman. setelah aku membayar uang sewa sekaligus, pak Lukman pun juga memberikan kunci kontrakan saat itu juga.
aku yang memang sudah merasa lelah dengan hari ini akhirnya langsung memutuskan membuka rumah tersebut dan begitu saja memasuki nya. tentunya aku masih bersama pemilik resmi rumah ini yang menuntun ku untuk melihat isi rumah tersebut.
'hm... tidak buruk juga'
batin ku seraya meneliti sekitar ruangan. pemandangan pertama yang disuguhkan adalah ruang tamu sepetak dengan satu set meja dan sofa sederhana berwarna hijau muda yang menjadi penghuni ruangan depan.
dibalik dinding ruang tamu ada 2 pintu ruangan yang berada saling berhadapan. sedangkan space sisanya dibiarkan kosong sampai batas belakang yang digunakan untuk dapur dan ruang makan.
"rumah ini memang hanya diisi 2 kamar saja mas. sisanya hanya dapur dan ruang makan. untuk tempat kosong disana dulu kami buat sebagai ruang keluarga. jadi sengaja saya tidak isi banyak banyak kamar mas"
dengan sangat rinci pak Lukman mulai berperan sebagai tour gaet ditempat ini. dan akupun hanya mengangguki saja segala ucapan nya.
tapi tak lama dari itu aku baru menyadari ada yang kurang dari rumah ini. sejak tadi aku tidak melihat tempat itu.
"maaf pak, sejak tadi saya tidak menemukan letak kamar mandinya? apa tempat itu berada diluar rumah?"
"ah bapak lupa mengatakan nya. untuk kamar mandinya sudah ada diruang kamar masing masing mas. dan itu akan menjadi keunggulan rumah ini. jadi mas nanti tidak perlu keluar kamar untuk sekedar mandi atau aktifitas kamar mandi lainnya. karena di dalam sudah kami sediakan kamar mandi yang cukup besar. mari saya perlihatkan"
aku kembali mengikuti langkah kaki pak Lukman. dan benar saja, akupun langsung diarahkan pada kamar yang pertama.
sesuai perkataan beliau, memang ruangan ini sangat besar, meski isian nya masih berupa kasur dan lemari pakaian saja, tapi aku sudah memiliki banyak rencana untuk mendekorasi kamar ini.
"bagaimana mas? cocok dengan kebutuhan mas Kai?"
"sudah pak. ini lebih dari cukup"
"kita ke kamar sebelah mas?"
"saya ikut saja pak"
kembali aku hanya menuruti semua yang dilakukan pak Lukman. akhirnya aku berjalan kearah kamar sebelah, dan kali ini aku melihat ruangan yang hampir sama dengan kamar depan, tapi ruangan ini lebih kecil daripada yang pertama.
"ini dulu untuk kamar anak anak mas. jadi lebih kecil"
"iya pak"
"sepertinya semua sudah bapak tunjukan. apa ada yang mas ingin tanyakan seputar tempat ini?"
"tidak pak. ini sudah cukup"
"oiya mas, ada satu peraturan lagi yang bapak terapkan di sini. saya harap mas bisa patuhi"
"katakan saja pak"
"saya membebaskan mas membawa teman teman mas kesini, asalkan jangan sampai mas membuat hal haram disini. seperti minum minuman atau zina"
"saya sangat paham pak. saya akan patuhi itu"
"terimakasih mas kerjasamanya. oiya jika mas butuh apa apa langsung aja hubungi saya"
"baik pak"
"jika begitu, saya pamit undur diri dulu mas. di rumah masih ada pekerjaan soalnya"
"baik pak. terimakasih untuk kerjasamanya"
sebelum pria ini keluar, kami kembali melakukan jabat tangan sebagai wujud dari terjalin nya kerjasama ini.
setelah mengantar pak Lukman keluar, akupun langsung mengunci pagar dan pintu rumah. lalu segera masuk dan merebahkan diriku di ranjang kasur.
"ingin membersihkan diri tapi aku belum menyiapkan semuanya. pakaian ganti ku, peralatan mandi, bahkan seragam sekolah dan alat alat lainnya belum juga aku pindahkan ke sini"
setelah meratapi tugas yang masih menggunung, akhirnya dengan terpaksa aku kembali bangkit dan mulai berjalan kembali kearah pintu kamar.
"jangan buang buang waktu lagi, ini kesempatan untuk aku ambil barang di rumah papa. karena di jam jam seperti ini biasanya papa tidak akan keluar dari ruang kerjanya"
kali ini aku sedikit antusias untuk pulang kerumah. tujuan ku memang hanya untuk mengambil barang barang pribadiku, tentunya yang aku beli dengan uang ku sendiri. untuk yang dibeli dengan uang pak Darwin aku tidak akan pernah mengusiknya.
akhirnya tekadku sudah bulat untuk kembali melajukan motorku kearah jalanan rumah pak Darwin.
*****
POV AUTHOR
disebuah rumah besar yang kini terasa mencekam dengan kesunyian. beberapa orang berdiri disamping sosok laki laki berpakaian formal dengan ekspresi wajah dingin yang sejak tadi hanya duduk menyilangkan satu kakinya di sofa utama.
laki laki tersebut hanya diam dan menatap satu persatu manusia yang berada tak jauh darinya.
"bagaimana bisa kalian tidak becus menjaga satu orang saja? apa gaji kalian masih kurang? atau memang kalian teledor?"
meski nada bicara nya tidak meninggi, namun laki laki ini terlihat sukses menakuti para bawahan nya. bahkan beberapa satpam terlihat sedikit gugup dan gemetar.
"maaf tuan Darwin. kami tidak tau jika non Ellios pergi dari rumah ini tuan"
sahutan pertama berasal dari wanita paruh baya yang kini juga menatap kearah Darwin dengan wajah sendu nya.
"harapan ku hanya padamu mbok Ijah. tolong bawa Ell pulang secepat nya"
"si mbok tidak tau tuan non Ellios dimana. terakhir kali non Ell pamit hanya untuk berkunjung ke teman nya tuan. tidak lebih"
"dan simbok percaya?"
kali ini Darwin bangkit dan berjalan pelan mendekati deretan 9 orang ini.
"jika dalam 3 hari Ellios tidak pulang, maka aku akan laporkan ini ke kantor polisi. dan jika Ell sudah ditemukan, maka tidak segan aku akan membawa anak itu keluar kota"
"jangan tuan, tolong jangan lakukan itu. si mbok mohon tuan. si mbok tidak bisa jauh dari non Ellios. hikss...."
pada akhirnya air mata mbok Ijah tumpah ruah ketika dengan tegasnya Darwin mengungkapkan keputusan nya yang ingin membawa Ellios pergi dari rumah tersebut.
"si mbok harus ikhlaskan dia. makin lama anak itu makin sulit diatur!"
"siapa yang sulit diatur? Ellios atau papa yang keras kepala?"
saat perdebatan masih berlangsung, dari arah pintu rumah terdengar sahutan suara yang tak asing, yaitu sosok Ellioslah yang menyahut tak kalah tegas nya.
sembari berjalan tegap, Ell langsung menghampiri kerumunan itu. tapi tujuan gadis ini bukanlah mendekati sang papa, melainkan justru langsung berdiri tepat di depan wanita paruh baya tadi. dengan sedikit menundukan pandangan nya, Ellios menatap lekat wajah mbok Ijah.
"kenapa simbok menangis? siapa yang berani melukai si mbok?"
"tidak non Ell. simbok tidak papa. non Ell jangan pergi lagi ya non. si mbok tidak mau non Ell jauh jauh dari si mbok"
"Ell hanya berusaha hidup mandiri mbok. simbok tenang saja. Ell akan tetap datang kesini seminggu sekali"
tanpa peduli kehadiran laki laki didekat nya, Ellios tetap saja lebih fokus berbincang dengan si mbok nya.
"siapa yang mengizinkan mu angkat kaki dari sini? kau pikir papa akan diam saja kau sesukanya bertingkah demikian!!"
akhirnya suara Darwin mulai menggema mengisi ruangan ini. Ellios yang memang sudah diliputi perasaan kesal, akhirnya terpancing juga beradu argumen dengan sang papa.
"bukankah selama ini kau sangat beban merawat ku tuan Darwin? ayolah, jangan lupa dengan kata katamu waktu lalu. sekarang aku sudah ingin mandiri lalu kau masih protes saja?"
"jaga sopan santun mu Ellios! aku ini papa mu!!"
"dan aku anak mu tuan Darwin!! kau lupa aku juga butuh dampingan mu. bukan hanya materi dan uang saja yang kau juju pada ku. kau lupa aku juga butuh peran orang tua! kenapa kau tidak pernah intropeksi diri sebelum menyalahkan sikap ku!"
seluruh orang disini langsung diam saat suara Ellios mulai meninggi dan terdengar sedikit gemetar menahan amarah nya.
"siapa yang mengajarimu kurang ajar seperti ini Ell? berani sekali kau meninggikan suaramu di depan papa?"
"keadaan lah yang membentuk Ell menjadi keras seperti ini. keadaan lah yang pada akhirnya membentuk Ell tahan banting dalam keadaan apapun. termasuk menghadapimu. sekarang begini saja. selama aku masih hidup, papa tidak perlu mengkhawatirkan Ellios. Ell tetaplah anak papa, tapi biarkan Ell hidup dengan dunia Ellios"
"TIDAK BISA! KAU PUTRIKU! APAPUN YANG ADA DI DIRIMU ITU HAK KU. TERMASUK MENENTUKAN JALAN HIDUPMU!"
meski sedikit kaget dengan bentakan sang papa, namun Ellios tetap diam dan tak lama dari itu malah menunjukan senyum smirk nya.
"hak mu ya? baik baik... anggap saja aku bonekamu. sekarang kau mau apa tuan Darwin? kau ingin aku bagaimana? tidur, bangun, sekolah, pulang, belajar, tidur lagi, dan seterusnya begitu? katakan aku harus bagaimana? dan apa maumu!"
"jangan bergaul dengan lingkungan yangs salah!! papa sangat membenci anak jalanan!"
"jika papa melarang ku demikian, maka Ell akan ajukan perjanjian imbal balik. Ell akan stop keluyuran tapi dengan satu syarat"
"apa? uang jajan mu masih kurang? fasilitas apa lagi yang kamu butuhkan? mobil? moge yang lebih mahal lagi? atau kau ingin aset perusahaan papa yang mana?"
"stop berkeliaran mencari wanita pelacur diluaran sana!"
PLAKK!!!....
"NON ELLIOS!!!!...."
"JAGA BICARAMU ELLIOS!!"
satu tamparan keras langsung mendarat di pipi kanan Ellios akibat pukulan tangan besar milik Darwin. bahkan akibat pukulan tersebut, pipi putih Ellios langsung berwarna merah padam.
mbok Tijah yang malihat hal ini pun langsung berteriak dan berhampur memeluk tubuh Ellios.
"sudah non sudah. jangan bertengkar lagi dengan bapak non, simbok mohon hikss... hiks..."
"minggirlah sebentar mbok. Ell ingin menghadapi papa"
kali ini tatapan Ellios semakin menajam kearah Darwin. sedangkan laki laki di depan Ellios kini hanya diam dan menatap kosong kearah putrinya.
"kau sudah puas menamparku tuan? apa kau perlu yang kiri? ini, aku pasang dengan lebar di depan mu! ayo lakukan lagi! buat aku semakin membenci mu!"
"Ell papa tidak bermak...."
"tidak bermaksud? papa tidak bermaksud menamparku karena alasan pelacur? papa menyesal? atau papa malah ingin menambahnya?"
"maaf"
"sstt.... jangan bicara lagi. Ell kesini hanya ingin mengambil barang barang yang Ell beli sendiri. dan alat alat sekolah Ellios. sekalian aku pamit padamu. kedepan nya jangan mencampuri urusan ku lagi. permisi"
"ELLIOS!!"