Eric adalah seorang pria yang dingin, dia selalu bersikap dingin dengan semua wanita terkecuali dengan adik dan mamanya. karena rasa sakit hatinya dengan kekasihnya dulu. suatu saat eric bertemu dengan elsa, seorang wanita yang membuatnya penasaran.
Sayangnya elsa sudah mempunyai kekasih, dan Eric terjebak dengan cinta segitiga di antara elsa dia dan kekasih elsa. Apakah elsa dan Eric akan bisa bersatu…? Jika penasaran dengan ceritanya, silahkan baca novel ini…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Cemburu.
Eric berjalan melewati rio dan elsa, dia merasa harus secepatnya pergi dari sana.
Dia berjalan dengan tergesa, di ikuti aldo di belakangnya.
Mereka menunggu pintu lift terbuka, setelah beberapa menit menunggu akhirnya pintu lift terbuka.
Elsa yang melihat kepergian eric, merasa tatapan eric tadi saat melihatnya sedikit berbeda, seperti tatapan orang tidak suka.
“Hmm… apa perasaan gue aja kali ya,”
Batin elsa.
“Ayo sayang kita ke atas,”
Rio menarik tangan elsa, mengajaknya berjalan menuju lift yang di khusus kan untuk para karyawan.
Entah kenapa pikiran elsa semakin kacau melihat expresi eric tadi saat melihatnya bersama rio, sepertinya elsa ingin menemui eric detik ini juga, dia ingin menjelaskan semuanya, kalau dia dan rio tidak terjadi apa apa saat mereka di dalam pintu darurat tadi.
Gila benar benar gila, pikiran elsa saat ini. Siapa dia bagi eric, sampai dia mau menjelaskan semuanya ke eric. Hubungan mereka. Hanya sebatas atasan dan karyawan, tidak lebih.
“Kenapa sayang, kamu melamun…? Apa yang sedang kamu pikirkan…?”
Rio merasa tatapan elsa tak seperti biasanya, sepertinya kekasihnya saat ini sedang memikirkan sesuatu.
“Apa kamu masih kepikiran kejadian kemarin, sayang…. apa perlu kamu ketemu dengan teman aku, biar dia yang menjelaskan semuanya.”
Rio sekali lagi meyakinkan elsa agar percaya ke dirinya.
“Tidak, aku tidak memikirkan hal itu. Cuma aku kepikiran tentang kerjaanku yang belum selesai dari kemarin.”
Rio menghela nafasnya, dia merasa tenang karena elsa sudah percaya dengan dirinya lagi seperti dulu.
Setelah pintu lift terbuka di lantai ke 10, elsa dan rio keluar, mereka berjalan menuju ke meja tempat kerja masing-masing.
Sedangkan eric yang terlihat uring uringan, didalam ruang kerjanya.
Saat ini dia terlihat tidak fokus dengan kerjaannya, sampai tadi saat aldo mengantarkan berkas yang akan eric tanda tangani, kena semprotan kemarahan eric.
Hanya karena eric lupa menaruh pulpen yang biasa dia pake untuk menanda tangani semua berkas yang di bawa aldo, eric marah marah sampai aldo terlihat takut untuk bertanya ke eric.
Drrttt… drrttt…
Terlihat hand phone eric bergetar di atas meja, tertera nama mama memanggil.
“Halo ma…”
Ucap eric setelah menggeser tombol hijau di layar hand phonenya.
“Eric, mama mau ke perusahaan kamu. Sekalian mampir, kamu mau di bawain apa…?”
Jawab salsa yang mendengar suara eric dibalik telpon.
“Sebentar lagi eric ada rapat ma, sama para pegang saham.”
Eric berucap sambil melihat jam di pergelangan tangannya.
“Oke, kamu rapat aja, nggak usah mengkhawatirkan mama.”
Salsa yang mendengar ucapan eric, tahu kalau dia takut membuat salsa kecewa karena tidak bisa menemaninya.
Setelah itu salsa menutup telponnya secara sepihak, eric menghela nafasnya dengan berat.
Dia kembali meneruskan pekerjaannya yang tertunda, karena telpon dari mamanya.
****
Elsa yang saat ini sedang bergelut dengan monitor dan keyboard di depan meja kerjanya, terlihat fokus tanpa menoleh ke sana kemari.
Tok.. tok..tok..
Terdengar suara ketukan dari pintu di ruang kerja elsa.
“Masuk…”
Ucap elsa, tapi pandangan masih fokus melihat layar monitor didepannya.
“Bu ini berkas yang ibu minta tadi.”
Kiki meletakkan berkas di depan elsa, elsa menatapnya sekilas.
“Makasih ya, kamu boleh pergi.”
Elsa melihat kiki pergi keluar dari dalam ruang kerjanya.
Elsa yang dari beberpa jam lalu menatap layar monitor didepannnya, merasa matanya terasa pedih, dia berinisiatif akan pergi ke bawah untuk membeli segelas kopi dan mengistirahatkan matanya sejenak.
Dia berdiri dari kursi nyamannya, elsa melangkah keluar dari ruang kerjanya.
Dia harus turun ke lantai dasar untuk ke cofee shop membeli segelas kopi.
Saat sudah sampai di lobi, elsa berjalan menuju ke arah cofee shop langganannya.
“Elsa, kog nggak biasanya lo turun kesini.”
Tegur Bertrand sang pemilik coffe shop dan sekaligus menjadi kasir di coffe shop tersebut.
“Mata gue ngantuk, seperti biasa ya…?”
Elsa menyerahkan kartu debitnya ke arah bertrand.
“Segelas americano tanpa gula kan kayak biasanya.”
Betrand mencatat pesanan elsa dan melakukan transaksi pembayaran untuk pesanan elsa, setelah selesai betrand menyerahkan kartu debit elsa.
“Ini el…”
Elsa menerimanya dan memasukkan kembali ke dalam dompetnya.
Betrand pergi membuatkan kopi untuk elsa, lima menit kemudian betrand datang dengan membawa segelas kopi dan sebungkus roti.
“Ini buat lo, biar nggak ngantuk dan lapar.”
Tampak senyum tampan dari wajah betrand, elsa yang melihat sebungkus roti dan segelas kopi yang diserahkan betrand tadi membalas dengan senyum manisnya.
“Terima kasih ya betrand, lo selalu mengerti apa yang gue butuhkan sekarang.”
Elsa mengedipkan sebelah matanya ke arah betrand.
Betrand yang melihat tingkah konyol elsa hanya mengelengkan kepalanya.
“Gue ke atas dulu ya, lanjut kerja lagi.”
Elsa pergi dari coffe shop betrand, elsa melangkah pelan menuju lift yang akan mengantarkan elsa ke atas.
Tiba tiba ada seseorang yang menyenggol bahu elsa tanpa sengaja, seketika baju kerja elsa ketumpahan kopi yang dia bawa tadi.
“Aduh… maaf.. saya nggak sengaja, maaf ya mbak.”
Salsa yang tidak sengaja menyenggol elsa merasa sangat bersalah dengan elsa yang dia senggol tadi, elsa menatap bajunya yang terlihat kotor kena tumpahan kopi.
“Maaf ya mbak, sekali lagi maaf. Bagaimana kalau baju mbak ganti aja pake baju yang saya bawa ini.”
Salsa menyerahkan paper bag yang dia bawa ke arah elsa.
“Tidak usah bu, nanti biar saya bilas pake air saja.”
Elsa langsung menolak niat baik salsa.
“Kalau begitu ayo kamu ikut saya,”
Dia menarik tangan elsa secara paksa, menuju ke arah lift khusus petinggi perusahaan.
“Bu sebentar, anda mau bawa saya kemana.”
Elsa bingung kenapa tiba tiba salsa menariknya, entah akan di bawa kemana elsa nanti.
“Nama kamu siapa.”
Tanya salsa.
“Nama saya elsa bu.”
Jawab elsa setenagh gugup, didalam benak elsa dia membayangkan akan disiksa karena menolak niat baik salsa tadi.
Dasar elsa yang terlalu banyak menonton drama, jadi pikirannya di penuh dengan hal hal negatif ketika menghadapi situasi seperti ini.
“Ting…” terdengar bunyi lift yang menandakan mereka sudah sampai di gedung yang mereka tuju.
“Ayo kamu ikut saya.”
Salsa menarik tengah elsa setenagh memaksa.
“Aduh perasaan gue kog nggak enak ya…”
Batin elsa.
Salsa berjalan sambil menarik tangan elsa menuju tempat kerja eric.
“Kenapa gue di bawa ke kantor pak eric ya, aduh jangan jangan.”
Elsa semakin waspada dengan situasi yang dialaminya saat ini.
Dengan tanpa permisi salsa masuk ke dalam ruang kerja eric, tampak di dalam ruangan itu kosong, tidak ada jejak eric disana.
“Sekarang kamu ganti baju kamu dengan baju ini, saya tunggu di sini.”
Salsa sedikit memaksa elsa, dia memandang elsa dengan sorot mata tajam.
Elsa yang seperti mendapat ultimatum dari atasannya, tidak kuasa menolaknya.
Akhirnya elsa mengambil paperbag tersebut, setelah mengambilnya dia merasa bingung, di mana dia akan berganti baju, apa harus di depan salsa atau dia harus keluar dari ruangan eric.
“Ehem… kamu masuk aja di pintu di itu,”
Salsa menunjuk pintu yang terletak di samping tempat kerja eric.
Elsa melihat pintu yang salsa tunjuk tadi, dia melangkah untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.
Setelah dia masuk kedalam, seketika hidungnya tercium bau parfum yang selalu eric pakai.
Entah kenapa jantung elsa berdetak dengan sangat kencang setelah masuk ke ruang pribadi eric, tanpa menunggu lama dia melepas bajunya yang terlihat kotor karena noda kopi.
Salsa yang masih menunggu elsa selesai, dia membuka majalah bisnis yang tergeletak di depannya.
Saat salsa sedang asik membaca majalah yang dia ambil tadi, eric masuk dengan langkah tergesa.
Salsa yang melihat eric masuk dengan tergesa, berusaha menegurnya, tapi terlambat eric yang berjalan cepat menuju ke ruang pribadinya tidak mendengar ucapan salsa.
Ceklek… terdengar suara bunyi knop pintu terbuka dari arah luar, elsa yang hanya memakai bra dan celana dalamnya terkejut setenagh mati, seketika otaknya tidak bisa berpikir.
Dia diam terpaku sambil memegang baju kotornya yang dia lepas tadi, eric yang tiba tiba masuk menatap elsa yang berada di depannya yang mengenakan pakaian dalam saja.
Mereka saling diam terpaku tanpa bergerak sedikitpun, elsa yang pertama kali sadar mencoba melempar baju kotornya ke arah muka eric.
“Keluar.”
Teriak elsa sambil melempar bajunya ke muka eric.
Eric yang terkejut segera keluar dari dalam ruang an tersebut, sedangkan salsa yang melihat muka eric yang tampak merah seperti tomat, terkikik geli.