Menceritakan seorang remaja yang bertekad untuk bertahan hidup apapun caranya. Kenapa harus begitu ? Karena dirinya telah berpindah ke dunia lain.
Cerita ini masih berlatar Multiverse dari cerita 'Pindah Dimensi Lain'.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn_Frankenstein, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 : Melawan Goblin.
Terlihat sosok Remaja yang tengah berjalan sendirian di dalam hutan. Dia yang tak lain Dika yang sedang berpetualang sendiri, hutan yang ia masuki sudah hampir menjauhi wilayah Kerajaan Reinhart. Sudah hampir 5 hari berpetualang dengan tujuan melatih dirinya, meski enggak jelas sama sekali hasilnya.
Lalu penglihatannya melihat 4 mahluk hijau yang sedang tiduran di tanah. Mereka tak memakai pakaian, hanya mengenakan kain usang atau kulit hewan untuk menutupi bagian di bawah perutnya.
"Goblin ?" gumamnya sambil tersenyum.
Tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk menjadikan keempat monster hijau itu sebagai target latihan sihirnya. Entah berhasil atau tidak hasilnya, mungkin Dika berfikir harus ada target jika ingin melatih sihir serangannya. Lalu ia mengarahkan tangan kanannya ke arah mereka dengan telapak tangannya yang terbuka.
Setelah mengingat-ingat mantra sihir yang ia pelajari dari Arc, lalu tangan kirinya memegang lengan kanannya, dan mulailah merapal. "Sang dewa api yang mampu membakar dan menghanguskan musuh yang dibenci olehmu, pinjamkanlah apimu untuk membakar musuh yang ada di depanku, mega flame."
Dengan senyuman percaya diri, remaja itu yakin bisa melakukannya. Perlahan senyumannya memudar setelah beberapa saat mengucapkan rapalan, sihirnya tak meresponnya. Sudut bibir kanannya berkedut-kedut. "Masih saja gagal ya ? Apa gara-gara sihir tingkat atas, jadi gak bisa ya ?"
Ada rasa kesal. Ya, mau gimana lagi, selalu saja gagal ketika ingin menggunakan sihir api tingkat atas dan seterusnya selalu gagal. Kalau Dika menggunakan sihir tingkat menengah terkadang berhasil dan gagal. Lalu ia mencoba mantra lain.
"Wahai Api yang membakar segalanya, serta yang telah menghangatkan semuanya, pinjamkanlah kekuatanmu untuk menghadapi musuh yang berbahaya, fire ball.!!!" ucapnya sambil berteriak.
Dan benar saja, bola api berdiameter 15 sentimeter muncul di telapak tangannya. Baru saja muncul, bola apinya langsung meluncur ke ara target. Duaarrr....!!
Suara ledakan yang tak begitu keras, membuat keempat monster goblin bangun. Ya, sihir remaja itu tak berhasil mengenai salah satu dari mereka. Sudut bibir kanannya berkedut-kedut lagi, terus munculah pertanyaan dibenaknya, apa dirinya memang selalu bernasib sial ?
Melihat para goblin itu memandanginya, Dika langsung berbalik dan berlari sekencang kencangnya. Sayangnya, meski sudah berlari, keempat monster hijau itu mengejarnya sambil membawa senjata mereka, masing-masing dari mereka memegang senjata pedang usang, gada, kapak, dan tombak.
"Haaaaaa.....!! Sialan...!!"
Sungguh bernasib sial yang hampir selalu datang pada remaja yang bernama Dika ini, terakhir kali baru saja selamat dari monster ular, dan sekarang harus dikejar 4 monster goblin.
Dengan sekuat tenaga, Dika terus berlari, dan sialnya lagi monster goblin itu cukup lincah, karena meski di dalam hutan banyak sekali pohon, akar dan rumput liar yang tumbuh tidak menghambat mereka. Dika terus berlari, karena ia telah mempelajari mahluk goblin dari para mantan petualang saat itu.
Goblin sebenarnya lebih tertarik kepada semua betina dari Ras manapun, entah itu Ras manusia, Elf, Demi Human, dan lainnya. Mereka tertarik para betina karena mereka memiliki nafsu yang besar dan sangat ingin sekali unboxing mereka. Tapi kalau kepada para jantan, entah dari Ras manapun selain Ras mereka, mereka tak menyukainya.
Tidak menyukai bukan berarti mereka akan membiarkan para jantan pergi, melainkan mereka akan menangkap mereka dan menjadikan para jantan sebagai makanan mereka. Maka ketika sebagai lelaki, entah itu dari Ras mana, bila bertemu mahluk hijau itu dalam berkelompok, ada dua pilihan, bertarung bila mampu dan berlari sejauh mungkin.
Sambil berlari Dika mulai berfikir, kenapa setelah datang ke dunia ini dirinya malah jadi penakut. Kalau diingat-ingat lagi, dulu waktu di bumi dirinya cukup jago berkelahi, bahkan setiap lawan yang datang menantangnya selalu ia kalahkan dengan telak, meski ia juga pernah kalah sesekali.
Mengingat masa lalunya, remaja itu merasa kesal, pandangannya yang ke arah depan, banyak sekali pohon yang ia lewati. Lalu pandangnya fokus ke arah pohon, ia melihatnya, setelah mendekat, bukannya mengambil jalan kesamping, tapi Dika memilih lurus seakan ia akan menabraknya.
Sambil memfokuskan energi mana untuk memperkuat fisiknya, Dika melompat ke depan, tepatnya ke arah pohon. Ternyata pohon itu dijadikan pijakan, kaki kanannya menginjak batang pohon, lalu ia gunakan untuk mendorong tubuhnya agar berhenti dan langsung melompat ke arah belakangnya.
Bersamaan melompat ke belakang, Dika memutarkan badanya sambil melayangkan kaki kirinya, dalam bersamaan ia menyalurkan dan memfokuskan energi mananya di kakinya. Duagg...!! Tepat sasaran, salah satu goblin berhasil ia tendang di bagian lehernya. Dan tendangannya berhasil membuat targetnya patah leher.
Dan berhenti disitu, remaja maju mendekat salah satu dari mereka bertiga yang terlihat lengah.
Bugh..!! Wajah seorang goblin berhasil di pukul. Bugh..!! Lalu Dika melanjutkan pukulan ke arah yang sama dengan tangan kirinya. Bugh..!! Tak ingin berhenti, ia memberikan pukulan telak dari bawah dan mengenai dagu monster hijau ini, dan membuatnya terpental ke atas.
Dika langsung memutar tubuhnya, dan melayangkan kaki kanannya. "Dugh...!! Tubuh goblin yang ia tendang berhasil terpental beberapa meter dan menabrak sebuah pohon. Dan tentu saja, itu berhasil membuatnya tak sadarkan diri. Kini tinggallah 2 goblin lagi.
"Ayo maju, mau satu-satu atau berdua sekaligus, akan ku ladeni. Aku tidak akan lari." ucap Dika sambil menggerakkan tangannya ke arah mereka untuk maju.
Salah satu dari mereka pun maju, ia melempar kapaknya. Dika segera menghindar dengan membungkuk, lalu ia segera melompat mundur untuk menjaga jarak. Lalu ia maju lagi, ia mulai mengepal tangannya, ia akan menggunakan bogem mentahnya untuk memukul sekuat tenaga.
Disamping itu pikirannya Dika terpenuh amarah, ia membayangkan sesuatu yang sadis ke arah targetnya. Bugh....!! Sebuah pukulan dahsyat berhasil membuat salah satu goblin tak hanya terpental, tapi dia juga terbakar. Dika yang melihat itu heran sambil mengerut dahinya, lalu pandangannya beralih kearah tangannya.
Dika sedikit terkejut melihat tangannya diselimuti oleh api yang perlahan mulai menghilang. "Wah, kok bisa gini ya ? Aku gak rapal mantra apa-apa loh." gumamnya.
Lalu pandangannya kembali beralih ke arah goblin yang tersisa satu yang berdiri 5 meter di depannya. Goblin ini perlahan mundur, ia terlihat seperti ketakutan, sedangkan goblin yang terbakar tengah berlari entah kemana, mungkin dia akan mati setelahnya.
"Kau mau kemana ?" tanya Dika sambil tersenyum.
Meski masih belum paham bagaimana caranya memunculkan apinya barusan, setidaknya berhasil membuat salah satu targetnya tumbang, dan kini tinggallah satu goblin saja. Goblin itu pun berbalik dan langsung berlari menjauh. Melihat itu,
Dika hanya diam ditempatnya. "Hei..!! Jangan lari kau...!!" teriaknya.
Remaja itu tak mengejar, ia hanya menatap remeh ke arah goblin itu yang sudah berlari menjauh. Lalu ia berbalik dan berjalan melanjutkan petualangannya, tiba-tiba ia berhenti.
"Ke arah mana ?" gumamnya bertanya-tanya karena lupa arah.
Karena tak ingin banyak berfikir, Dika asal memilih arah, ia berjalan dan mengikuti instingnya.
lanjutkan