Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Penolakan
Seorang laki-laki datang dari arah belakang Ayuna. Suaranya terkesan begitu tegas didengar semua orang yang tengah menunggunya. "Maaf, saya terlambat!"
"Ya nggak papa," jawab semua orang yang ada di tempat itu.
Pemuda itupun duduk tepat di depan Ayuna. namun karena Ayuna dalam posisi menunduk, pemuda itupun tidak dapat mengetahuinya.
"Ini cucuku jeng," ucap Ane mengenalkan Steven pada keluarga Alexander.
"Hallo Opa, Oma, Om, Tante dan...."
"Ayuna," sahut Martha memperkenalkan Ayuna pada Steven.
"Ayuna! Kamu nggak mau kenalan sama Steven?"
Martha memberikan teguran pada Ayuna dengan berbisik. Karena secara kebetulan, Ayuna berada di sebelah Martha.
Martha memberikan cubitan kecil pada pinggang Ayuna hingga membuatnya berjingkat.
"Ah! Oma, sakit."
Refleks Ayuna mendongak dengan meringis kesakitan.
Semua orang langsung menoleh pada Ayuna. Martha pun kembali merubah posisi duduknya dengan tersenyum.
Steven terkejut ketika mendapati wajah Ayuna yang tengah mendongak. Sangat tidak asing lagi baginya, karena sudah beberapa kali gadis itu berurusan dengannya.
"Kau!"
Steven langsung menatap nyalang pada Ayuna.
Ayuna refleks menoleh dan bertatapan langsung dengan Steven.
"Hah! Kau, sedang apa kau ada di sini?"
Ayuna tak kalah terkejutnya seperti Steven. Sumpahnya untuk tidak lagi saling bertemu ternyata tidak terkabul, kini keduanya telah bertemu kembali.
"Keberadaanku di sini, itu karena orang tuaku yang sudah mengundangku," jawab Steven.
"Dan kau sendiri, ngapain ada di tempat ini?" tanya Steven dengan nada ketusnya.
"Kalau aku ke sini karena diajak sama keluargaku," jawab Ayuna dengan menatap keluarganya bingung.
"Oma! Bisa dijelasin?" tanya Ayuna.
"Tentu. Jadi kalian berdua sudah saling mengenal?"
Martha tersenyum senang karena mendapati keduanya yang sudah saling mengenal, walaupun keduanya dalam keadaan tidak baik-baik, karena saling beradu otot.
"Yuna, pemuda ini yang oma jodohin sama kamu. Oma sama Eyang Ane telah bersepakat untuk menjodohkan kamu dengan cucunya," ungkap Martha.
"Apa? Kami dijodohkan."
Keduanya refleks beranjak dari tempat duduknya saling melotot mendengar kata perjodohan itu.
"Eyang? Jadi gadis yang akan dijodohkan denganku itu dia," tunjuk Steven dengan mengangkat telunjuknya tepat di muka Ayuna.
"Turunkan tanganmu itu, dan kembali duduk," peringat Ane.
Steven membuang nafasnya dan menurunkan telunjuknya.
"Ok," jawab Steven lirih, dan kembali duduk.
"Ayuna! Kamu juga duduk," peringat Martha.
Ayuna pun kembali duduk dengan membuang mukanya.
"Dengar! Kalian berdua akan tetap kami jodohkan. Aku minta pada kalian berdua, untuk menghormati kami," peringat Alexander.
"Tapi opa."
Ayuna menggelengkan kepalanya tidak ingin dijodohkan dengan lelaki sombong yang angkuh dan keras kepala.
"Ayuna! Jangan pernah membantah ucapan opa," tegas Alexander.
"Tapi.... Eyang? Aku sudah punya kekasih. Dan aku akan menikah dengannya."
Steven juga mencoba untuk menjelaskan pada Ane, secara halus, dia telah menolak dijodohkan dengan Ayuna.
"Putuskan kekasihmu," pinta Ane.
"Apa? Tidak! Itu tidak mungkin," jawab Steven menatap geram pada Ane.
"Apanya yang tidak mungkin. Kamu putuskan hubunganmu dengan kekasihmu itu, atau.... "
"Atau apa Eyang?"
Dengan cepat, Steven memutus ucapan Eyangnya.
"Atau silahkan angkat kaki dari rumah," peringkat Ane dengan menatap tegas pada cucu laki-lakinya.
"A-apa? Hanya demi perempuan ini. Perempuan nggak tau diri seperti dia, nggak pantas menjadi pendampingku. Jangan mimpi," tunjuknya pada Ayuna.
"Turunkan tanganmu, sudah nggak punya sopan santun kamu ya?"
Ane kembali menyentak Steven dengan sangat keras.
"Memangnya ada apa dengan cucuku? Apa salahnya cucuku?" tanya Alexander.
Ayuna sendiri sudah tak tertahan lagi, ditunjuk-tunjuk mukanya dengan pria sombong itu.
"Cucu anda sudah membuat ulah dengan saya."
Dengan angkuhnya Steven menatap sengit pada Ayuna.
"Ulah? Ulah apa?" tanya Alexander.
"Tanyakan saja sendiri padanya. Apa yang sudah dia perbuat padaku," jawab Steven.
Alexander menoleh pada Ayuna dengan melotot, sedangkan Ayuna tidak tahu kalau tengah dipelototi oleh opanya karena posisinya tengah menunduk menangis.
"Ayuna! Apa benar ucapan pemuda ini?" tanya Alexander.
Ayuna mendongakkan wajahnya menatap opanya yang tengah melotot menatapnya.
"Aku pernah melakukan kesalahan opa. Aku tidak sengaja menabrak mobilnya dari arah belakang," jawab Ayuna.
"Apa? Menabrak mobilnya?" tanya Alexander.
"Iya opa. Tapi aku sudah membayarnya dengan sangat mahal. Tidak sepenuhnya juga itu kesalahanku opa," jawab Ayuna.
"Nggak sepenuhnya kesalahanmu. Memangnya kamu menabraknya di mana?" tanya Alexander.
"Di rumah sakit. Tepatnya di parkiran khusus dokter," jawab Ayuna lagi.
"Di parkiran dokter? Memangnya kamu seorang dokter apa? Kamu tahu peraturan rumah sakit. Tempat parkir dokter dan pengunjung sangat berbeda. Apa kau tidak pernah membaca plakat, kau bisa melihatnya kan?"
Alexander mencecar Steven yang sudah membuatnya kecewa karena telah menolak Ayuna di depan matanya.
Steven membuang mukanya dengan senyuman smirk. Dia beranjak berdiri dan bergegas pergi tanpa berpamitan.
"Ane! Aku nggak nyangka ya? Ternyata cucumu itu sangat sombong. Dengan menunjuk jarinya ke muka Ayuna, itu sama dengan menunjukkan kelakuannya yang sangat memalukan. Cucuku tidak serendah itu. Cucuku cantik, dia juga baik dan pintar, hanya lelaki bodoh yang menolaknya," omel Martha.
"Dengar ya Ane, cucumu secara kasar sudah menghina cucuku. Aku tidak lagi memaafkannya. Mungkin, hubungan persahabatan kita juga cukup sampai sini," peringat Martha.
Martha dan Alexander sangat dibuat malu oleh Steven yang sudah berani menolak Ayuna.
Walaupun Ayuna sendiri sangat bersyukur tidak jadi dijodohkan, tapi dia sangat kecewa dengan ucapan dari Steven.
"Martha! Kamu jangan buru-buru marah, kumohon Martha. Berikan satu kesempatan sekali ini saja, aku pastikan Steven akan patuh padaku. Kumohon Martha, ini hanya salah paham saja. Aku janji, aku akan bujuk Steven."
Ane merendahkan dirinya hingga memegang tangan Martha dan menangis mengeratkan pegangan tangannya.
Martha yang sudah sangat sakit hati karena perlakuan Steven, dia sudah tidak peduli lagi akan rengekan sahabatnya.
"Lepaskan aku! Aku sudah bukan lagi temanmu. Mulai malam ini, kita putus."
Martha menekan kata 'putus' dengan sangat keras.
Ane menangis, karena kelakuan cucunya, dia harus jauh dari sahabatnya, termasuk Ayuna yang diminta sebagai dokter pribadinya.
"Martha! Jangan bilang seperti itu, jangan ucap kata putus Martha."
"Tidak! Aku sudah cukup kecewa padamu sekarang lepaskan aku. Lepas!"
Martha menghempaskan keras tangan Ane hingga membuatnya oleng dan terjatuh.
"Mama!"
Mega memekik sangat keras saat mendapati Mamanya jatuh ke lantai.
Ane langsung kejang-kejang dan pingsan.
"Oma! Apa yang sudah oma lakukan!"
Ayuna langsung berlari untuk melakukan pertolongan pada Ane.
Martha tidak terima, diapun menarik tangan Ayuna dengan keras.
"Apa yang sudah kau lakukan Ayuna! Jangan sentuh dia. Biar saja dia mampus!"
"Tidak oma! Jangan seperti itu. Oma! Biarkan aku membawanya ke rumah sakit," ucap Ayuna.
"Papa tolong Pa! Ini darurat," ucap Ayuna.
Mahendra pun mendekat dan mengangkat tubuh renta Ane untuk dibawa ke rumah sakit.
"Siapapun, tolong!"
Ayuna meminta pertolongan pada orang-orang yang ada di restoran tersebut termasuk pegawai restoran.
"Ayuna! Hendra! Apa yang sudah kalian lakukan. Tidak kah kalian ingat, cucunya yang sombong itu telah menghina kita. Dia sudah menghina keluarga kita Ayuna," cercah Martha.
"Ini bukan masalah penghinaan Ma, tapi masalah nyawa. Di sini kami sebagai dokter. Kami bahkan menolong siapapun termasuk musuh kami," jawab Mahendra dengan mengangkat tubuh Ane.
"Seperti itu rupanya? Oke, kalian bisa bekerja dengan profesional, tapi satu pintaku, jangan bawa sampah ini di rumah sakit kita! Aku tak ingin melihatnya dirawat di tempat ku!"
seperti nya Martha ini operasi plastik niru wajah nya istri sah Alexander deh