Antara Cinta Dan Cita-cita

"ok, sebentar lagi bang Mamat akan sampai disini"

Dengan nada ketakutan Udin mencoba menjelaskan bahwa bosnya Mamat akan segera sampai dan tentunya tujuannya adalah agar Agung tidak menyerangnya.

Agung hanya mencibir dan tidak mengatakan apapun dia berdiri tegak seakan dia memang sedang menunggu kedatangan Mamat.

15 menit kemudian sebuah mobil BMW hitam yang diikuti oleh beberapa mobil dalam berbagai merek berhenti di depan lapak grobak jamu Agung dan dari dalam mobil turun seorang lelaki berumur 40-an berperut buncit.

dari mobil lain juga turun hampir 30 orang lelaki berbadan tegap yang berjalan di belakang Mamat.

melihat kedatangan Mamat dan rombongannya, Udin langsung berlari ke arah Mamat dan membungkukkan badannya.

"maaf bang kami tidak bisa menghadapinya ilmu bela dirinya sangat hebat bang"

Mamat berjalan ke arah Agung sambil menghisap cerutunya, dia memperhatikan penampilan Agung, sepertinya dia ingin menilai Agung.

Mamat tersenyum sinis melihat penampilan Agung yang berpakaian sederhana dengan penampilan yang tidak terlalu mencolok dan badannya juga tidak terlalu kekar.

setelah melihat penampilan Agung rasa percaya diri muncul di hati Mamat yang sebelumnya sedikit khawatir mendengar telepon dari Udin.

sebelumnya Mamat membayangkan Agung adalah seorang lelaki tinggi besar berbadan tegap seperti badan para bodyguard.

"hai bung lapak ini adalah milik dari PT seruni Jaya dan kau tentu pernah dengar siapa pemilik dari PT seruni Jaya, dia adalah pak Dedi orang yang masuk 3 besar dalam daftar orang terkaya di kota Medan, jadi sebaiknya kau pergi dari tempat ini, karena besok dia akan datang kemari"

dengan pandangan mata yang sangat tajam Agung menatap Mamat, emosinya benar-benar memuncak mendengar ucapan Mamat.

Agung merasa terlalu direndahkan, dia tidak peduli siapa pemilik tempat ini, namun Agung telah memiliki kontrak sewa dan telah membayarnya dengan lunas.

kalaupun tempat ini telah dijual oleh pemilik sebelumnya kepada PT Sruni Jaya, seharusnya ada pemberitahuan sebelumnya kepada Agung dan mengembalikan uangnya

"aku tidak peduli siapa kalian dan siapa pemilik tempat ini, bila perlu panggil sekalian bos kalian, jika kalian terus memaksa ingin mengusir kami, aku akan mematahkan kaki kalian semua"

ucapan Agung yang penuh emosi membuat Mamat dan orang yang datang bersamanya sedikit merasa ketakutan masih,

bagaimanapun mereka telah melihat 9 orang anggota Udin yang terkapar setelah terkena pukulan dan tendangan Agung.

salah seorang yang datang bersama Mamat ternyata adalah seorang petarung milik PT Sriwijaya yaitu tuan Rajab, dia cukup terkenal di kota Medan sebagai petarung pilih tanding bahkan dia pernah mengalahkan beberapa petarung petarung besar yang ada di kota Medan.

"hai sobat sebaiknya kau mengalah saja kau tidak akan mampu melawan PT Sruni Jaya, kau pasti pernah mendengar namaku Tuan Rajab, jika kau terus bertahan mungkin kau akan menyesal karena aku akan memukuli mu sampai babak belur"

Agung melihat Rajab memang memiliki sedikit kekuatan internal, tapi Agung tidak menganggapnya, karena kekuatan internal yang dimiliki Rajab belum mampu membuat Agung gentar.

"jangan campuri urusan ini atau kau akan menyesal, kau bukalah tandinganku"

ucapan Agung yang meremehkan rajab membuat Rajab naik pitam, sehingga dia langsung bersiap untuk memberi pelajaran pada Agung.

"kurang ajar kau bocah, kau terlalu lancang, kau tidak ada apa-apanya bagiku, aku akan mematahkan tangan dan kakimu"

melihat Agung dan Rajab yang bersitegang Mamat hanya tersenyum sinis dan bergeser mundur ke belakang, ,

Mamat tentunya sangat percaya dengan kemampuan bertarung yang dimiliki oleh Rajab, karena dia sudah sering melihat Rajab memukuli orang yang berani menyinggungnya..

"baiklah bocah kau tidak tahu tingginya langit aku akan memberimu pelajaran .... hiiiaaattt..."

Rajab yang sangat marah karena diremehkan oleh Agung langsung melancarkan tendangan kilat jurus andalannya.

orang-orang yang menyaksikan tendangan kilat yang dilancarkan oleh Rajab memandang kasihan pada Agung, Karena mereka yakin Agung akan terluka parah terkena tendangan Rajab.

sebaliknya orang-orang yang datang bersama Mamat tersenyum mengejek, mereka juga sudah bisa memastikan tendangan kilat yang merupakan jurus andalan Rajab akan mematahkan tulang-tulang di tubuh Agung.

dengan santainya Agung menggeser kakinya selangkah ke samping kanan dan tangannya melakukan pukulan lurus ke lutut Rajab

melihat serangannya yang dapat dihindari oleh Agung dengan mudahnya dan Agung juga melancarkan pukulan ke arah lututnya membuat Rajab melakukan salto agar lututnya tidak terkena hantaman dari pukulan yang dilancarkan Agung.

"kau cukup hebat bocah tapi coba kau hadapi seranganku ini"

Rajab kembali melancarkan serangan menggunakan jurus tendangan kilatnya, kali ini kedua kakinya melakukan tendangan beruntun ke arah Agung.

"kau benar-benar tidak menginginkan kakimu lagi, baiklah aku akan membuat mu lumpuh"

ucap Agung sambil melancarkan dua pukulan ke arah kaki Rajab yang menyerangnya secara beruntun.

" duukk....duuukk..."

kedua tangan Agung berbenturan langsung dengan kedua kaki Rajab yang menyerang Agung.

namun hasilnya sungguh mencengangkan semua orang yang menyaksikannya, terlihat Rajab terlempar 5 m ke belakang setelah tendangannya dihadang oleh pukulan Agung dan terdengar suara teriakan histeris dari mulut Rajab.

"aaakhhhh...."

melihat Agung yang masih berdiri tegak tanpa terluka sedikitpun, membuat Mamat dan orang-orang yang datang bersamanya benar-benar ketakutan, mereka tidak menyangka Agung memiliki kekuatan yang begitu mengerikan.

"ayo siapa selanjutnya atau kalau masih ada yang ingin kalian panggil cepat panggil aku tunggu disini "

mendengar ucapan Agung Mamat langsung mengambil hp-nya dan menghubungi bosnya

"halo bos ini aku Mamat, orang yang punya gerobak jamunya nggak mau pergi bos, iya bos ilmu bela dirinya sangat hebat bos, bahkan tuan Rajab tumbang ditangannya, oke bos kami tunggu bos"

setelah menutup teleponnya Mamat berjalan tiga langkah ke arah Agung, namun dia tidak berani terlalu dekat, Karena takut Agung akan menyerangnya.

"Oke bung, tunggu sebentar lagi, bos kami sebentar lagi akan datang kemari"

Agung tidak menjawab, dia berjalan ke arah lapak dan duduk di sebuah kursi yang kosong, sementara itu Mamat dan orang-orang yang datang bersamanya hanya berdiri menunggu kedatangan bos mereka.

tidak lama kemudian terdengar suara mobil menuju ke arah lapak gerobak jamu Agung, sebuah mobil Ferrari yang diikuti oleh beberapa mobil mewah lainnya serta mobil berbagai merek berhenti di depan gerobak jamu Agung.

seorang lelaki berumur 30-an turun dari dalam mobil Ferrari dan orang-orang yang berada di mobil lainnya turun mengikutinya.

melihat kedatangan bosnya Mamat peserta yang lainnya langsung berlari menyambutnya.

"maaf bos kami gagal, dia terlalu tangguh bahkan tuan Rajab masih terkapar di sana"

"apa kau tidak mengatakan siapa aku?"

aku sudah mengatakannya bos, tapi dia tetap tidak peduli"

" lancang betul orang itu, apa dia sudah bosan hidup ayo bawa aku ke sana"

si bos yang ternyata adalah putra tertua dari pak Dedi yang bernama Roy berjalan ke arah Agung yang masih duduk dengan santainya di salah satu kursi di lapak jamunya

"hai bung ini adalah bos kami, dia ingin bicara denganmu"

"bicara saja yang penting aku tidak akan mau pindah dari tempat ini"

merah padam wajah Roy mendengar ucapan Agung yang dianggapnya terlalu berani.

"ayolah bung kau terlalu berani kau tentu pernah mendengar namaku Roy putra pertama Tuan Dedi"

tiba-tiba Agung teringat kalau orang yang bernama Roy ini adalah orang yang menjemput pak Dedi ke lapak gerobak jamunya di Gatot Subroto.

bukannya Agung takut, tapi dia tentu harus menghormati pak Dedi, maka dia mengambil teleponnya dan menekan tombol panggil ke nomor kontak pak Dedi.

"halo pak Dedi, ini ada orang bernama Roy katanya anak tertua pak Dedi, dia ingin menghancurkan gerobak jamu ku, bukannya aku takut tapi aku tidak ingin mengambil keputusan sebelum menghubungi pak Dedi"

tanpa menunggu jawaban dari pak Dedi Agung langsung mematikan hp-nya.

"oh kamu hubungi seseorang ya, siapa yang kau hubungi? Dedi yang mana?, cepat suruh dia datang kemari kalau dia memang berani"

ucap Roy dengan angkuh, dia yakin orang yang ditelepon oleh Agung bukanlah ayahnya.

namun sebelum Agung menjawab tiba-tiba telepon Roy berdering.