NovelToon NovelToon
Tumbal Jenazah

Tumbal Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Iblis / Hantu / Tumbal
Popularitas:42.2k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Gita, putri satu-satunya dari Yuda dan Asih. Hidup enak dan serba ada, ia ingat waktu kecil pernah hidup susah. Entah rezeki dari Tuhan yang luar biasa atau memang pekerjaan Bapaknya yang tidak tidak baik seperti rumor yang dia dengar.

Tiba-tiba Bapak meninggal bahkan kondisinya cukup mengenaskan, banyak gangguan yang dia rasakan setelah itu. Nyawa Ibu dan dirinya pun terancam. Entah perjanjian dan pesugihan apa yang dilakukan oleh Yuda. Dibantu dengan Iqbal dan Dirga, Dita berusaha mengungkap misteri kekayaan keluarganya dan berjuang untuk lepas dari jerat … pesugihan.

======
Khusus pembaca kisah horror. Baca sampai tamat ya dan jangan menumpuk bab
Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 ~ Ibu

Pikiran Yuda semakin kalut. Perantara pesugihannya sudah tiada, lalu siapa yang akan membantunya lepas dari jerat pesugihan. Masih penasaran dengan gagalnya tumbal yang ia siapkan, Yuda tidak langsung pulang ke rumah melainkan ke desa dimana jenazahnya dicuri.

Desa tersebut masih heboh dengan kabar hilangnya jenazah. Yuda mencari informasi membayar orang yang lewat.

“Benar ada jenazah hilang?” tanya Yuda.

“Benar, Mas. Makamnya berantakan, ternyata jenazahnya tidak ada.”

“Kok bisa hilang, untuk apa juga dicuri?” tanya Yuda lagi, padahal dirinya yang mencuri jenazah tersebut.

“Nggak tahu Mas. Keluarga korban sudah temui paranormal, katanya dicuri untuk pesugihan.”

Yuda menganggukan kepala, menghembuskan asap rokoknya. “Jam berapa jenazah dikebumikan?”

“Malam hari mas, awalnya mau tengah malam menunggu kebaratnya. Tidak jadi, jam sepuluh sudah dimakamkan.”

Dalam hati Yuda mengump4t. Kalau jam sepuluh dimakamkan, artinya saat dia curi sudah lebih dari dua puluh empat jam. Yuda merogoh kantongnya memberikan dua lembar uang pada pria yang dia tanya-tanya lalu kembali ke mobil dan pulang.

Sampai di rumah, Minah dan Nani langsung menghampirinya dengan raut wajah panik. Supir dan penjaga rumahnya berdiri di depan kamar ia dan Asih.

“Ada apa?” tanya Yuda.

“Pak, ibu di dalam. Tadi berteriak dan ada suara aneh.”

“Kenapa tidak dibuka,” ujar Yuda lalu menekan handle ternyata dikunci.

“Dikunci Pak, kami tidak berani buka paksa. Dipanggil juga tidak menjawab,” ungkap Pak Karto.

“Asih, buka pintunya.” Yuda mengetuk pintu sambil memanggil istrinya.

Tidak ada sahutan.

“Asih,” ujarnya lagi.

“Didobrak saja, pak. Khawatir ibu kenapa-napa,” seru Minah.

Yuda menjauh lalu mendorong pintu dengan tubuhnya. Si4l, pintu kamarnya kekar tidak berhasil didobrak.

“Saya bantu, Pak.”

Yuda dan Karto ancang-ancang lalu bersama menghentakan tubuhnya ke pintu dan … brak.

“Astagfirullah,” pekik Minah.

“Asih!” Yuda berteriak, berlari dan meraih tubuh Asih yang berdarah-darah dan langsung dipeluknya. Dari kondisi yang mengenaskan, bisa dipastikan Asih sudah tiada.

Yuda meletakan jarinya di depan hidung Asih, untuk merasakan deru nafas wanita itu. “Asih, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku dan Gita.”

Keempat pekerja di rumah Yuda saling tatap, ikut larut dalam kesedihan. Tidak menduga majikan mereka meninggal dalam keadaan aneh. Pintu tertutup rapat dan luka-luka parah.

“Maaf Pak Yuda, kami harus lakukan apa? Kita hubungi polisi atau bagaimana Pak?” tanya Karto.

Yuda menghentikan tangisnya, Asih harus segera dimakamkan. Tidak mungkin menghubungi polisi, rumahnya akan digeledah dan ruang ritualnya akan terbongkar.

“Persiapkan pemakaman untuk istriku, hubungi juga pemuka agama dan keluarganya!”

“Apa tidak kita hubungi polisi, kematian Ibu sangat aneh, Pak. Kamar ini terkunci, tapi ibu terluka. Tidak mungkin bunuh diri.”

Yuda melihat lemari dengan setengah pintu terbuka, ada bunga yang biasa digunakan untuk sajen tercecer dan serpihan tanah. Sudah jelas, istrinya menjadi korban karena pesugihannya.

“Tidak perlu, kita makamkan saja.” Yuda kembali memeluk tubuh Asih dan menangis.

***

Mata kuliah pertama sudah selesai, Gita menghela nafasnya. Sejak tadi tidak bisa konsentrasi, entah karena ia belum sarapan atau memang perasaannya tidak enak. Bahkan dadanya agak sesak. Pikirannya memikirkan sang Ibu yang belum menjawab panggilan telepon. Rencana akan menghubungi lagi setelah kuliahnya selesai.

“Git, kantin nggak?” ajak teman sekelas Gita.

“Nggak, aku di sini aja.” sambil menunggu dosen berikutnya, Gita menelungkupkan wajahnya di atas meja.

“Gita!”

“Hm.” sahut Gita, mendengar suara Ikbal.

“Git, ponsel kamu kemana?”

“Hah.” Gita menegakkan tubuhnya menatap Ikbal yang terengah berdiri di hadapannya. Lalu mencari ponselnya, ternyata ada di dalam tas. “Aku silent.”

“Kita pulang sekarang!” ajak Ikbal langsung merebut tas, ponsel dan merapikan buku serta tablet milik Gita.

“Aku masih ada kuliah.”

“Kita pulang ke Barungan.” Ikbal merangkul bahu Gita.

“Loh, nggak bisa. Besok masih ada kuliah. Jum’at aja kita pulang, aku mau ajak Mas Dirga, biar pocongnya nggak muncul lagi.”

“Kita pulang sekarang, Bude … Ibu kamu ….”

“Ibu, kenapa?”

Ikbal tidak menjawab dan langsung menarik tangan Gita menuju parkiran. Sepanjang perjalanan, Gita terus merengek dan mencecar Ikbal.

Ponsel Gita sudah diamankan oleh Ikbal. Lebih baik Gita melihat langsung kondisi Ibunya, dibandingkan histeris dalam perjalanan.

“Kamu lebih baik diam atau tidur. Aku nggak tahu dan tidak bisa jelaskan, kamu tanya langsung pada Pakde.”

Ikbal dikabari oleh ibunya, kalau Bude Asih sudah meninggal. Bahkan kematiannya tidak wajar, dan Yuda tidak ingin melaporkan ke polisi sedangkan keluarga besar Asih menduga wanita itu meninggal dibunuh. Yuda bersikeras akan memakamkan setelah Gita melihat jenazah Asih untuk terakhir kalinya.

Hampir tiga jam, akhirnya Gita dan Ikbal memasuki Desa Barungan. Memasuki jalan menuju rumah Gita, mobil yang dikemudikan Ikbal melambat. Tampak bendera kuning tersemat di ujung jalan.

“Bal, itu bendera kuning. Siapa yang meninggal?”

Ikbal bungkam dan menghentikan mobil tidak jauh dari kediaman Yuda. Keduanya terdiam melihat bendera kuning melambai di pagar rumah, ada tetangga keluar masuk.

“I-tu ….”

“Git, kamu yang sabar.”

“Siapa yang meninggal?” tanya Gita, pikirannya sudah kalut. Ia ingat sosok pocong yang dilihat dengan wajah mirip bapak dan ibunya, juga mimpi semalam.

“Bukan ibu ‘kan?” tanya Gita menatap Ikbal yang hanya diam.

Ada kerabat yang menghampiri dan membuka pintu mobil. meski tanpa suara, seakan meminta Gita untuk turun. Gadis itu belum tahu siapa yang meninggal di rumahnya, tapi tangisnya sudah tidak bisa dibendung.  Perlahan ia turun dan melangkah, para tetangga terdiam dan ada yang berbisik. Mungkin mengasihani Gita.

“Gita,” sambut Bude -- ibunda Ikbal yang langsung memeluknya.

“Siapa yang meninggal?”

“Kamu yang kuat, nduk.”

“Siapa yang meninggal, bude. Siapa?”

Kedatangan Gita memang sudah dinantikan, Yuda sudah berdiri di beranda rumah. Memakai kemeja hitam dan celana hitam dengan wajah pias dan mata sembab. Tangis Gita semakin keras menyadari hanya Yuda yang menyambutnya. Hatinya menolak kalau terjadi sesuatu dengan Asih.

“Ibu, dimana Ibu?” teriak Gita berlari bahkan melewati Yuda. “Ibu!” teriak Gita melihat jenazah terbaring di ruang tamu.

 

 

 

 

1
maya ummu ihsan
baru ingat sama Tuhan
Rinisa
👍🏻👍🏻👍🏻
Rinisa
Syerem
Rinisa
Di Mulai teror nya...
Rinisa
judul & gambar nya bikin merinding, aku baca karya ini terakhir. . 🙊🙈
Rinisa
Seru & menenangkan...👍🏻
Rinisa
Horor terakhir yg blm ku baca...
🥰Siti Hindun
Aamiin..
🥰Siti Hindun
tegang euyyy
🥰Siti Hindun
demen banget sih tatap²an sama poci, Git🤭
🥰Siti Hindun
jadi inget celetukan ponakan aku waktu kecil, dia pernah nanya gini sama aku. bi kalo ada setan yg nama'y kuntilanak berarti ada juga dong kuntilindung?🤣🤣🤣🤣
🥰Siti Hindun
seru loh kak, untung aku baca'y jam segini. g kebayang gimana jadi'y kalo aku baca malem²
🥰Siti Hindun
begitulah manusia. ketika kita susah dn membutuhkan bantuan dari mereka yg kita dapat malah hinaan dn cacian.
🥰Siti Hindun
tatap-tatapan sama poci? siapa berani🤣🤣
🥰Siti Hindun
coba minta bantuan ma tu pocong Yud, jan cuma liatin doang😅
🥰Siti Hindun
baru mampir aku kak
estycatwoman
very nice 👍💯😊
Wisell Rahayu
baru mampir thoor masih menyimak😀
Hariyanti Katu
Aamiin🤲🤲
Hariyanti Katu
mantaf
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!