Membangun Peradaban Dari Nol Di Pulau Terpencil Dengan Bantuan Sistem

Suara dengkuran di tengah hujan badai malam itu membuat Nova kesulitan untuk menutup mata. Sebuah ruangan gua yang cukup besar yang diterangi cahaya temaram dari sebuah perapian yang diletakkan tidak jauh dari tempat mereka berbaring memberikan sedikit kehangatan malam itu.

Udara dingin begitu menggigit, Nova membenarkan daun pisang yang mereka gunakan sebagai kain untuk menghangatkan mereka di malam hari.

Karena Nova tidak bisa tidur, ia lebih memilih untuk mendekati perapian dan memeriksa sistem yang sudah cukup lama tidak ia periksa.

[Nama: Nova]

[Class: Raja Peradaban]

[Talent: -]

[Pengetahuan/Keterampilan:

Ensiklopedia Flora dan Fauna 1

Ensiklopedia Keterampilan Bertahan Hidup di Alam Liar]

[Poin : 10400]

[Market]

[Pesan belum terbaca]

Nova mengerutkan keningnya, ini pertama kalinya dia melihat ada sebuah ikon berbentuk surat yang dibawahnya tertulis keterangan ‘pesan belum terbaca’.

Nova berencana untuk membuka Market, tetapi karena rasa penasarannya, ia memutuskan untuk menekan ikon berbentuk pesan itu terlebih dahulu.

[Quest Profesi Nelayan]

[Host menyelesaikan quest profesi nelayan dan mendapatkan kemampuan sebagai seorang Nelayan level 1. Market akan diperbarui untuk menambahkan item baru terkait dengan profesi sebagal nelayan.]

Begitu Nova selesai membaca pesan itu, sebuah informasi dan pengetahun yang berhubungan dengan pekerjaan Nelayan menerobos masuk ke dalam pikirannya.

“Sensasi ini … kepala ku akan terasa mau meledak!”

Semua informasi itu mencakup tentang perkembangan para Nelayan baik di zaman dahulu sampai di zaman modern yang jauh dari era Nova berada.

Nova tersenyum puas, ia menyentuh kepalanya yang terasa berdenyut-denyut. “Dengan semua informasi ini, aku yakin kehidupan kami di pulau terpencil ini akan baik-baik saja.”

Nova berkeringat sangat banyak meskipun saat ini tengah hujan badai di luar sana. Setelah menenangkan diri dan rasa pusing di kepalanya mereda, Nova pun kembali mengecek sistem. Dia menekan logo Market dan seperti yang sistem katakan tadi, bahwa Market telah di perbarui.

Sebuah ikon ikan mengambang di beberapa klasifikasi barang yang dijual oleh Sistem.

“!?”

“Ini … ini seperti pasar ikan. Aku pikir aku tidak akan pernah bisa makan ikan gurami lagi seumur hidup ku, tapi rupanya sistem menjual ikan di sini.” Nova menjadi lebih bersemangat saat ia melihat dua jenis ikan yang sulit untuk di temukan di pulau terpencil seperti ini.

“Tapi apa-apaan dengan harga fantastis ini, apa ini perampokan?” Nova mencengkram panel sistem dengan kesal.

[Ikan Gurame (Osphronemus goramy) – 50.000 poin]

[Deskripsi: Ikan gurame memiliki tubuh pipih dan lebar dengan sirip punggung dan sirip dubur yang panjang. Warna tubuhnya biasanya abu-abu keperakan dengan bercak hitam.]

[Keunggulan: Dagingnya tebal dan lezat, serta memiliki nilai jual yang tinggi]

[Ikan Patin (Pangasius spp.) – 50.000 Poin]

[Deskripsi: Ikan patin memiliki tubuh licin dan tidak bersisik dengan sirip punggung yang kecil dan kumis di sekitar mulut.]

[Keunggulan: Tumbuh cepat, tahan terhadap kondisi lingkungan yang buruk, dan dagingnya memiliki rasa yang enak.]

“Ini jelas perampokan,” ujar Nova kembali. Ia menyerah untuk makan ikan, lagi pula ia masih memiliki ikan sungai dan ikan lele untuk di makan.

Nova beralih untuk mengecek talent dan kemampuan di alam liar.

“Karena hari ini ada badai, agresifnya kelompok Tsakagi dan hewan liar yang mungkin menyerang. Semua itu akan menjadi ancaman besar bagi kami. Aku memelurkan kekuatan yang besar, tapi kalau juga sebuah kelincahan untuk menghindari serangan.”

Nova bimbang, ada banyak talent yang kemampuannya sangat ia butuhkan. Namun, Nova tidak dapat membeli semua itu karena poin yang dimilikinya tidak cukup.

“Namun sepertinya ini adalah kemampuan yang paling ku perlukan saat ini. Kemampuan fisik ku memang tidak bagus kalau harus bertarung satu lawan satu, tapi itulah kenapa aku melatih kemampuan busur ku. Baiklah sudah ku putuskan aku akan membeli talent ini.”

Nova dengan percaya diri menekan sebuah ikon dalam menu Talent yang bergambar seekor Cheetah

[Host membeli talent Cheetah's Speed seharga 8000 Poin]

[Penjelasan: Memiliki kecepatan dari seekor cheetah. Pengguna talent ini memiliki kemampuan untuk bertindak dan bereaksi dengan cepat, baik dalam situasi krisis maupun dalam mengejar peluang.]

[Sedang mengirimkan Talent]

Saat cahaya menyilaukan dengan pendar kebiruan itu keluar dari sistem dan menyelimuti tubuh Nova. Ia merasa tubuhnya tengah dirakit oleh sesuatu yang tidak Nova ketahui.

Tubuhnya Nova dibenahi dan itu terasa begitu menyakitkan. Tulang-tulangnya terasa di lepas paksa dan kemudian di pasang kembali. Setelah tiga menit yang rasanya seperti berhari-hari bagi Nova, akhirnya rasa menyakitkan itu mereda.

Tidak ada hal berubah dari tubuhnya, tetapi Nova merasa staminanya bertambah. “Mungkin besok aku harus mencoba kemampuan baru ku,” ucapnya.

Nova meregangkan tubuhnya, hujan badai masih terdengar dan Nova berharap tidak ada hal buruk yang akan terjadi. “Semoga pagi nanti hujannya sudah mereda,” guman Nova sebelum akhirnya berbarik di sebelah Indra dan mulai menutup matanya.

Jauh dari kamp Nova, tepatnya di sebuah gua yang gelap yang hanya diterangi oleh cahaya temaram dari api unggun yang berderak. Suara desahan yang saling bersahutan tedengar memenuhi sebuah gua dengan ukuran sedang. Merendam suara derasnya rintik hujan yang mengguyur permukaan.

Di dalam gua itu, kelompok Tsakagi tengah berpesta layaknya para binatang. Mengabaikan anggota luar mereka yang jumlahnya puluhan orang, tengah meringkuk dalam kedinginan tanpa sebuah tempat untuk berteduh.

“Ini keterlaluan. Kita bahkan belum makan seharian ini dan sekarang kita harus bertahan di hujan badai tanpa sebuah tempat untuk berteduh.”

Seorang pria dengan tubuh yang cukup atletis menggigil oleh rasa dingin. Tubuhnya sudah basah kuyup oleh hujan, selain dirinya teman-teman seumurannya tampak sudah pasrah untuk dapat hidup.

“Apa kita akan mati di sini, Luke? Apa kita tidak dapat pulang?” seorang gadis dengan rambut dikepang dua menyandarkan tubuhnya kepada Luke. Ia meringkuk dengan tubuh menggigil berharap mendapatkan kehangatan.

“Aku sudah janji kepada mu kalau kita akan baik-baik saja, Luna.” Luke merangkul tubuh adik kembarnya untuk membagi kehangatan. Matanya menatap tajam ke arah gua yang tampak menunjukkan bayangan orang-orang yang sedang main kuda-kudaan.

“Kalau kami tidak bisa bertahan di sini. Maka lebih baik meninggalkan tempat ini,” tekad Luke dalam hati. Keesokkan paginya, sebelum badai benar-benar reda dan matahari masih belum menampakkan dirinya.

Lima orang anak sekolahan yang dipimpin oleh Luke melarikan diri dari kamp milik Tsakagi tanpa sepengetahuan siapapun.

Dengan mengendong Luna yang sedang demam serta tubuh yang tidak berhenti menggigil, Luke pergi tanpa menoleh ke belakang dan terus melangkah maju. Tanpa menyadari bahwa tujuan mereka saat ini adalah sekelompok monster yang tengah kelaparan dan terluka.