Genre: Drama, Mystery, Psychological, Romance, School, Supernatural, Time Loop
Haruto Keita hanyalah siswa SMA biasa. Tapi suatu hari, saat pulang sekolah, dia tiba-tiba kehilangan kesadaran dan mendapati dirinya kembali di kelas, satu jam sebelumnya. Sempat merasa bingung, Haruto akhirnya menyadari bahwa setiap kali dia membuat kesalahan, waktu akan mundur satu jam.
Setelah beberapa kali mengalami Time Loop, Haruto menemukan sebuah pola yang membuatnya berpikir kalau semua itu berhubungan dengan seorang gadis, namanya Fumiko Reina.
Siapa itu Fumiko Reina? Lalu, bagaimanakah nasib Haruto kedepannya?
Note:
- Cerita ini hanya fiksi, semua latar, tokoh, dan cerita murni karangan author belaka. Jika terdapat kesamaan pada karangan ini, maka itu hanya kebetulan yang tidak disengaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nov Tomic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 — Bertukar Kesadaran
Setelah sampai di depan rumah Fumiko, kami sempat berbincang sebentar. Aku baru tahu kalau rumahnya berada cukup dekat dari sekolah, mungkin hanya membutuhkan waktu lima menit untuk sampai.
"Haruto-kun, terima kasih banyak. Sampai jumpa besok!"
Fumiko berterima kasih padaku dengan mata yang masih sedikit merah, tetapi senyum kecilnya membuatku merasa lega.
"Ya, sampai jumpa besok, Fumiko."
Fumiko melambaikan tangan sebelum masuk ke rumahnya. Tentu saja, aku menunggu sebentar hingga pintu rumahnya tertutup. Barulah setelah itu, aku berbalik untuk pulang ke apartemenku.
Tidak, sepertinya aku tidak akan pulang untuk sementara waktu. Jujur saja, aku masih bingung tentang apa yang dikatakan Time Loop sebelumnya. Kenapa dia begitu terburu-buru? Itulah pertanyaanku.
"(Time Loop, aku sudah selesai. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?)"
"(Untuk saat ini, kau bisa pulang saja ke apartemenmu.)"
"(Hah? Tunggu, kau terkesan begitu terburu-buru tadi, ada apa sebenarnya?)"
"..."
Aneh sekali, Time Loop tidak menjawab pertanyaanku. Secara terpaksa, aku lanjut berjalan, berusaha meredakan kebingunganku.
Yah, aku merasakan firasat buruk dari ini. Rasanya sulit untuk melangkah, seolah-olah ada rantai besi yang mengikat kakiku.
Aku memaksa kakiku untuk bergerak, lalu berjalan.. dengan tujuan pulang ke apartemenku. Namun, asumsiku berkata kalau aku tidak akan bisa pulang hari ini.
Walaupun terasa berat, aku terus berjalan. Tampaknya ini akan menjadi hal yang merepotkan.
"(HARUTO, CEPAT MENUNDUK!!)"
Eh?! Aku sangat terkejut. Baru kali ini aku mendengar Time Loop berteriak. Dia berteriak di dalam kepalaku, menyuruhku untuk segera menunduk.
Secara reflek, aku langsung menuruti perintahnya dan menunduk. Tepat saat itu juga, seorang lelaki misterius menyerang dari arah depan.
Siapa lelaki ini? Dia tampak lebih tinggi dariku, lalu dia juga mengenakan pakaian yang begitu kumal. Tidak hanya itu, tatapan matanya hampir sama persis denganku, yaitu seperti ikan mati.
Siapa dia? Apa aku mengenalnya? Aku terus bertanya-tanya. Rasanya lelaki ini tampak familiar bagiku.
"(Haruto, kita harus bertukar kesadaran sekarang juga!)"
"(Apa maksudmu?! Siapa orang ini?)"
Time Loop terdengar begitu panik, dia bahkan tidak menjawab pertanyaanku. Sepertinya inilah yang dirasakan oleh Time Loop sebelumnya, saat dia mengganggu momenku dengan Fumiko.
Kemungkinan, lelaki ini juga berhubungan dengan Time Loop. Tapi, kenapa Time Loop begitu mewaspadainya?
Ah, kepalaku jadi pusing sekarang. Lagi-lagi aku harus menghadapi hal yang membingungkan. Tidak bisakah aku hidup dengan tenang dan normal walau hanya sehari?
"Hah, nostalgia sekali. Bagaimana kehidupanmu saat ini, Haruto Keita?"
Lelaki itu menatapku tajam, sembari bertanya hal yang tidak bisa kuhapami. Kenapa dia bertanya tentang kehidupanku? Terlebih lagi, darimana dia tahu namaku?
"(Haruto, sebaiknya kau diam saja! Abaikan dia!)"
Dengan nada yang masih terdengar panik, Time Loop memaksaku untuk mengabaikannya.
Aku hanya bisa bingung, tapi pada akhirnya, aku memutuskan untuk diam seperti yang diperintahkan oleh Time Loop. Hanya dia satu-satunya yang bisa memberi petunjuk atas kebingunganku sekarang.
Aku lalu berbalik menatap lelaki itu. Tatapannya tajam juga, aku dapat merasakan kalau dia memang orang yang berbahaya.
"Tak mau menjawab, ya?"
Lelaki itu membuka mulutnya lagi.
Eh?! Cepat sekali! Tanpa diduga, dia malah kembali menyerangku.
Astaga, aku tidak cukup cepat untuk menghindar! Apa-apaan kecepatannya ini?!
UGH!! Aduh, ini menyakitkan!
Lelaki itu memukulku tepat di bagian perut. Dengan cepat, sensasi sakit yang mendalam menjalar ke seluruh tubuhku. Nafasku tercekat, dan perutku langsung merasa mual. Aku jadi kesulitan untuk berdiri karenanya.
Lelaki itu mendekat lagi, lalu menarik rambutku dengan kasar. Dia memaksa untuk mendekatkan telingaku ke mulutnya.
Aku tidak bisa melawan, dan aku hanya bisa pasrah sekarang. Ah, rasanya begitu menyakitkan. Baru kali ini aku merasa selemah ini.
"Keluarlah!"
Dia berbisik padaku. Entah apa maksudnya, kata-kata itu terdengar seperti sebuah perintah untuk Time Loop.
"(Haruto, kita harus segera bertukar kesadaran! Aku minta maaf karena tidak menjelaskannya lebih awal, tapi ini penting!)"
"(Bertukar kesadaran? Bukankah kita sudah melakukannya?)"
"(Tidak, kau salah paham. Sebelumnya kita berbagi kesadaran, tapi sekarang kita bertukar kesadaran. Harusnya kau tahu sendiri apa bedanya.)"
"(Begitu, ya?)"
"(Jika kau mengerti, ayo kita lakukan sekarang!)"
Time Loop terdengar semakin panik. Dia bahkan begitu terburu-buru untuk memaksaku bertukar kesadaran. Karena tidak memiliki pilihan lain, aku setuju untuk melakukannya.
"(Baiklah, aku mengerti. Apa yang harus aku lakukan?)"
"(Tepuk kedua pipimu sekencang mungkin!)"
Mengikuti perintah Time Loop, aku langsung menepuk kedua pipiku sekuat tenaga. Sebelum melakukannya, aku sempat mendorong wajah lelaki itu agar bisa leluasa menepuknya.
PLAK!
Aduh! Rasa sakit ini semakin memburuk, tetapi tiba-tiba, semuanya menjadi gelap. Sepertinya aku tumbang di tanah dan baru saja kehilangan kesadaran.
Hah?! Yang benar saja!
Aku malah tersadar di sebuah ruangan putih yang penuh dengan waktu sebelumnya. Keadaannya bahkan masih sama, dengan berbagai simbol dan perangkat waktu yang tertampil.
Tapi, kenapa ini? Rasanya kakiku agak tertekuk.
Oh, ternyata aku terduduk di sebuah meja yang dipenuhi dengan angka digital acak. Ini adalah tempat dimana aku berbicara dengan Time Loop sebelumnya, yang dimana dia menggunakan wujud Fumiko. Angka-angka di meja ini terus berubah, seolah-olah waktu sedang bermain-main di hadapanku.
"Yo, aku tidak ingat kalau kau itu ada!"
"Sialan kau! Aku akan memberimu pelajaran kali ini!"
Eh? Apa ini?! Secara tiba-tiba, meja ini berubah menjadi tampilan seorang lelaki dan juga lingkungan disekitarnya. Bahkan, aku mendengar percakapan disini.
Tunggu, bukankah ini sudut pandangku?! Kelihatannya sama persis. Lelaki itu, dia sudah memperlakukanku dengan kasar tadi. Ada apa ini sebenarnya? Aku jadi semakin bingung.
"(Maaf, Haruto. Mulai sekarang, serahkan semuanya padaku!)"
"(Eh?! Kau? Bagaimana bisa kau masih bicara dalam pikiranku?)"
"(Apa maksudmu? Kita selalu melakukannya, kau tahu?)"
"(Hah? Jangan bilang, kau selalu melihat sudut pandangku seperti ini?!)"
"(Kau baru sadar? Kukira asumsimu sudah menebaknya.)"
Oh, jadi begitu. Aku baru menyadarinya. Di meja ini, Time Loop dapat melihat sudut pandangku. Oleh karena itu, dia bisa memberi komentar atas apa yang terjadi padaku secara langsung.
"(Untuk sekarang, lebih baik kau diam dan saksikan saja. Aku akan menjelaskannya setelah ini selesai nanti.)"
"(Baiklah, aku mengerti.)"
Entah apa yang akan dilakukan Time Loop dengan menggunakan tubuhku. Aku hanya berharap kalau dia tidak melakukan hal-hal buruk. Namun, entah kenapa, firasat burukku semakin menjadi-jadi.
Tidak, aku tidak khawatir dengan Time Loop yang menguasai tubuhku. Tapi, aku mengkhawatirkan lelaki itu.
Ini mungkin hanya asumsiku, jadi bisa saja salah. Kemungkinan, lelaki itu adalah diriku di masa depan.
Kenapa bisa seperti itu? Alasannya sederhana. Ketika aku melihatnya dari sudut pandangku sendiri, perasaan gelisah terus menyerangku. Ini seperti aku sedang bercermin dari diriku sendiri.
"Sesuai keinginanmu, aku sudah keluar. Kau mau apa sekarang?"
Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari meja ini. Jadi, tentu saja aku akan terus memperhatikannya.
"Aku tidak terima ini, Jikan! Kau tahu? Aku tidak akan menerimanya sampai aku mati!"
Lelaki itu terlihat begitu marah. Ngomong-ngomong, siapa itu Jikan? Yah, sepertinya aku perlu beberapa informasi lagi untuk memahami semua ini.