Aku tidak pernah menginginkan semua musibah ini terjadi. Bagi ku semuanya terasa salah, pernikahan ini, hubungan kami, semuanya. Aku menikah dengan David karena berlandaskan perjodohan semata. Namun aku tahu kakak ku dan David memiliki hubungan khusus. Bagaimana bisa aku menjalani pernikahan ini setelah menikung cinta kakak ku sendiri?
Aku tidak bisa. Aku harap semua ini berakhir. Tapi aku tidak berharap kecelakaan ini terjadi. Semuanya menjadi serba salah sekarang... aku harap aku bisa mengubah dan menyusun ulang segalanya sekarang. Aku harap, aku sangat berharap... semuanya bisa terulang kembali...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Olive Oil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Hanya tinggal menunggu hitungan bulan, kontrak kami selesai. Tahun depan, aku dan David akan resmi menyelesaikan kontrak pernikahan kami dan setelah itu kami resmi berpisah. Setelah berpisah, tentunya David akan kembali menjalankan rutinitas kehidupannya yang biasa. Sedangkan aku? Apakah aku punya rencana setelahnya? Tentu aku punya rencana! Dan rencana ini... sudah aku idam-idamkan sejak aku masih kuliah. Aku... ingin sekali kuliah di luar negeri! Jadi setelah aku bercerai dengan David, kemungkinan aku akan melanjutkan studi S2 ku di luar negeri. Membuka lembaran baru di sana tanpa dikenal siapa pun, aku rasa cukup ampuh memulihkan segalanya. Yah...
Untuk sekarang, entah kenapa aku masih bertanggung jawab dengan kebahagiaan David. Masalahnya, aku merasa bersalah karena dengan menikahiku membuat David jadi terkekang. Setidaknya kami harus berpisah tanpa ada masalah sedikit pun. Aku juga baru tahu kondisi psikis yang dialami David, karena itu aku semakin terbebani untuk selalu dapat menjaga kebahagiaannya. Tapi menurutku ini bukan beban sih namanya. Karena aku enjoy menjalaninya. Malahan semakin aku mengenal David, aku semakin nyaman menjalani hubungan pertemanan kami. Dia layaknya kak Tasya yang selalu menjagaku. Aku penasaran, apa David berpikiran sama ya sepertiku?
Kak Tasya sendiri juga tidak pernah mengatakan secara jelas mengapa David mau menikahiku. Tentu saja alasan utamanya karena ini adalah pernikahan yang di satukan oleh orang tua kami untuk keperluan perusahaan. Tapi perusahaan papa nggak sebagus perusahaan lain. Bukan tidak mungkin dari semua perusahaan itu juga ada yang mau menjodohkan putri mereka dengan David, dengan kata lain pasti ada perusahaan yang apabila di satukan melalui perjodohan, mendapatkan keuntungan lebih besar dibanding memilihku untuk di jodohkan. Malahan David langsung mengiyakan tawaran pernikahan kami. Kayak... apa alasannya gitu? Kak Tasya hanya bilang, nanti juga kamu tahu.
Serius aku bingung sekaligus penasaran apa yang akan aku ketahui. Sesuatu yang bisa aku ketahui hari ini adalah aku dan teman sekantorku ada di perusahaannya David. Entah sejak kapan perusahaan kecil kami bekerja sama dengan perusahaan David. Jadi ceritanya perusahaan David ingin mengeluarkan buku-buku serta majalah yang mengulas tentang perusahaan mereka. Karena itu penerbit buku kecil kami di panggil untuk bekerja sama dengan mereka. Karena itu, hari ini beberapa karyawan berencana akan bertemu langsung dengan manajer perusahaan David untuk mendiskusikannya. Anehnya, David tidak mengatakan apa pun padaku mengenai hal ini. Aku juga tidak ingat dulu ada kejadian seperti ini.
Apa karena aku mengubah alurnya?
”Kenapa sih Nggi... dari tadi loh kamu lihati aku kayak nggak senang gitu.” keluhku untuk sekian kalinya pada Anggi. Aku, Anggi, dan Fadi masih menunggu manajer kami berbincang dengan David di dalam ruang kerja David.
”Aku senang kok, aku senang, yang bilang aku nggak senang siapa coba? Aku tuh sebenarnya masih kesal ya kenapa kamu nggak pernah bilang kalau kamu itu udah menikah dengan... dengan seorang yang wah... yang kece habis... yang...” aku memutar bola mata jengah, mulai lagi deh tingkahnya.
”Aku ’kan dan bilang kalau aku itu udah menikah. Kamunya aja yang nggak percaya.”
”Ya gimana mau percaya kalau kamunya aja nggak pernah ceritain kehidupan pernikahan kamu! Bahkan siapa suamimu aja nggak pernah kamu spill!!”
”Yah... emang buat apa? Nggak ada juga kan yang mau di ceritai tentang suamiku.”
”Astaga, gemes banget aku samamu Tara! Fadi!”
”Hm?” Fadi menanggapi malas. Maklum, kami lumayan lama juga menunggu rapat yang tidak ada habisnya itu.
