Ica semenjak di tinggal oleh Azzam tanpa alasan akhirnya memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya yang awalnya tak begitu di cintainya berjalan dengan harmonis dan bahagia.
Tapi ternyata Ica di tipu mentah-mentah oleh sikap baik suaminya selama ini, justru suaminya ternyata pria yang suka berselingkuh dan gonta-ganti pasangan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Bagaimana dengan rumah tangga Ica dan suaminya selanjutnya?
Apakah Ica tetap bertahan atau justru memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Pagi menyapa, semalam Ica tertidur sangat pulas dan begitu nyenyak. Wajar sih karena tenaganya terkuras habis-habisan gara-gara kejadian kemarin, di mana dirinya mempertemukan suaminya sama wanita simpanan suaminya dan terjadi sebuah insiden tak terduga.
"Sayang, bangun...."
Ica berusaha membangunkan putri sulungnya yaitu Mentari, karena Mentari memang sosok gadis kecil yang penurut dan mudah di bangunkan. Mentari langsung membuka kedua kelopak matanya, kemudian menatap mamanya yang berdiri di hadapannya.
"Sudah waktunya Mentari sekolah ya, Ma?" tanya Mentari
"Tidak , sayang. Hari ini kamu libur dulu ya, ayo bangun terus mandi" titah Ica pada putri sulungnya itu, di samping terlihat putri bungsunya masih tidur.
"Iya, Ma"
Bulan langsung bangkit dari tempat tidur lalu turun dan berjalan ke arah kamar mandi yang menyatu dengan kamar tersebut, saat ini Ica dan kedua putrinya berada di rumah Anita yang cukup jauh dari rumah Ica dan Hendra yang di tinggalkan Ica kemarin.
Drrtt....Drrtt.....
Pagi-pagi HP Ica sudah berbunyi, kebetulan HP-nya berada tidak jauh darinya. Ica langsung meraihnya dan melihat nama Anita terpampang di layar HP, Ica pun segera menerima sambungan telepon dari sahabatnya itu dan akhirnya sambungan telepon terhubung.
"Hallo, Anita"
"Sudah bangun? Bagaimana istirahatnya? Tempatnya nyaman gak?" tanya Anita secara beruntun, Anita memang definisi sahabat terbaik.
"Alhamdulilah nyenyak, Ta. Anak-anak juga semalam gampang tidurnya, padahal aku sudah khawatir kalau mereka bakalan gak bisa tidur karena di tempat baru"
"Syukurlah kalau memang begitu, Ica. Ohh iya, aku sudah pesankan makanan untuk kalian lewat online. Mungkin lima belas menit lagi sampai, aku ngasih tau takut kamu gak mau membukakan pintu saat kedatangan orang asing"
"Astaga, Anita. Tidak perlu repot-repot, aku bisa cari makanan di sekitar sini" ucap Ica semakin merasa tidak enak karena banyak kebaikan yang di berikan oleh sahabatnya itu.
"Gak boleh nolak, kamu baru di daerah itu jadi masih bingung. Di makan ya nanti, aku mungkin besok bisa kesana lagi"
Ica mengucapkan terima kasih banyak pada Anita, dirinya tidak tahu harus dengan apa membalas semua kebaikan yang telah Anita lakukan padanya dan kedua anaknya. Padahal Ica sudah sangat bersyukur di tumpangi tempat teduh, justru sekarang sahabatnya itu memesankan makanan.
Setelah itu sambungan telepon hendak di putuskan Anita, namun Ica menghentikannya dan bertanya apakah Hendra datang ke rumah Anita untuk mencari keberadaan dirinya dan kedua anaknya. Anita pun menjawab kalau Hendra memang datang ke rumahnya kemarin.
Bahkan Anita mengatakan pada Hendra kalau Ica dan kedua anaknya telah kembali ke kampung halamannya yaitu ke rumah orang tuanya, Ica senang Anita memberikan sebuah jawaban yang bagus pada Hendra dan setidaknya Hendra tak akan mencarinya lagi setelah ini.
Setelah cukup lama mengobrol, akhirnya panggilan itu terputus karena ada ketukan pintu yang berasal dari depan. Ica segera meletakkan HP-nya ke tempat semula kemudian Ica menoleh sekilas ke arah putri bungsunya yang masih tidur, setelah memastikan putri bungsunya masih tidur Ica bergegas ke arah depan.
Ketika pintu terbuka terlihat seorang pria asing dengan seragam jasa pengantar makanan dan tangannya membawa beberapa plastik yang di yakini Ica itu adalah makanan, pria itu menanyakan apa benar dengan Bu Ica dan Ica langsung mengangguk.
Pria pengantar makanan itu segera menyerahkan semua plastik yang ada di tangannya, ketika Ica tanya berapa total makanan itu dan ternyata lagi-lagi sudah di bayar oleh Anita tapi Ica tetap memberikan uang lima puluh ribu pada pria pengantar makanan itu.
"Buat beli sarapan ya, Pak"
"Wah terima kasih banyak, bu. Kalau begitu saya permisi, bu"
Pria itu menerima uang yang di berikan oleh Ica kemudian pria itu berbalik dan pergi dari sana, selanjutnya Ica masuk ke dalam rumah dengan tangan membawa beberapa plastik berisi makanan dan langkahnya langsung menuju ke arah dapur.
Ica yang cukup penasaran dengan semua isi plastik berisi makanan itu pun membukanya, kedua bola mata Ica membelalak saat melihat betapa banyak makanan itu dan ternyata Anita bukan hanya sekedar memesankan buat sarapan pagi tetapi juga buat makan siang dan makan malam untuk dirinya dan kedua putrinya.
Ica semakin di buat terharu, di saat suaminya menorehkan luka dan ternyata sahabatnya berusaha membuat dirinya baik-baik saja. Sahabat terbaiknya itu menunjukan perhatian, tentu saja agar Ica merasa jika masih ada sosok orang lain yang begitu sayang dengannya.
Ica mulai memindahkan semua makanan yang ada di plastik ke dalam mangkuk, begitu juga dengan nasi putih. Kini semuanya sudah tertata rapi di dalam mangkuk dan terlihat ada tiga macam aneka sayuran serta tiga macam lauk ada ayam goreng dan daging sapi, di salah satunya juga ada soto ayam kesukaan putri bungsunya.
Berapa jam kemudian......
"Kamu di mana sekarang? Papa, Mama dan Kak Putra sudah berada di bandara"
Ica tersentak kaget ketika secara tiba-tiba mendapat telepon dari sang mama yang mengatakan jika mereka sudah berada di bandara, keluarga Ica memang sudah tahu perihal masalah Ica karena sang mama tiba-tiba menghubunginya karena bermimpi Ica lagi dalam keadaan sulit sehingga mau tak mau Ica menceritakan semuanya.
"Loh, Mama Papa sama Kak Putra kenapa kesini?" tanya Ica tak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya
"Mama dan Papa mu ingin menjemputmu dan memastikan kalau kamu dan juga cucu Mama baik-baik saja, sayang"
"Ma, tidak perlu seperti ini Ica bisa pulang sendiri loh"
"Terus apa kamu menyuruh Mama Papa dan Kak Putra balik lagi sebelum memastikan bagaimana keadaan kamu?" tanya Sang Mama
"Bukan begitu maksudnya, Ma. Ya sudah, Ica share lock alamat rumah Ica ya. Soalnya sekarang Ica dan anak-anak Ica sudah tidak tinggal dirumah lama yang bersama Mas Hendra" jawab Ica
"Iya, kirim ya. Mama dan Papa sudah mau pesan taksi"
Setelah mengucap salam panggilan pun terputus, Ica segera membuka aplikasi warna hijau lalu membagikan alamat rumah Anita yang di tempatinya saat ini. Sejak tadi Ica menunggu kedatangan keluarganya, Ica sama sekali tidak tahu kalau keluarganya akan datang dan dirinya merasa seperti sebuah mimpi saja.
Jarum jam terus berputar hingga akhirnya ada sebuah mobil berhenti di sisi jalan dan tepat di depan rumah Anita yang saat ini di tempati Ica, Ica yang semula berada di ruang tengah tentu saja mendengar suara deru mobil yang berhenti di depan sana.
"Sayang, Mama ke depan dulu sebentar" pamit Ica pada putri sulungnya
"Iya, Ma"