Setelah diperkosa beramai-ramai hingga nyaris meregang nyawa oleh Jeam dan keempat rekannya, Titi justru mendapati jiwanya menempati tubuh wanita bernama Jia. Titi terlempar ke kejadian satu tahun sebelum dirinya diperkosa!
Kejadian tersebut membuat Titi mengetahui sederet fakta mencengangkan. Beberapa di antaranya masih berkaitan dengan kasus Titi. Karena ternyata, Jia merupakan mantan kekasih Jeam, dan kini menjadi saudara tiri setelah mama Jia menikah dengan papa Jeam. Selain tengah hamil, Jia yang belum menikah juga menjadi budak nafsu orang tua mereka maupun oleh Jeam sendiri.
Awalnya, Titi hanya berniat balas dendam untuk kasusnya. Namun mengenal Jia yang rapuh, membuat Titi bertekad untuk MENGUBAH TAKDIR. Titi akan membuat takdir baru untuk dirinya tanpa membuatnya ‘dirusak’ Jeam apalagi berakhir menjadi gadis ternoda!
Mampukah Titi melakukannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Wah!
Syukur langsung berusaha membuka sandi layar ponsel Jeam. Kenyataan layar ponsel yang tidak dihiasi bekas pola tangan, membuat Syukur yakin bahwa pemilik ponsel yaitu Jeam, jarang memakai sandi layar. Entah yang berupa pola, atau memang angka.
Namun tak lama kemudian, kedua mata Syukur menatap saksama layar ponsel Jeam. Syukur tak sampai memakai bantuan kaca pembesar.
“Ada jejaknya, Mas?” tanya Titi yang turut menatap saksama layar ponsel Jeam.
Sedari tadi Titi ada di sebelah Syukur. Titi masih penasaran, benarkah Syukur memang akan membantu sekaligus menolongnya?
Kebersamaan mereka berlangsung di teras kontrakan Titi tinggal. Suasana di sana terbilang bising meski kini sedang panas-panasnya. Adzan dzuhur tengah berlangsung.
Di mata Titi, dirinya yang menatap saksama layar ponsel Jeam, tetap tak menemukan jejak apa pun. Tidak ada yang mencolok, tapi Syukur berhasil menemukan jejak polanya. Sungguh ada jejak pola meski sangat tipis.
“Ada wartawan berdatangan mau meliput!” ucap ibu Tuti datang-datang sangat panik. Ia sengaja berbisik-bisik ke Syukur maupun Titi.
Dengan segera, Titi masuk ke dalam kontrakan setelah Syukur juga mengamankannya agar masuk.
“Enggak usah menemui mereka!” sergah Syukur. Ia menugasi ibu Tuti jaga-jaga sementara dirinya tetap di dalam kontrakan dengan Titi.
Tampaknya efek kasus Titi viral, hingga wartawan sibuk mencari keberadaan Titi. Terlebih masyarakat luas curiga bahwa yang ditangkap bukan pelakunya.
Suasana di depan kontrakan benar-benar ramai. Titi yang jadi gelisah, pada akhirnya mulai parno bahkan ketakutan. Lebih-lebih ketika ponsel Jeam berdering dan itu dering telepon masuk.
Syukur yang baru akan membuat pola kunci layar mengikuti jejak tipis yang ada, menatap tegas Titi.
“Angkat, Mas! Siap tidak siap, bahkan meski jujur aku takut, aku trauma, aku siap menghadapinya secepatnya Mas!” ucap Titi emosional dan sampai gemetaran. Ia dapati kedua tangannya yang juga sudah jadi gemetaran.
Syukur menyadari ketakutan Titi. Titi mulai gemetaran, belum lagi dengan suara Titi, kedua mata, semua itu sungguh tidak bisa berbohong. Namun, mereka memang tidak ada pilihan lain.
“Masih ada empat pelaku dengan Jeam, Mas! Mereka masih bebas berkeliaran, sementara di penjara sana ada orang kecil yang sengaja ditumbalkan! Ini lebih horor dari berurusan dengan hal gaib. Karena menghadapi kekuasaan dan uang, ... benar-benar mengerikan!” sergah Titi meyakinkan lawan bicaranya.
Tak beda dengan Bian, Syukur yang juga memiliki tubuh sangat tegap, memang sangat peduli kepada Titi. Niat baik Syukur menjadikan Titi adik angkat, bukan bualan semata.
Setelah berdeham, keputusan sungguh diambil. Syukur menatap kedua mata Titi penuh ketegasan, dan detik selanjutnya, Titi memberinya anggukan. Anggukan yang juga menjadi bagian dari kesiapan Titi menjalani misi.
“King, ... hapeku beneran ada di kamu? Aduh, ... kamu ya. Cepat, ... kita ketemuan di bandara. Aku dan keluargaku sudah mau sampai bandara!” ucap suara seorang pria dan membuat Titi yang tak bersuara, menunjukkan emosi mencolok.
“Itu memang suara Jeam!” bisik Titi dan langsung membuat Syukur yang menyimak, mengangguk-angguk paham.
Syukur sengaja batuk-batuk dan segera menjawab. Ia berusaha menerobos masuk ponsel tanpa sandi kala telepon suara berlangsung, tapi hasilnya sia-sia.
“Nanti kabari lagi saja.” Syukur masih bersandiwara membalas Jeam sambil menatap Titi penuh keseriusan dan Titi juga lagi-lagi memberinya anggukan.
Titi dan Syukur akan langsung pergi. Keduanya akan melakukan sebuah misi besar dan itu membuat mereka berhadapan dengan Jeam secara langsung. Masalahnya, di depan banyak wartawan. Sementara pintu kontrakan hanya ada satu dan itu di depan.
“Kita enggak mungkin bisa lewat begitu saja karena wartawan pasti akan terus ngejar. Bisa jadi, mereka juga mengikuti kita, sementara misi kita rahasia. Dan pintu juga hanya satu. Masa iya kita jebol atap dan lewat sana?” sergah Titi.
“Kalau kamu siap, itu memang jadi satu-satunya pilihan!” sergah Syukur sudah langsung siap-siap.
Syukur melepas jaketnya, kemudian menggunakannya kepada Titi. Selain itu, ia juga memakaikan topi hitamnya kepada Titi. Selanjutnya, ia segera memanjat lemari plastik kemudian menjebol langit-langit.
“Wah ....” Titi langsung tidak bisa berkata-kata. Termasuk juga ketika dirinya diwajibkan memanjat lemari plastik.
Syukur mengangkat tubuh kurus Titi dengan sangat mudah. Selanjutnya, Titi juga sampai memanjat langit-langit.
“Bisa, harus bisa!” batin Titi menyemangati dirinya sendiri meski apa yang ia jalani amat sangat ngeri-ngeri sedap. Jantungnya jadi tak karuan dan tubuhnya juga jadi panas dingin.
Saat adegan memanjat asbes yang sudah Syukur jebol, Titi nyaris jatuh tapi dengan segera, tangan kanan Syukur menangkap lengan kiri Titi. Syukur melempar tubuh Titi ke luar dan tubuh Titi terkapar di asbes.
“Ya ampun ....” Titi benar-benar syok dan memang agak kesakitan. Namun dengan segera, ia mengimbangi usaha Syukur dalam membawanya pergi dari sana.
Berjalan di atap setelah sebelumnya menjalani adegan panjat memanjat, menjadi pengalaman baru bagi Titi. Sebelumnya, Titi belum pernah melakukannya bahkan sekadar membayangkannya.
“Aku harus bisa, ... iya, aku harua bisa apalagi kini, aku tak lebih dari barang rongso.kan yang sekadar didaur ulang saja tidak bisa!” batin Titi terus menguatkan diri.
Sebagai ketua mafia yang sebelumnya juga belajar dari hal-hal yang sangat dasar, Syukur mengakui bahwa Titi memiliki mental yang sangat kuat. Titi merupakan wanita tangguh yang sudah langsung bisa mengimbanginya. Segala rasa sakit tak lagi Titi gubris. Termasuk ketika Syukur membawanya kebut-kebutan di jalan menggunakan motor agar mereka secepatnya sampai bandara. Namun kenyataan Titi yang mendekap pinggang Syukur sangat erat membuat Syukur yakin, sebenarnya Titi takut bahkan ketakutan. Hanya saja, Titi sudah telanjur ingin menyelesaikan kasusnya. Bukan hanya karena masih ada empat pelaku yang berkeliaran termasuk Jeam. Sebab kini ada rakyat kecil yang sengaja ditumbalkan untuk menggantikan Jeam.
Sementara andai maju dan bukti pun sudah dikantongi, memperjuangkan hukum tak semudah peraturan keadilan yang sudah kita pelajari sebelum kita menikmati pendidikan di bangku sekolah. Bukan hanya di suatu negara, tapi hampir di setiap negara.
Sampai di bandara, Syukur dan Titi masih bersama-sama. Keduanya terus bergandengan, lebih tepatnya Syukur yang mengadakannya. Karena tadi saat baru turun dari motor Syukur, Titi sempat terjatuh lemas dan tampak jelas kelelahan.
“Omong-omong, apakah Jeam itu ...,” sergah Syukur yang kemudian langsung mengeluarkan ponselnya. Ia bermaksud sosok Jeam yang dimaksud.
Hanya bermodal ponsel, Syukur langsung menunjukan salah satu foto Jeam di IG pribadi Jeam.
“Yang ini juga, bukan? Jika iya, berarti aku akan berurusan dengan dia lagi. Sebelumnya dia juga pernah bikin gara-gara ke mas Bian!” sergah Syukur yang hanya agak ngos-ngosan. Lain dengan Titi yang sampai batuk—bengek parah karena belum terbiasa lari.
Titi yang terduduk di antara lalu lalang kesibukan di depan pintu masuk bandara yang sudah ia lalui, berangsur memastikan.
Benar, foto yang Syukur maksud memang Jeam—Jia. Namun, baru juga akan mengatakannya kepada Syukur, Titi yang masih agak bengek, ditabrak dari belakang. Lebih kebetulannya lagi, ternyata itu Jeam!
ah Jia...kenapa kau begitu lemah...
Semangat mbak eee...
❤️❤️❤️❤️❤️
makin seruuuu..
lanjuuutttt
❤❤❤❤❤
bian jngan salah paham sama syukur
❤❤❤❤
Jaga Kesehatan cz Cuaca tdk menentu bgt....
Bikin Badan meriang...
Mb Ros jg jaga kesehatannya...
semangat ❤️❤️❤️❤️❤️
Lanjut Mb...
semangat yuaaa...
❤️❤️❤️❤️❤️