Pernikahan Dini

"Kak Rafli...."

Rafli yang ada di ruang depan dengan Azka mendengar teriakan Wina. Rafli sudah tau apa yang membuat Wina teriak. Pasti gara gara tanda merah itu.

"Kak, itu kak Wina kenapa?"

"Kaka juga ngga tau. ya sudah Azka main game sendiri dulu ya. Kaka mau lihat Kak Wina dulu."

"Iya Kak."

Rafli pergi ke kamar Wina. Sampai depan kamar Rafli tarik nafas dulu.

"Ada apa Win?"

Wina menengok ke Rafli dan matanya melotot. Rafli pura pura ngga tau apa apa dan mendekat ke Wina.

"Kenapa?" tanya Rafli lagi.

Wina tidak menjawab tapi langsung berdiri dan mendekati Rafli.

"Kaka nyebelin banget sih. Kaka tuh kenapa buat Wina malu!"

"Buat malu gimana?"

"Kaka jangan pura pura ngga tau deh. Ini apa! Ngapain sih Kaka bikin merah merah gini. Wina malu Kak."

Wina seperti anak kecil sambil merengek dan kedua kakinya di hentakan ke keramik.

"Ngapain malu sih Win. Kan kita sudah menikah. Semua orang yang sudah menikah pasti buat merah merah di leher pasangannya untuk tanda kepemilikan."

"Tapikan pernikahan kita masih di rahasiakan Kak. Orang belum pada tau! Kaka nyebelin ah."

Wina lalu ke kasur dan duduk di pinggir kasur.

Rafli mengikutinya dan ikut duduk di sampingnya.

"Maaf kalau kamu tidak suka. Tapi semalam kamu juga menikmatinya kan. Jadi jangan salahkan aku saja."

"Ih... Wina mana tau merah gini Kak. Kalau tau merah gini, Wina mana mau. Sekarang gimana cara ngilangin ini?"

"Aku juga ngga tau."

Wina menangis karena Rafli juga ngga tau cara ngilangin tanda merah itu.

"Gimana Wina mau keluar kalau kaya gini kak."

"Nanti juga hilang. Sudah jangan nangis. Maafin aku ya."

Wina langsung tiduran di kasur sambil terus menangis. Rafli jadi merasa ngga enak. Rafli membuka hp untuk mencari cara menghilangkan tanda merah itu.

Rafli membaca dan di situ tertulis pakai bawang putih. Rafli lalu keluar dari kamar untuk ke dapur. Rafli ingin ambil bawang putih untuk menghilangkan tanda merah di leher Wina. Rafli merasa ngga enak melihat Wina yang menangis.

Saat Rafli di dapur sedang mencari bawang putih, Ibu rupanya datang. Ibu mau ambil minum untuk di bawa ke toko.

"Rafli sedang cari apa?"

"Bu. Ini lagi cari bawang putih," Rafli bicaranya sedikit grogi.

"Buat apa bawang putih?"

"Itu. Wina."

"Kenapa Wina?"

"Em... Wina nangis gara gara tanda merah di leher Bu. Trus Rafli cari di internet katanya menghilangkannya pake bawang putih."

"Ya Tuhan. Wina sampai menangis."

Ibu lalu mencarikan bawang putih. Setelah dapat, Ibu ikut Rafli ke kamar untuk melihat Wina.

Ibu melihat Wina yang tiduran di kasur. Ibu mendekat ke Wina.

"Sayang. Kamu kenapa?" Wina ngga berani melihat ke Ibu karena malu.

"Sayang. Kamu ngga usah malu. Ibu dan Ayah dulu juga seperti itu saat pengantin baru."

"Tapi Wina malu Bu. Ini kan susah hilang. Nanti kalau Wina keluar trus orang lihat gimana?" Wina menjawab masih dengan memendamkan wajahnya di bantal.

"Kamu kan bisa tutupi dengan baju, apa dengan syal."

"Tetap aja Bu, Wina malu."

"Sudah jangan malu gitu. Nanti juga ilang. Itu Rafli sudah ambil bawang putih untuk menghilangkan merah merahnya. Kamu bangunlah biar Rafli bisa mengoleskan bawang putih. Ibu mau ke toko dulu ya. Takut ada yang beli."

Wina tidak menjawab, tapi Ibu langsung keluar dari kamar. Rafli duduk di pinggir kasur.

"Hadap sini Win, biar leher kamu aku olesi bawang putih."

Wina lalu menghadap ke Rafli. Wina mengangkat wajahnya lalu lehernya di olesi bawang putih.

"Sudah selesai."

Wina tidak menjawab tapi Wina memeluk guling dan memejamkan matanya.

Rafli membiarkan Wina karena Rafli merasa ngga enak membuat Wina sedih.

Rafli duduk di sofa sambil memainkan hpnya. Lama lama mata Rafli pun memejamkan matanya. Karena semalam kurang tidur dan lelah, keduanya tidur dengan nyenyak.

Jam 11 siang Wina bangun. Wina melihat Rafli tidur di sofa. Wina turun dari kasur menuju kaca. Wina melihat lehernya. Ternyata benar merahnya sudah hilang dikit.

Wina merasa ngga enak sama Rafli karena tadi kesal sama Rafli. Wina mendekat ke Rafli dan membangunkannya.

"Kak. Kak Rafli," sambil mengusap lengan Rafli.

"Em...."

Rafli membuka matanya dan melihat Wina yang ada di depannya.

"Ada apa?"

"Tidurnya pindah kasur. Di sini pasti ngga nyaman."

Rafli lalu bangun dan pindah ke kasur. Rafli lanjut tidur. Sedang Wina keluar dari kamar dan pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang.

Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...