Langit Jakarta yang kelabu seolah mencerminkan hidup keluarga Rahman. Di rumah petak sempit itu, Rahman, pemuda 17 tahun yang kurus namun bermata tajam, mengemasi barang-barangnya. Di sudut ruangan, ibunya, Bu Fatimah, terisak pelan. Ayah Rahman, Pak Hasan, hanya bisa mengusap punggung istrinya dengan tatapan sendu. Adik Rahman, Riko, merangkul kaki ibunya, wajahnya penuh tanya.
"Nak, jaga diri baik-baik di sana. Ibu hanya bisa berdoa untukmu," Bu Fatimah memeluk Rahman erat.
Rahman mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Ibu, Ayah, doakan Rahman. Rahman akan berusaha keras di sana."
Keesokan harinya, Rahman berangkat ke bandara dengan bekal seadanya dan tekad membara. Tujuannya: Spanyol, negeri yang jauh di seberang benua. Di sana, ia akan bergabung dengan akademi sepak bola CD Leganés B, sebuah klub kecil yang tak banyak dikenal di pinggiran Madrid.
Kehidupan di Spanyol tidak mudah bagi Rahman. Selain harus beradaptasi dengan budaya dan bahasa yang asing, ia juga harus bersaing dengan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RenSan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Rahman duduk di ruang ganti, merenung. Ia mengingat kembali posisi Leganés di klasemen, tertahan di peringkat keenam. "Kita harus menang hari ini," bisiknya dalam hati. "Kita harus naik ke posisi empat besar."
Peluit babak kedua berbunyi, menandai dimulainya pertarungan sengit. Rahman kembali ke lapangan dengan tekad membara. Ia ingin menjadi pembeda, ingin memberikan kontribusi besar bagi timnya.
Leganés tampil lebih agresif di babak kedua. Mereka menguasai bola dan terus menekan pertahanan Eibar. Rahman menjadi motor serangan, berlari tanpa kenal lelah, mencari celah di pertahanan lawan.
Di menit ke-55, Rahman menunjukkan kelasnya. Ia menerima umpan dari Recio di luar kotak penalti. Dengan satu sentuhan, ia mengontrol bola, lalu melepaskan tembakan keras yang melengkung indah ke pojok atas gawang Eibar. Kiper Yoel Rodríguez hanya bisa terpana melihat bola bersarang di gawangnya.
"Goooollll! Gol spektakuler dari Rahman!" teriak Montes dengan penuh semangat. "Ia memecah kebuntuan! Leganés unggul 1-0!"
Stadion bergemuruh. Para penggemar Leganés bersorak-sorai, merayakan gol indah Rahman. Rahman sendiri berlari ke arah tribun penonton, merayakan golnya dengan penuh emosi.
Eibar tidak tinggal diam. Mereka meningkatkan intensitas serangan, berusaha menyamakan kedudukan. Di menit ke-65, Stoichkov berhasil mencetak gol bagi Eibar setelah memanfaatkan kesalahan lini belakang Leganés.
Namun, Leganés tidak menyerah. Mereka terus menyerang, mencari gol kemenangan. Di menit ke-70, Rahman kembali menjadi aktor utama. Ia menerima umpan terobosan dari José Arnaiz, lalu menggiring bola melewati dua pemain Eibar sebelum melepaskan tembakan keras yang tak mampu dihalau oleh Yoel Rodríguez.
"Goooollll! Gol lagi dari Rahman!" teriak Montes dengan suara yang semakin bersemangat. "Ia menggandakan keunggulan Leganés!"
Stadion kembali bergemuruh. Para penggemar Leganés semakin bersemangat. Mereka meneriakkan nama Rahman, memuji penampilan gemilangnya.
Eibar tidak menyerah begitu saja. Mereka terus berusaha mencari gol penyama kedudukan. Di menit ke-80, mereka berhasil mencetak gol melalui sundulan Quique González setelah menerima umpan silang dari Edu Expósito.
Skor menjadi 2-2. Pertandingan semakin menegangkan. Kedua tim saling jual beli serangan, namun belum ada gol tambahan yang tercipta.
Di menit-menit akhir pertandingan, Rahman kembali menunjukkan kelasnya. Ia mengirimkan umpan silang akurat ke arah Miguel Ángel Guerrero yang berada di depan gawang. Guerrero menyambut umpan Rahman dengan sundulan keras yang menggetarkan jala gawang Eibar.
"Goooollll! Gol kemenangan bagi Leganés!" teriak Montes dengan suara yang hampir pecah. "Miguel Ángel Guerrero menjadi pahlawan bagi Leganés!"
Peluit akhir berbunyi. Leganés berhasil meraih kemenangan 3-2 atas Eibar. Rahman menjadi bintang lapangan dengan dua gol dan satu assist.
"Rahman adalah pemain terbaik di pertandingan ini!" puji Montes. "Ia menunjukkan kualitasnya sebagai pemain kelas dunia. Ia adalah aset berharga bagi Leganés."
Rahman meninggalkan lapangan dengan kepala tegak, disambut tepuk tangan meriah dari para penggemar. Ia telah berhasil membawa Leganés meraih kemenangan penting dan naik ke posisi keempat klasemen.
***********
Sorak sorai penonton masih menggema di Estadio Municipal de Butarque saat Rahman menerima penghargaan "Man of the Match". Ini adalah ketiga kalinya ia meraih penghargaan tersebut dalam musim ini, bukti konsistensi dan kontribusinya yang besar bagi CD Leganés.
Setelah pertandingan, Rahman dikerubungi oleh wartawan yang ingin mendapatkan komentarnya. Salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan adalah tentang kemungkinan dirinya dipanggil untuk memperkuat tim nasional Indonesia.
"Rahman, apakah Anda berharap dipanggil untuk memperkuat tim nasional Indonesia di jeda internasional mendatang?" tanya seorang wartawan.
Rahman terdiam sejenak, lalu menjawab dengan diplomatis, "Saya selalu siap jika negara memanggil. Namun, hingga saat ini, saya belum menerima panggilan resmi dari PSSI. Saya akan terus bekerja keras dan fokus pada penampilan saya di Leganés.
Jawaban Rahman disiarkan langsung oleh LaLiga TV dan dengan cepat menyebar ke media sosial. Di Indonesia, video wawancara tersebut menjadi viral. Akun-akun media sosial yang membahas sepak bola Indonesia ramai membicarakan Rahman.
Para penggemar sepak bola Indonesia mengungkapkan harapan mereka agar Rahman segera dipanggil untuk memperkuat tim nasional. Mereka merasa bahwa Rahman adalah pemain yang sangat berbakat dan bisa memberikan kontribusi besar bagi timnas.
"Rahman adalah pemain yang kita butuhkan di timnas. Ia memiliki kualitas yang tidak dimiliki oleh pemain-pemain lain," tulis seorang netizen di Twitter.
"PSSI harus segera memanggil Rahman. Jangan sia-siakan bakat besar ini," tulis netizen lainnya.
Beberapa netizen bahkan mengancam akan melakukan aksi protes jika PSSI tidak memanggil Rahman. Mereka merasa bahwa PSSI telah mengabaikan bakat-bakat muda Indonesia yang bermain di luar negeri.
Rahman sendiri tidak terlalu memikirkan tentang panggilan timnas. Ia fokus pada kariernya di Leganés dan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi timnya. Namun, ia juga tidak bisa mengabaikan harapan dan dukungan dari para penggemar di Indonesia. Ia berharap suatu hari nanti bisa mewujudkan mimpi mereka untuk melihatnya bermain dengan lambang Garuda di dada.
Bersambung...
nanti musim depan duet sama Mas Rohim
/Grin/