NovelToon NovelToon
Seven Years After Divorce

Seven Years After Divorce

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Mengubah Takdir
Popularitas:3.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: moon

🥈JUARA 2 YAAW S2 2024 🏆

Perceraian, selalu meninggalkan goresan luka, itulah yang Hilda rasakan ketika Aldy memilih mengakhiri bahtera mereka, dengan alasan tak pernah ada cinta di hatinya, dan demi sang wanita dari masa lalunya yang kini berstatus janda.

Kini, setelah 7 tahun berpisah, Aldy kembali di pertemukan dengan mantan istrinya, dalam sebuah tragedi kecelakaan.

Lantas, apakah hati Aldy akan goyah ketika kini Hilda sudah berbahagia dengan keluarga baru nya?

Dan, apakah Aldy akan merelakan begitu saja, darah dagingnya memanggil pria lain dengan sebutan "Ayah"?

Atau justru sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#24

#24

“Lalu bagaimana dengan aku yang mencintaimu, Mas. Apa aku tak layak mendapatkan hati dan cintamu?”

"Cinta?"

Aldy menatap, kedua netra abu Widya yang berlapis lensa kontak. Mencoba menemukan kembali debaran yang dahulu ia rasakan kala berdekatan dengan Widya. Nyatanya nihil, ia sama sekali tak menemukan semua itu disana, entah sejak kapan, hati dan perasaannya memudar, gelora yang dahulu begitu membuncah, mendadak surut seperti laut tanpa ombak dan badai tanpa guruh angin. 

"Entahlah, aku merasa ini hukuman buat kita Wie, dahulu keegoisan kita menyakiti Hilda, kini Tuhan justru mencabut semua perasaan dari hati, bahkan tak ada ketentraman dalam rumah tangga kita." 

"Jahat kamu, Mas!! kamu benar-benar jahat!!" Teriak Widya, ia mengamuk memukul Aldy menggunakan kedua kepalan tangannya. "Tega-teganya kamu mengatakan itu, disaat hati dan jiwaku sepenuhnya tertuju padamu." Widya menangis, bahkan meraung seperti seorang anak kecil.

“Maaf, Wie … “ jawab Aldy, hatinya tak bergeming, walau Widya menangis dan mengemis cinta padanya, tak sedikit pun hatinya tergerak, walau ada Reva di antara mereka, "Kemasi barang-barangmu, besok pagi kembalilah ke Jakarta, sementara aku akan menyelesaikan semua urusanku disini."

"Termasuk mendekati mantan istrimu lagi." celetuk Widya dengan kemarahan di dalam dadanya.

"Singkirkan prasangka buruk mu Wie, Hilda sudah bahagia dengan keluarganya, aku tak akan mengusik hidupnya, aku hanya akan meminta izinnya jika berkaitan dengan Ammar." Elak Aldy, baginya kini kebahagiaan Ammar adalah segalanya, dan bersyukur karena Hilda bisa berbahagia dengan kehidupan barunya. 

.

.

      

Aldy hanya mampu memeluk dan memohon maaf pada Reva, karena terpaksa memulangkannya kembali ke Jakarta, "Maafkan Papa, Sayang, kali ini Papa tak akan berbohong lagi."

Wajah Reva masih sembab ketika Aldy melepaskan pelukannya, ia benar-benar melakukan aksi protes sangat lama, hingga akhirnya menyerah pasrah kembali ke Jakarta karena harus sekolah. 

“Tersenyumlah sayang.”

Namun Reva menggeleng, ia tak bisa memaksakan senyum di wajahnya, hatinya yang polos mulai merasakan ada yang tidak beres dengan kedua orang tuanya. 

Terlebih kemarin ia melihat sendiri, bagaimana Aldy memeluk anak lain, yang kemudian ia ketahui sebagai kakak tirinya. Mungkinkan ia masih akan di sayangi seperti dulu? Hal itulah yang menggelayuti pikiran polos Reva. “Apa Papa nanti tak akan sayang lagi padaku?”

Aldy cukup terkejut, bagaimana bisa anak sekecil Reva bisa memiliki pemikiran seperti itu, “tentu Papa akan tetap menyayangimu, dan menyayangi Mas Ammar. Reva dan Mas Ammar, kalian berdua tetap anak-anak Papa, sampai kapanpun.”

Widya tersenyum sinis. “Hah … sayang? mana mungkin akan sama, terlebih kamu begitu berharap memiliki anak laki-laki, mungkin Reva kini hanya akan jadi nomor dua dalam hidupmu, Mas.” Batin Widya. “Lihat saja nanti, aku tak akan diam saja jika itu sampai terjadi, bila perlu aku akan singkirkan anak wanita sialan itu.” 

Hilda menutup pintu kamar kedua putranya, beberapa menit yang lalu Ammar dan Azam mulai lelap memeluk mimpi mereka. Bukannya kembali ke kamarnya, Hilda justru pergi ke ruang makan, membereskan beberapa makanan sisa, kemudian menyimpannya di lemari es, agar esok bisa dihangatkan. 

Hilda masih termenung di meja makan, ketika Irfan menyusulnya. “Pantesan lama, ternyata malah melamun disini.”

“Eh … Mas, lapar lagi?” Tanya Hilda yang melihat kedatangan Irfan. 

Irfan menarik kursi di sisi sang istri. “Ini sudah malam, kenapa malah melamun di sini?” Tanya Irfan. 

“Aku bingung, Mas.” 

“Bingung kenapa lagi?”

“Bagaimana nanti aku bersikap terhadap Ayah nya Ammar?”

“Ya sudah, bersikap seperti biasa saja, gampang kan?” 

Hilda melirik suaminya, Irfan begitu santai menanggapi kehadiran Aldy, Apa tak ada rasa cemburu sedikitpun? Pertanyaan itu belakangan menghantui pikiran Hilda. 

“Nggak akan semudah itu, Mas.”

Irfan memutar posisi tubuhnya, kini ia berhadapan dengan Hilda, “Dengar sayang, Meminta maaf itu mudah dilakukan, tapi seseorang yang berbesar hati memberi maaf, itu sungguh luar biasa, dan memang demikian Rasulullah mencontohkan pada kita ummatnya.”

“Jangan terlalu larut dalam dendam dan kemarahan, jangan juga sombong dengan apa yang kita punyai saat ini. Karena orang-orang sombong, tidak akan pernah mencium bau surga.” 

Hilda beristighfar beberapa kali, Irfan pun menggenggam tangan Hilda. “Jika kamu bertanya kenapa aku mengizinkan Aldy bertemu dan mendekati Ammar, kamu pasti sudah tahu jawabannya.”

“Ikatan suami dan istri bisa terputus perceraian, atau kematian, tapi anak dan orang tua, sampai kapanpun tidak akan ada mantan anak atau mantan orang tua. Seburuk-buruknya orang tua kita misalnya, kita tetap wajib menunjukkan sikap lemah lembut, bahkan do'a yang diijabah Allah setelah kita meninggal, salah satunya adalah do’a anak yang sholih.”

Hilda menunduk, “tapi aku hanya manusia biasa, Mas, masih menyimpan amarah akibat luka masa lalu, apakah tak boleh aku sakit hati?” 

“Sakit hati dan kesal lah, tapi sekedarnya saja, bahkan Rasulullah tak pernah menyimpan dendam, sekejam apapun beliau di caci maki oleh kaum Kafir Quraisy.” 

Mendengar penuturan Irfan, Hilda hanya bisa menangis, banyak sekali kekurangannya sebagai seorang hamba, termasuk diantaranya belum bisa memaafkan rasa sakit hatinya di masa lalu, tapi Hilda bersyukur, memiliki suami yang tak pernah putus mengingatkan dan memberinya pencerahan. 

“Lagi pula aku juga bisa cemburu sayang.”

Hilda menjauh dari pelukan Irfan, “mas bisa cemburu juga?” 

“Tentu saja, aku lelaki normal, mana ada lelaki normal merelakan jika di hati istrinya masih tersimpan nama mantannya, termasuk itu karena rasa benci padanya.” 

“Aku pikir, Mas tak pernah cemburu.” Gerutu Hilda dengan bibir manyun. 

Tak !!! 

Irfan menyentil pelan kening Hilda, “tentu saja aku cemburu, tapi hanya Allah yang bisa membolak-balikkan hati manusia, bisa saja hari ini dan kemarin, kamu mencintaiku, tak ada jaminan untuk hari esok dan seterusnya kan?” 

Hilda buru-buru melepaskan tangannya dari genggaman Irfan, kemudian ia yang memegang kedua tangan suaminya, “aku mohon jangan berpikir begitu, hatiku sakit, Mas. Aku mencintaimu, bukan sekedar cinta biasa, tapi karena kamu mampu menjadi pemimpin bagiku. Mengayomi ibu, aku, dan anak-anak kita, tetaplah menjadikan Ibu sebagai Wanita pertama dihatimu, dan aku pun akan bersikap demikian, demi mendapatkan surga Allah melalui ridhomu.”

Irfan tersenyum, kemudian mengecup kening Hilda, “terima kasih sayang, tolong bantu aku yah, dan ingatkan aku jika aku salah.”

“Emp …Hilda, besok bolehkah aku membawa Ammar jalan-jalan?” 

Hilda menatap tak suka ketika Aldy mengungkapkan keinginannya. Pasalnya beberapa hari ini Hilda rasa ia dan Irfan sudah sangat berbaik hati karena mengizinkan Aldy menemui Ammar, kapanpun pria itu mau. 

Dan seperti tak ingin membuang waktu, setiap }sore usai bekerja, Aldy selalu mendatangi rumah Irfan demi bisa sedikit bercengkrama dengan Ammar. Bahkan kadang Aldy dengan senang hati membawa Azam ikut serta, agar bocah itu tak merasa tersisih. Termasuk jika Ammar mendapatkan mainan dari Aldy, maka Azam pun mendapatkan mainan yang sama. 

Itu semua Aldy lakukan, demi mengucap terima kasih karena Irfan sudah berlaku baik kepada putranya selama ini. 

“Mau apa, Mas? Bukankah setiap hari Mas juga bertemu Ammar?”

“Lusa aku harus kembali ke Jakarta,” 

“Nanti aku bicarakan dulu dengan Mas Irfan.”

Aldy mengangguk pasrah, mau bagaimana lagi, sesulit apapun kini, ia tak akan menyerah, demi bisa membersamai putranya. 

1
C I W I
Luar biasa
Mak e Tongblung
luar biasa
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Benar" gak tahu balas Budi 😤
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Hadeuh Bram" udah miskin di penjara pula 😜
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Nah loh ketahuan,rasain tuh 🤪
Sulis Tyawati
jgn sampai ibu peri sebenarnya mami nia
Sulis Tyawati
pada hal bram yg menularkan hiv pada widya, kan dia suka gelap celup
Sulis Tyawati
Hilda hamil tuh
Sulis Tyawati
tuh kan, apa kata q. jd sinetron bgt ceritanya
moon❣️: silahkan berhenti!! othor gak maksa siapapun untuk baca cerita othor.

terima kasih sudah mampir 🙏
total 1 replies
Sulis Tyawati
ikkkhhhhh males banget kalo cerita nya hrs berbelit2,,, tr ada halangan lg dri widya
Sulis Tyawati
dsr org tua g tau diri si johan
Lala lala
aldi msh cinta sm mantan its okey...tapi msh mengejar mantan itu bodoh..sdh sering dibohongi soal uang masih sj diam..skrg dikhianati hancur kan..coba dr awal buang.
andai..andai.. dan andai sj otakmu skrg
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Rasain 🤪
Sulis Tyawati
emg bego si aldy ini,,, coba cek rekening mu.
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Benar" serakah kamu Widya 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Pasti pengen duitnya doang tuh 😏
Sulis Tyawati
kamu hrs kuat Hilda, tunjukan sama aldy juda widya kamu mampu hidup
Mak e Tongblung
waduh... janganlah pak
Lala lala
gimana si widya ambil uang , apa atm nya ganti baru pake sogok.. kan buku sm aldi
Mak e Tongblung
bohong, ini anak lelaki yg tempo hari kenalan di supermarket
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!