Danisha Putri atau yang akrab di sapa Anis, tidak menyangka niatnya ingin menolong persalinan seorang wanita yang menderita keracunan kehamilan justru berujung menjadi sasaran balas dendam dari seorang pria yang merupakan suami dari wanita tersebut, di kala mengetahui istrinya meregang nyawa beberapa saat setelah mendapat tindakan operasi Caesar, yang di kerjakan Anis.
Tidak memiliki bukti yang cukup untuk membawa kasus yang menimpa mendiang istrinya ke jalur hukum, Arsenio Wiratama memilih jalannya sendiri untuk membalas dendam akan kematian istrinya terhadap Anis. menikahi gadis berprofesi sebagai dokter SP. OG tersebut adalah jalan yang diambil Arsenio untuk melampiaskan dendamnya. menurutnya, jika hukum negara tak Mampu menjerat Anis, maka dengan membuat kehidupan Anis layaknya di neraka adalah tujuan utama Arsenio menikahi Anis.
Mampukah Anis menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan Arsenio, yang notabenenya sangat membenci dirinya???.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keteguhan hati seorang Danisha Putri.
Anis berusaha mengingat kapan terakhir kali ia kedatangan tamu bulanan.
"Beberapa hari sebelum kita menikah." jawab Anis setelah berhasil mengingat kapan terakhir ia kedatangan tamu bulanannya.
"Memangnya kenapa anda bertanya seperti itu, tuan??." dengan wajah polosnya Anis bertanya demikian sehingga membuat Ansenio memijat pangkal hidungnya mendengarnya.
"Kau ini seorang dokter, kenapa masih saja bertanya??."
Kini Anis akhirnya paham apa maksud dari pertanyaan Ansenio, ia pun nampak tersenyum kecut lalu kemudian berkata. "Anda tidak perlu cemas tuan, jika seandainya pun saya sampai mengandung anak anda, saya janji tidak akan merepotkan anda. bila perlu, anak saya tidak perlu tahu siapa ayahnya asalkan anda tidak sampai menyakiti anak saya." ucap Anis, mengingat Ansenio pernah memberi peringatan keras padanya agar tidak sampai mengandung.
"Saya sadar jika anda sangat membenci saya tuan dengan begitu anda boleh membalaskan dendam anda pada saya sesuka hati anda, saya ikhlas. akan tetapi jika seandainya sesuatu yang tidak anda inginkan sampai terjadi, saya mengandung anak anda, saya tidak akan membiarkan anda sampai menyakiti anak saya karena dia sama sekali tidak bersalah. Silahkan balaskan dendam anda pada saya sesuka hati anda !!! tapi ingat, saya tidak akan diam saja jika anda sampai berniat menyakiti anak saya, tuan Ansenio Wiratama." Anis terlihat bersungguh-sungguh dengan kata-katanya sehingga membuat Ansenio tertegun mendengarnya.
Anis sengaja berkata demikian mengingat ia pernah absen sekali meminum pil kontrasepsi yang pernah diberikan Ansenio padanya, meski kecil kemungkinan ia bisa mengandung karena setelahnya ia kembali rutin meminum pil kontrasepsi tersebut, akan tetapi Anis memilih berjaga jaga lebih awal dengan melontarkan semua itu dihadapan Ansenio untuk menjaga kemungkinan kecil itu jika sampai terjadi.
Sementara Ansenio sendiri justru terlihat diam, seperti sedang melamun. "Ternyata benar, seorang wanita lemah lembut sekali pun bisa berubah menjadi seekor singa jika ada yang berniat menyakiti anaknya." lirih Ansenio dalam hati saat menatap Anis dengan tatapan tak terbaca.
"Istirahatlah, tidak perlu membahas tentang hal itu lagi!!." kata Ansenio sebelum kemudian beranjak untuk mengambil laptopnya di atas nakas lalu kemudian mendaratkan bokongnya di sofa. Kini pria itu mulai fokus menatap layar laptopnya, sedangkan Anis yang masih menatap ke arah Ansenio seakan tak percaya jika ia berani melontarkan semua kalimat tadi pada seorang Ansenio Wiratama. Anis dibuat bergidik ngeri ketika mengingat ucapannya yang tadi terdengar begitu lantang dihadapan Ansenio.
"Untungnya dia tidak sampai marah, kalau saja tadi tuan Ansenio sampai marah karena tersinggung dengan kata-katamu habis kau Anis." dalam hati Anis ketika teringat akan semua ucapannya tadi.
"Istirahatlah, tidak perlu memandangi seperti itu!!." tutur Ansenio seakan sadar jika saat ini Anis masih terus memandangi dirinya.
"Oh astaga.... bagaimana dia bisa tahu kalau saya sedang memandanginya, apa dia punya indera ke enam??." dalam hati Anis, mengingat saat ini Ansenio fokus menatap layar laptopnya namun pria itu bisa tahu jika Anis tengah memandanginya.
Perlahan Anis pun merebahkan tubuhnya dan menutupi tubuhnya dengan selimut hingga sebatas dada, tak lama kemudian Anis kembali terlelap. Mendengar deru napas Anis yang terdengar mulai berhembus teratur, Ansenio pun mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya. ia pun beranjak, kini Ansenio telah duduk di tepi tempat tidur sembari menatap wajah Anis yang terlihat begitu teduh.
Entah apa yang kini tengah di rasakan Ansenio, yang jelas hatinya terasa hangat ketika mendengar Anis yang berniat ingin mempertahankan anaknya, jika suatu saat ternyata wanita itu sampai mengandung.
Ansenio menggelengkan kepalanya seakan mengusir perasaan tak menentu yang kini mampir di relung hatinya.
Setelahnya, Ansenio kembali fokus pada pekerjaannya memeriksa beberapa email yang baru saja di kirimkan oleh Jasen.
**
Anis yang baru saja terjaga dari tidurnya melihat ke arah jendela kaca dan ternyata langit telah berubah gelap, itu artinya siang telah berganti malam. Menyadari tangan kekar yang kini melingkar di perutnya, perlahan Anis pun membalikkan tubuhnya.
Setelah membalikkan tubuhnya hal pertama yang disaksikan oleh Anis yakni wajah tampan Ansenio yang terlihat begitu teduh ketika sedang memejamkan matanya. Tanpa sadar Anis menarik sudut bibirnya ke samping, satu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri oleh Anis, Ansenio memang memiliki wajah yang sangat tampan bahkan pria itu lebih tampan dibandingkan mantan kekasihnya, Armada.
Menyaksikan wajah Ansenio dari jarak yang begitu dekat seperti ini membuat jantung Anis berdetak tidak menentu, takut ketahuan adalah salah satu alasan mengapa sampai jantung Anis berdebar tak menentu.
"Bagaimana, sekarang kau sudah yakin bukan, kalau aku jauh lebih tampan dari mantan kekasihmu itu." Masih dengan mata terpejam Ansenio berujar sehingga dapat Anis tersentak mendengarnya, kedua bola mata Anis nampak melebar dengan sempurna.
"Oh tuhan.... Bagaimana dia bisa tahu apa yang saat ini ada di dalam pikiranku?? Apa mungkin tuan Ansenio memiliki indera ke enam." dalam hati Anis yang kini tampak seperti orang bodoh.
Ansenio menahan pergerakan Anis yang hendak turun dari tempat tidur, dengan menarik tubuh Anis ke dalam dekapannya dan pria itu melakukannya masih dengan kedua matanya yang terpejam.
"Berhenti menemui pria itu apapun alasannya, sengaja ataupun tidak aku tetap tidak ingin kau menemuinya lagi." kini Ansenio telah membuka kedua matanya.
Anis yang berada di dalam dekapan Ansenio lantas menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban. "Baik tuan, saya tidak akan bertemu lagi dengan tuan Armada." ucapnya.
Ansenio mencebikkan bibirnya. "Tidak perlu menyebut nama pria itu di depanku!!." protes Ansenio.
"Baik tuan." ucap bibir Anis yang jauh berbeda dengan lirihnya di dalam hati. "Dasar laki-laki aneh, suka berbuat seenaknya sendiri. Aku jadi bingung, Bagaimana bisa Nona Ananda sampai jatuh cinta pada laki-laki sepertinya." lirih Anis dalam hati, tidak habis pikir mengingat sikap Ansenio yang kerap kali bertindak sesuka hatinya sendiri.
Tok.
Tok.
Tok.
Suara ketukan dari balik pintu mengalihkan perhatian Anis dan juga Ansenio ke arah pintu kamar.
Anis menggunakan kesempatan itu untuk menarik diri dari dekapan Ansenio. Ansenio beranjak turun dari tempat tidur untuk membukakan pintu.
"Ada apa, bi??."
"Itu tuan, di bawah ada orang tuanya Non Ananda datang untuk mengantarkan baby Naya, sekalian katanya beliau ingin bertemu dengan tuan." beritahu bi Rati.
"Baik Bi, saya akan segera ke bawah." kata Ansenio, dan bibi pun mengangguk lalu kembali ke bawah untuk menyampaikan pada kedua orang tua dari mendiang Ananda jika sebentar lagi majikannya itu akan segera turun.
"Di bawah ada Oma dan Opanya Naya, saya mau ke bawah sebentar untuk menemui mereka." tutur Ansenio, seolah menjawab pertanyaan dari raut wajah Anis.
"Maksudnya mertua anda??.". Tanya Anis memastikan.
"Oma dan Opanya Naya, karena sekarang mertua saya adalah kedua orang tua kamu." koreksi Ansenio.
Anis diam saja, ia bingung harus bersikap seperti apa untuk merespon kalimat Ansenio.
"Saya akan meminta bi Rati untuk mengantarkan makan malam untukmu." tutur Ansenio sebelum meninggalkan kamar.
Sejujurnya, Anis cukup bingung dengan sikap Ansenio saat ini, baru saja ia dikejutkan dengan kenyataan jika yang merawatnya tadi ternyata adalah Ansenio, kini pria itu kembali melontarkan pernyataan yang cukup membuat Anis kembali terkejut.
"Apa sekarang justru tuan Ansenio yang demam?? Sikapnya sangat aneh sekali." guma m Anis setelah kepergian Ansenio.
Untuk mendukung karya recehku jangan lupa like, koment, vote, give and subscribe ya sayang sayangku......!!! Agar aku makin semangat dalam berkarya 😘😘😘😘 dan jangan lupa untuk memberikan ulasan.....!!! 🥰🥰🥰