Setelah terbangun dari mimpi buruk di mana ia dibunuh oleh pria yang diam-diam ia kagumi, Ellison, Queen merasa dunianya berubah selamanya.
Sejak hari itu, Queen memutuskan untuk tidak lagi terlibat dalam kehidupan Ellison. Dia berhenti mengejar cintanya, bahkan saat Ellison dikelilingi oleh gadis-gadis lain. Setiap kali bertemu Queen akan menghindar- rasa takutnya pada Ellison yang dingin dan kejam masih segar dalam ingatan.
Namun, segalanya berubah saat ketika keluarganya memaksa mereka. Kini, Queen harus menghadapi ketakutannya, hidup dalam bayang-bayang pria yang pernah menghancurkannya dalam mimpinya.
Bisakah Queen menemukan keberanian untuk melawan takdirnya? Mampukah dia membatalkan pertunangan ini atau takdir memiliki rencana lain untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Gio merasakan kekalahan game untuk kesekian kalinya, jari-jarinya yang gemetar membiarkan ponsel jatuh dengan suara denting ke bantalan sofa.
Di sebelahnya, Sean melirik dengan rasa kesal yang terpendam. "Lo, kenapa sih harus ngumpat mulu ke hal gitu?" katanya.
"Gue kesel Yan!"
"Gimana makan malam kalian semalam? Lancar?"
Tidak segera menjawab, Gio membuka matanya perlahan dan memandang Sean dengan pandangan yang lelah. "Lancar," jawabnya dengan senyum pahit yang sesaat menerawang di wajahnya.
Gio menyembunyikan perasaan kesalnya, teringat tentang pertemuan yang dijodohkan semalam—senyum Geo menyela kesunyiannya.
"Kemarin dia itu dijodohin sama anak teman mama," selidik Geo sembari mengejek.
"Geo, jangan mulai deh," balas Gio, suara kesalnya tak tertahankan lagi.
Geo hanya mengangkat kedua tangannya dalam isyarat menyerah, "Gue diam."
Deon, yang memperhatikan interaksi itu, turut menambahkan, "Berarti lo nggak jomblo lagi dong, Gio?" Tanpa menatap Deon, Gio hanya memutar bola mata malas.
"Gue nggak suka sama dia, manjanya kebangetan, cantik sih, tapi nggak deh," jawab Gio santai, mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Bagaimana dengan lo?"
"Apanya?"
"Masalah lo sama adek tiri gua? udah nyatain cinta enggak? " goda Gio.
Deon hanya menggeleng ringan sambil tersenyum tipis membuat Sean melempar bantal ke wajah Deon.
"Di ambil orang tahu rasa lo, " cibir Sean.
"Enggak akan, gua lagi cari waktu yang pas aja kok," ujarnya.
Ellison melangkah masuk lewat pintu dengan wajah yang tanpa ekspresi, seolah membawa aura mencekam ke dalam ruangan.
Sebelum sempat suasana mencair, Gio menyapa dengan suara ceria yang kontras dengan situasi, "Eh, boss lo udah kembali? Bagaimana keadaan bu boss?"
Tanpa menanggapi atau mengubah ekspresi wajahnya yang beku, Ellison memandang semua sahabatnya dengan tatapan tajam dan dingin.
Mereka membalas pandangan itu, dan ketika melihat keadaan Ellison yang kusut dan berantakan, seakan keberanian mereka tersedot, tubuh mereka kaku sejenak.
"Kalian Ikut gue," ucap Ellison dengan suara datar.
Para sahabatnya saling bertukar pandang gelisah, merasakan betapa buruknya mood Ellison kali ini. Mereka dengan ragu mengikuti langkahnya menuju ruang boxing.
Di dalam ruangan, Ellison dengan gerakan kasar melepas kaosnya dan berkata dingin, "Pukul gue." Mereka semua terdiam, mencoba memproses keinginan Ellison.
Sean akhirnya berseru, "Lo gila?"
Dengan suara yang meninggi karena frustasi, Ellison membalas, "Ya, gue gila sekarang, gara-gara gue dia sakit!" Dia menantang, "Sekarang, pukul gue."
Dion menggelengkan kepalanya, raut wajahnya penuh dengan kecemasan, "Bukan gini caranya, Lison."
Buk
Tanpa peringatan, Sean mendadak merasakan hantaman kasar menghantam telinganya; suara tajam dari samping yang menggema.
Gio baru saja mendaratkan pukulan yang tak terduga, membuat Ellison terhuyung ke belakang, kehilangan keseimbangan.
"Gio!" teriak Geo dengan serak, menyuarakan protes dan rasa khawatir.
"Tenang, gue cuma jalanin perintah si boss," jawab Gio dengan nada datar, seolah tidak terganggu. Lagipula kapan lagi bisa memukul big boss mereka.
Sementara itu, Ellison memberi senyum getir.
"Bagus," sahutnya, suaranya serak. "Lagi, coba lagi!"
Namun Gio tak bergerak lagi; keberaniannya yang sebelumnya menggebu kini meredup. Dia hanya mampu menatap Ellison dengan rasa kasihan yang mendalam.
Ellison mengamati keempat rekannya dengan mata yang menuntut, kemarahan menyala di dalamnya.
"Lagi, sialan!" teriaknya, dorongan emosi semakin memuncak.
Tiba-tiba, Geo, kembaran Gio, melancarkan pukulan baru ke wajah Ellison. Darah segar mulai mengalir dari hidungnya, menetes ke tanah.
Serangkaian pukulan berikutnya dilayangkan oleh teman-temannya, walaupun di dalam hati mereka merasa bersalah dan pilu.
Dengan senyuman miring, Ellison berkata lirih, "Bagus."
Kini, seluruh tubuhnya mati rasa—kaki, punggung, tangan, dan kepala—semua terasa sakit. Ia terkapar, memeluk dirinya sendiri di lantai, berjuang menahan sakit yang melanda.
"Udah cukup," ucap Sean dengan nada putus asa, melihat kondisi Ellison yang babak belur.
Dia perlahan mendekat, menopang tubuh Ellison yang terhuyung, dibantu oleh sahabat lainnya.
Langkah kaki Dion segera memburu ke luar, mengambil kotak P3K di mobilnya, lalu dia menyodorkannya kepada Geo yang telah duduk menyampingkan Ellison.
Geo dengan cekatan membersihkan luka dan membubuhi obat pada lebam yang memar merata di wajah tampan dan tubuh Ellison.
Ellison tersenyum pahit, "Gue pantas mendapatkannya," bisiknya seraya matanya menahan sakit.
***
Dengan langkah ringan dan gembira, Queen melangkah keluar dari mall, tas belanjaan bergoyang-goyang di tangannya. Senyum cerah menghiasi wajahnya, seolah tidak ada yang bisa menghapus kebahagiaannya hari itu.
Dua bodyguard setia berjalan di belakangnya, siap melindungi dari segala bahaya yang mungkin mengintai.
Namun, suasana ceria itu seketika berubah ketika Queen menatap ke depan dan melihat sosok yang sangat dia takuti, Ellison, berdiri dingin di depan mobilnya.
Rasa takut yang mendalam segera melandanya, membuat langkahnya yang semula bersemangat terhenti tiba-tiba.
Tanpa pikir panjang, dia meletakkan tas belanjaannya di tanah dan mulai berlari secepat mungkin, berusaha menghindari Ellison yang kini sudah menyadari kehadirannya.
Ellison, yang melihat Queen berlari, tersenyum sinis dan mulai mengejar. "Ternyata mau main kucing-kucingan, hm?" bisik Ellison dengan nada mengejek saat dia berhasil merengkuh pinggang Queen yang mencoba meloloskan diri.
Wajah Queen pucat pasi, terengah-engah mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Ellison yang kuat, namun upayanya sia-sia.
Ellison memegangnya lebih erat, menatapnya dengan tatapan yang menakutkan, seakan-akan dia adalah pemangsa dan Queen adalah mangsanya yang terjebak.
Sontak wajah Ellison berubah sedih saat melihat wajah cantik gadisnya terdapat banyak luka, karena kejadian kemarin.
Melihat Ellison lengah, Queen mengigit bahu pemuda itu dan kembali melangkah seribu. Namun lagi-lagi, Queen berhasil di tangkap oleh Ellison, kini Gadis itu sudah di gendong ke mobil oleh Ellison.
"Gue anter pulang, " kata Ellison lembut.
Queen memberontak menggoyangkan kakinya ke udara, "enggak mau, aku mau pulang sama mereka aja,"
Ellison meletakkan Queen di bangku penumpang, lalu memakaikan gadis itu seatbelt. "Yang patuh! " bisik Ellison sebelum mengitari mobil menuju ke bangku mengemudi.
Queen berniat ingin kabur lagi, dia keluar namun pintunya terkunci.
"Kak, bukain. Aku mau pulang sama mereka saja," tanpa sadar Queen bersuara rengekan.
Ellison hanya mengedikkan bahunya menancap pedal gas keluar dari area mall.
"Kak! "
Namun Ellison tidak peduli sama sekali, bahkan dia diam-diam tersenyum miring.
Queen menyerah, dia bersandar di pintu mobil sambil bergumam tidak jelas. Tangannya dia sembunyikan di balik kaosnya karena tidak ingin Ellison melihat tangannya bergetar.
Ellison mengeluarkan tangan Queen dari kaos, lalu di genggam dengan erat membuat gadis itu tersentak merasakan tangan hangat pemuda itu. Seolah tersadar, Queen melepaskan tautan itu, namun bukan Ellison namanya jika langsung melepaskannya.
Queen melirik Ellison yang tiba-tiba perhatian kepadanya. Apa yang terjadi? Bukannya kak ell-nya marah kepadanya?
"Jangan takut, Gue enggak akan bunuh lo! "
seru cerita nya🙏
GK jd mewek UIN🤭
ko ada aja yg GK suka