NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Berandalan

Menikah Dengan Berandalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / One Night Stand / Playboy / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:21.3k
Nilai: 5
Nama Author: macarhd

Hidup Naura sudah berantakan, semakin berantakan lagi ketika ia diperkosa dan diharuskan menikah dengan brandalan bernama Regan Januar. Kejadian mengerikan itu terpaksa membuat Naura mengundurkan diri dari pekerjaannya, berhenti kuliah, dan berbohong kepada ibu dan sahabatnya. Tidak ada ekspektasi berlebih dengan pernikahan yang didasari dengan alasan menyedihkan seperti itu. Namun, apakah pernikahan mereka akan berjalan baik-baik saja? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon macarhd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan Naura

Naura tidak tahu harus seperti apa sekarang. Entah harus bahagia, atau malah sebaliknya. Di mana ia baru saja kembali menerima kenyataan- ah tidak, bukan menerima kenyataan, melainkan dihadapkan dengan suatu pilihan yang amat sulit menurutnya. Sangat sulit, sampai Naura sendiri bingung harus memilih yang mana.

Setelah Regan mengatakan bahwa dia akan bertanggungjawab dan menikahinya, Tessa langsung bertanya apakah ia siap atau tidak. Yang mana hal itu membuat Naura juga bertanya kepada dirinya sendiri, apakah ia siap? Apakah ia mau menikah dengan laki-laki yang bahkan sudah merusak dan menghancurkan hidupnya?

Satu sisi, Naura tidak ingin hidup dengan laki-laki seperti itu, tapi di sisi lain ia juga bingung harus bagaiamana sedangkan sekarang ia sudah mengandung anaknya. Bukankah itu pilihan yang sangat sulit?

Belum lagi, memikirkan bagaimana kelanjutan hidupnya setelah menikah nanti. Bagaimana dengan kuliahnya? Bagaimana cara memberitahu keluarga dan para sahabatnya? Bagaimana caranya Naura menguatkan diri untuk melawan rasa takut ketika hidup di dalam satu

rumah yang sama dengan laki-laki itu?

Naura benar-benar bingung sekarang.

Seolah mengerti dengan apa yang ia pikirkan, Tessa menyuruh Regan agar kembali keluar dari ruangan itu, yang mana hal itu langsung disetujui oleh Regan. Setelah kepergiannya, Tessa kembali duduk di samping Naura dan menyentuh kedua bahunya.

"Naura?" Tessa mengeluarkan suaranya. Suara lembut yang juga dibarengi dengan sentuhan lembut juga di bahu Naura. Ia berusaha menguatkan perempuan itu, perempuan yang sudah dihancurkan hidupnya oleh anaknya sendiri.

"I-iya?" balas Naura. Bahkan sudah hampir satu jam ia duduk di tempat ini saja pun, kegugupan itu belum juga hilang. Malah, Naura merasa kegugupannya semakin bertambah.

Melihat Naura yang menunduk seperti itu, tentu membuat hati Tessa sakit bukan main. Seolah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Naura, ikut paham bagaimana sakitnya menjadi gadis itu. Tessa bahkan tidak bisa membayangkan jika saja ia berada dalam posisi yang sama, belum tentu bisa sekuat Naura. Selain itu, ia juga sangat merasa bersalah atas apa yang telah dilakukan oleh anaknya. Merasa gagal menjadi orang tua, gagal mendidik Regan sampai harus tumbuh menjadi laki-laki seperti itu.

"Naura, saya minta maaf. Saya tahu, terlepas dari permintaan maaf saya sekeluarga, kejadian itu sudah terjadi dan kamu tetap akan menerima sakitnya. Saya minta maaf atas apa yang telah Regan lakukan ke kamu, saya benar-benar minta maaf." Tessa menatp Naura dengan tatapan yang terlihat sangat merasa bersalah, meski Naura tetap menunduk dan tidak membalas tatapannya.

"Terlepas dari apa pun alasan Regan melakukannya, dia tetap harus bertanggungjawab. Bukan hanya bertanggungjawab untuk anak yang ada dalam kandungan kamu saja, tapi dia juga harus bertanggungjawab atas kehidupan kamu, semuanya yang ada dalam hidup kamu." Tessa memberi jeda sejenak, sebelum akhirnya kembali bersuara. "Naura, sekali lagi saya bertanya kepada kamu. Bukan maksud saya meragukan, saya hanya ingin memastikan karena saya sendiri tahu dan sadar, memilih hidup dengan laki-laki yang sudah membuat hidup kita hancur itu bukan perkara yang mudah. Itu pilihan yang sangat sulit. Jadi, apakah kamu mau menikah dengan Regan?"

Sampai detik ini Naura juga bingung harus bagaimana. Beberapa menit isi kepala dan hatinya seolah berperang, memikirkan apakah ia harus mau atau tidak. Memikirkan konseskuensi dan segala kemungkinan yang akan ia dapat kalau saja menikah dengan laki-laki itu.

Namun, kalau ia menolaknya, lalu untuk apa ia datang ke tempat ini? Untuk apa ia bertemu dan merepotkan Bagas? Untuk apa ia melawan dan menekan rasa takutnya untuk berhadapan dengan Regan kalau pada akhirnya menolak dan memilih melanjutkan hidupnya sendirian?

Bukankah semuanya akan percuma?

Setelah memikirkannya dengan baik, akhirnya Naura telah menentukan keputusannya. Keputusan yang semoga saja tidak salah dan akan setidaknya membuat hidupnya jauh lebih baik.

"Naura siap menikah dengan Regan, Tante," ucap Naura dengan nada pelan.

Mendengar apa yang diucapkan oleh Naura barusan, Tessa menarik sudut bibirnya kemudian memeluk Naura dengan pelukan yang sangat erat. Seolah merasa senang dengan keputusan yang telah diambil oleh Naura.

Sedangkan Naura yang dipeluk secara tiba-tiba seperti itu, lagi dan lagi kebingungan di tempatnya. Bingung harus membalasnya atau diam saja.

***

Setelah berbincang cukup lama dengan Tessa -membicarakan hal-hal lain selain masalahnya dengan Regan-seperti wanita itu yang bertanya mengenai keluarganya, kehidupannya, juga persoalan kuliahnya, kini Naura dibawa ke ruangan yang ia yakini merupakan ruangan yang menjadi tempat makan. Ada meja makan besar yang sudah ada Regan, Bagas, dan laki-laki yang kalau tidak salah dia adalah papa dari Regan. Naura sedikit gugup untuk ikut bergabung di sana.

Tessa menanyakan keberadaan keluarganya, yang mana Naura sedikit merasa bingung harus jujur atau tidak. Namun pada akhirnya ia memilih untuk berkata jujur. Menceritakan ibunya yang ada di kampung juga kehidupannya yang jauh dari kata sempurna. Awalnya Naura pikir Tessa akan terkejut dan merendahkan

kehidupannya, namun ternyata salah. Wanita yang kemungkinan akan segera menjadi mama mertuanya itu memiliki sifat yang baik, dia bahkan mengatakan ingin segera bertemu dengan ibunya.

Selain keluarganya, Naura juga menceritakan kesehariannya. Ia yang memiliki sahabat bernama Melody, ia yang harus bekerja paruh waktu untuk mendapat penghasilan, dan ia yang sering telat kuliah karena bangun kesiangan. Semuanya diceritakan. Bahkan, Naura sendiri tidak mengerti kenapa ia bisa secepat itu percaya kepada Tessa, kepada mamanya Regan.

"Naura, kita makan siang dulu, ya?" Tessa berkata seraya mempersilakan Naura untuk ikut mendudukkan tubuhnya di sana.

Demi apa pun, seumur hidupnya Naura tidak pernah menyangka kalau ia akan duduk di meja makan semewah ini, dengan berbagai macam makanan yang tak kalah mewah juga. Ini seperti mimpi-ah, tidak, bahkan Naura tidak pernah memimpikannya.

Dengan perasaan campur aduk, Naura mendudukkan tubuhnya, tepat di samping Tessa dan berhadapan langsung dengan Regan yang duduk di seberangnya.

***

Setelah makan siang, Naura diantarkan ke sebuah ruangan-sebuah kamar yang sangat luas -oleh seorang pelayan perempuan. Entah untuk apa, yang pasti Tessa mengatakan bahwa Naura harus mengistirahatkan tubuhnya di tempat ini. Padahal sebelumnya Naura mengira kalau setelah makan siang, ia sudah dipersilakan untuk pulang. Ternyata tidak.

Entah apa yang mereka bicarakan yang pasti, selain menyuruhnya untuk istirahat, Tessa juga mengatakan kalau dia akan berbicara dengan Regan, dengan Bagas, dan dengan suaminya atau papanya Regan. Naura sedikit penasaran, kira-kira apa yang menjadi pembahasan mereka sehingga ia tidak diperbolehkan untuk ikut di sana.

Atau mungkin membicarakan pernikahannya?

Atau ... ada yang lain?

Naura hanya bisa menebak-nebak di tempatnya.

Hampir satu jam menunggu membuat Naura nyaris menutup mata di tempat yang kelewat nyaman itu. Iya, hampir saja Naura terlelap kalau saja telinganya tidak mendengar suara ketukan pintu di sana. Tanpa menunggu lama lagi, Naura langsung beranjak dan berjalan membuka pintu.

Ternyata ada Bagas di sana.

"Bagas?" ucap Naura.

Bagas yang berdiri di ambang pintu, sedikit menarik sudut bibirnya. Dia tersenyum, entah apa artinya. "Udah siap pulang?"

Ah, akhirnya. Naura merasakan lega saat itu juga. Naura memberi anggukkan sebagai jawaban, membuat Bagas ikut mengangguk kecil juga di sana.

"Ya, udah, sekarang kamu bisa pulang. Tapi bukan sama saya."

Naura yang sudah mulai melangkah keluar, mengerutkan keningnya heran. "Sama siapa?"

"Sama Regan."

Detik itu juga, Naura merasa kalau detak jantungnya seolah menginginkan pemberhentian.

1
who i am ?
one
syisya
waaah ada masalah apa ini yg sudah lama tapi belum kelar
syisya
apa karna urusan cewek ?
syisya
menerkam tanpa aba" ?
beneran gak tuh aku udah lama lho thor menunggu apakah bakal ada adegan 🍍 nanasnya tp sejauh ini belum terlihat tanda" hihihi
Wagini
lanjut
syisya
udah sejauh ini tapi masih jauh aja🤔
syisya
mulai ada titik" nih
Heny Adinda
sweet bgt regann
syisya
lanjutkan
syisya
🤣🤣🤣🤣
who i am ?
lanjut thooor, semangatt💪
syisya
kikikikikik ya iyalah nauraaa masih ditanya lagi, gemes deh
syisya
mampus hhhhh
syisya
waooow crazy up 👏🏻👏🏻👏🏻 makasih kak triple upnya keren bingiiiitz
syisya
thanks thor selalu double up
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
syisya
udah ep 60an tapi belum ada kemajuan masih jalan ditempat masih itu" aja thor kapan dong mereka mulai ada rasa masing" trs kelanjutan hubungannya apa mesra"an gitu misalnya duuuh greget deh jadi gemes sama mereka kutunggu next up nya jangan lama" ya thor hihihihi semangat sehat selalu 💪🏻
syisya
seru jg tuh idenya 😅
Heny Adinda
di tunggu segera sayangnya regan sama naura
syisya
kram kali ya, semoga Naura baik" saja & kandungannya selamat & kuat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!