"Aku tidak mau menikah dengan Rizky!" teriak Lisa. Tapi apa daya takdir seolah-olah mengikat pernikahan itu.Kini ia tengah menangisi dirinya sendiri karena akan menjadi calon pengantin baru setelah malam perpisahan ini.
Siapa sangka bahwa dirinya sudah dijodohkan saat berumur 10 tahun oleh kedua belah pihak. Rizky yang baru saja berumur 18 tahun itulah yang melamar Lisa yang masih kecil dan polos.
Bahkan pertemuan mereka hanya terjadi sekali sewaktu Lisa berumur 10 tahun. Tidak adanya keakraban maupun kemesraan yang terjadi apalagi cinta.
Akankah pernikahan tanpa berlandaskan cinta dapat terus bertahan? Apakah Lisa hanya akan diam dan tidak memberontak mengenai pernikahan ini?
Kepoin cerita serunya yuk! Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lei., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalah Besar
Gadis itu sontak terkejut dari tidurnya dan langsung bangkit melihat suaminya yang tidak sedang bercanda.
Sang suami benar-benar berbaring memeluk guling dan menutup matanya.
“Mas bukannya tidak pernah tidur pakai guling? Apa Mas melampiaskan pelukan ke guling?” pikir Lisa.
Bahkan sang suami juga tidur menghadap ke arah lain yang tidak saling berhadapan ketika tidur.
Lisa benar-benar merasa sakit dan pedih akan perbuatan yang ia lakukan.
“Masa hanya gara-gara pertanyaan itu Mas langsung mulai dingin?”
Tapi apa daya bagi Lisa, ia hanya bisa telentang kembali dan diam saja.
Hanya bisa tertinggal sakit yang mendalam di hatinya dan tak berdaya untuk mengatasinya.
Lisa berharap keesokan harinya hubungan mereka telah kembali seperti biasa dan pelan-pelan memecahkan masalah itu kembali.
Saat Lisa terbangun, angka jarum jam sudah hampir di angka 8.
Ia langsung bangkit dari tempat tidurnya karena takut akan teriakan dari ibu mertua lagi.
Tapi ada satu hal yang aneh di benak Lisa dan ia menoleh kembali ke kasur.
“Mas kemana?”
Semuanya seolah-olah sangat sunyi dan tidak ada lagi keberadaannya di kamar ini.
Pakaian kantor juga sudah tiada dan kamar mandi juga masih sedikit lembab.
“Kenapa Mas engga bangunin? Bukannya Mas selalu memberiku kecupan pagi dan salam untukku sebelum berangkat kerja?”
Lisa menjadi semakin sakit hati dengan semua perasaan yang dimainkan.
Baru saja semuanya berjalan dengan penuh cinta dan romantis.
Lisa berpikir dengan suatu pasangan yang membuat dirinya bahagia, masalah akan terselesaikan sendiri.
Kini ia hanya bisa menahan sakit jika ia benar-benar memiliki simpanan di luar.
“Laki-laki mana ada yang bisa setia. Nafsu akan selalu menyertainya.”
Ia pun kembali bekerja dari pagi sampai sore dengan omelan-omelan luar biasa setiap harinya dari sang mertua.
Suasana hati Lisa sepanjang hari hanya berwajah cemberut dengan tatapan yang dingin dan sadis.
Bahkan pelayan-pelayan yang selalu memandang Lisa pun menjadi takut dengan tatapannya hari ini yang bagai mau menerkam orang.
Dirinya memang sedang tidak bisa di ajak berbincang baik-baik hari ini.
“Hei, Lisa!” teriak ibu mertua.
Lisa pun seperti biasa hanya menoleh melihatnya dan menatapnya dengan datar kali ini.
“Apa?”
Nada itu semakin membuat sang ibu mertua kesal.
“Jawabmu tidak sopan!”
Lisa hari ini sedang tidak bisa diajak bercanda dan malas mengikuti alur drama yang hari-hari terus berlalu seperti ini.
Gadis itu kembali bekerja kembali dan cuek dengan ibu mertua yang tengah mengomel tidak jelas dari tadi.
“Sini kamu! Hei! Saya lagi panggil kamu, Lisa!”
Tapi ibu mertua hanya seperti tong kosong yang berbunyi terus menerus tanpa dihiraukan.
Ibu mertua pun berjalan dengan cepat menghampiri gadis itu yang tengah berjalan.
Tangan Lisa pun berhasil digenggam dan entah masalah apa yang akan ia buat kali ini.
Setiap panggilan darinya hanyalah membuat masalah terus menerus untuk membuat Lisa menderita.
Lisa pun melirik sinis wajah ibu mertua yang tengah senyum tidak jelas karena berhasil memegang tangannya untuk membuat masalah.
“Ck.”
Hempasan yang begitu kuat hingga membuat ibu mertua yang sudah berusia 50 tahunan pun kehilangan keseimbangan.
“Buk!”
Suaranya dudukan terdengar begitu keras sampai membuat Lisa menoleh ke arah belakang.
Ternyata ia telah mengeluarkan terlalu banyak tenaga sampai membuat ibu mertuanya jatuh di lantai.
Semua orang pun panik dan membantu ibu mertua Lisa untuk bangkit berdiri.
“Pak! Nyonya jatuh!” ucap salah seorang pelayan untuk membawa ayah mertua Lisa kemari.
Sayangnya bantuan para pelayan tidak sanggup membangkitkan nyonya mereka karena ia terasa sedikit sakit di bagian bokong.
Lisa pun hanya dapat berdiri mematung dengan masalah yang telah ia perbuat sekarang.
“Aduh, bagaimana ini?” ucap batin Lisa.
Gadis itu pun juga hendak menolongnya bangkit kembali.
Tapi sayangnya ibu mertua menolaknya dan tidak sengaja mencakar tangan Lisa dengan kuku panjangnya.
Tangan Lisa pun berdarah hebat akibat goresan yang begitu dalam.
Tapi ia tetap menahan luka itu dan berharap ibu mertua baik-baik saja.
Tak lama kemudian ayah mertua pun hadir dan segera menggendong istrinya untuk pergi ke rumah sakit terdekat agar diperiksa.
“Semoga ibu mertua baik-baik saja.”
Selama ibu mertua dan ayah mertua pergi keluar, para pelayan pun mulai bertatapan tidak sedap dengan Lisa.
Salah seorang pelayan pun menghampirinya dan mendorong bahunya sampai gadis itu mundur beberapa langkah.
“Kamu yang menyakiti Nyonya sampai terjatuh! Kamu keterlaluan!”
Para pelayan pun bersekongkol mengejek Lisa begitu lama sampai tiba-tiba ayah mertua sudah kembali ke rumah.
Mereka pun menyambut bosnya dengan ramah sedangkan ayah mertua jalan begitu cepat ke arah Lisa yang tengah berdiri dengan wajah termenung.
“Plak!”
Satu tamparan melayang di pipi kanan Lisa dengan begitu cepat.
Kini ayah mertua sama sekali sudah tidak memberinya ampun dengan masalah ini.
“Sempat terjadi apa-apa dengan istriku, kamu akan tewas!”
Kemudian semuanya berjalan seperti biasa lagi dan masalah untuk sekarang tidak diperbesar lagi.
Hanya tersisa bekas tamparan memar yang sakit dan pedih.
Lisa pun menghembuskan napas panjang untuk hari yang melelahkan ini.
Ia masih lah gadis kecil yang belum siap dengan dunia pernikahan.
Mungkin orang luar memandang hal ini sudah biasa terjadi dan tidak begitu menyakitkan lagi.
Tapi bagi gadis itu yang masa mudanya dihabiskan di sini terasa begitu pahit dan menyakitkan.
“Hiks ... hiks ... .”
Akhirnya Lisa hanya bisa menangis secara tersembunyi karena tidak tahan lagi dengan ini semua.
“Kapan ini akan berakhir? Aku tidak sanggup ... Mas kapan pulang?”
Arah jarum sudah menuju angka 6 dan harusnya sebentar lagi sang suami akan pulang.
Gadis itu berharap sang suami segera pulang untuk berlari ke dalam pelukannya yang hangat itu.
Dari pada menunggu waktu yang terasa begitu lama bagi Lisa, ia pun pergi ke kamar mandi untuk mengompres air dingin dari kamar mandinya agar tidak terasa begitu sakit.
Ia tidak berani untuk mengambil es batu yang ada di kulkas dan hanya menggunakan air dingin kamar mandi saja.
Tak lama kemudian, angka jarum jam sudah menuju angka 7 lewat dan masih belum ada kehadirannya.
“Loh? Mas jam segini kok belum pulang?”
Tapi gadis itu masih berusaha untuk berpikir positif dengan keterlambatannya hari ini.
Ia juga bertekad untuk meminta maaf setelah ini dengan penuh tanggung jawab.
“Mungkin ada macet atau kerjanya lembur kali ya?”
Suara pintu luar pun terdengar dan Lisa langsung bergegas pergi ke lantai pertama untuk menjumpai suaminya tapi ternyata seorang pelayan yang masuk.
“Apakah Nona mencari Tuan? Tuan sedang pergi luar kota.”
1 /Coffee/ kopi + 2 /Rose//Rose/ bunga sebagai semangat..