NovelToon NovelToon
TUMBAL RUMAH SAKIT

TUMBAL RUMAH SAKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Tumbal
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Pita Selina

Sebuah pembangun rumah sakit besar dibangun depan rumah Gea, Via dan Radit. Tiga orang sahabat yang kini baru saja menyelesaikan sekolah Menengah Kejuruan. Dalam upaya mencari pekerjaan, tak disangka akhirnya mereka bekerja di rumah sakit itu.

Sayangnya, banyak hal yang mengganjal di dalamnya yang membuat Gea, Via dan Radit sangat penasaran.

Apakah yang terjadi? Rahasia apa yang sebenarnya disembunyikan para author? Penuh ketegangan. Ikuti misteri yang ada di dalam cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pita Selina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Korban

"Jadi ... kami harus bagaimana? Hal apa yang akan membuatnya tak mengganggu kami lagi?" tanyaku.

"Harusnya kau menyadarinya lebih awal bahwa Ia sudah mengganggumu. Energinya semakin besar, karena apa yang menjadi tujuannya sudah semakin dekat dengannya ... yaitu kalian."

"Masih belum terlambat, kan? Kumohon ... bantulah Kek." Jantungku semakin berdegup kencang.

Kakek Wono terlihat bingung. Tatapannya menatap ke arah belakangku. Saat itu aku ikut menoleh. Semuanya terlihat sepi dan baik-baik saja. Kulihat hanya ada pepohonan di samping rumahnya.

"Dia menunggu kalian." Kakek Wono menatap tajam. "Dendamnya masih sangat besar."

"Memangnya apa yang telah terjadi? Mengapa Ia begitu dendam?" tanya Radit.

"Sudah. Hilangkan pemikiran tentang itu, tidak usah bertanya-tanya, tak usah ingin mengetahuinya. Ia kembali datang lagi karena kalian yang mengundangnya ... tidak perlu menebak-nebak lagi. Kalau ini berhasil, lupakan kejadian ini. Kalau tidak ... kuatkan saja diri kalian menghadapi semua ini. Kalian harus menanggung akibatnya akibat kecerobohan itu." Kakek Wono terlihat marah.

Kukerutkan keningku. "Kecerobohan? Bukankah kami sama sekali tak mengetahui apa pun yang terjadi? Hal wajar bukan ... kalau kami tahu pun, kami tak akan pernah melakukan ini. Bahkan semua ini kami tak mengetahui asal-usulnya dari mana."

Kakek Wono menatap ke arahku. Tatapannya beralih ke arah Ibu. "Kau tak memberitahu mereka, Sekar?" tanyanya. "Kau masih tidak mempercayainya? Bukankah kau melihat sendiri dampaknya seperti apa ... bahkan kau saja pernah menjadi incarannya."

Ibu langsung menyergahnya. Tatapannya menatap ke arahku, Via dan Radit. "Oh ... tidak. Aku hanya ingin membuktikan bahwa semuanya tidak nyata. "

"Bahkan kau telah mengundang malapetaka atas dirimu sendiri ...." Kakek Wono terlihat emosi.

Kutatap wajah Ibu seraya kebingungan. "Memangnya ada apa? Apa Ibu juga pernah diterror?" tanyaku.

Tetapi Ibu hanya terdiam. Sesekali Ia menyergahnya.

"Tidak ... tidak usah kalian pikirkan. Semua itu cuma kesalahpahaman. Sekarang fokuslah pada hal-hal yang perlu kalian capai," ucap Ibu.

"Kuberikan satu jimat untuk kalian. Tetapi, kalau suatu saat kalian ceroboh lagi. Terimalah akibatnya." Kakek Wono mengeluarkan tiga keris kecil. "Jangan pernah kalian melepaskannya. Hal ini akan berdampak besar, bahkan kakek sendiri tidak percaya dapat menyergahnya. Berhati-hatilah."

"Bagaimana kalau tertinggal?" tanya Radit.

Tetapi Kakek Wono tak menjawabnya.

"Kau jadikan kalung saja. Pertanyaanmu bodoh, sudah jelas jangan tertinggal," ketus Via.

"Ya ... hal itu bisa terjadi. Bagaimana kalau lupa?"

"Ya kau kurangi cerobohmu itu, sudah kuberitahu jadikanlah kalung. Kau tinggal menambahkan tali." Via menyergahnya kembali.

"Pulanglah ... simpan keris kecil itu baik-baik." Kakek Wono kembali masuk ke dalam rumah.

****

"Jangan pernah bertanya-tanya lagi kepada Ibu mengenai hal itu ya, Nak... lupakanlah, jalanilah lembaran baru untuk hidup kalian. Terlalu berbahaya," ucap Ibu.

Kami bertiga berjalan kembali menuju rumah.

Dari kejauhan di ujung gapura, terlihat orang-orang sedang berkumpul.

"Ada apa?" tanyaku.

"Tidak tahu ... sepertinya ada sesuatu hal yang telah terjadi," timpal Radit.

Berbondong-bondong orang berlarian dari belakang.

"Ada apa?" tanya Ibuku.

"Gedung di sebrang jalan telah ambruk, lihatlah beberapa tukang telah tertimpa," ucap tetanggaku dengan raut wajah panik.

"Hah? Gedung yang baru dibangun itu?" tanyaku seraya terkejut.

"Ayo kita melihatnya!" seru Radit.

Kami langsung menuju kumpulan orang-orang itu. Rasa penasaran semakin menggebu-gebu. Seperti biasa, kami bertiga menyempil ke jalan yang kosong menyela orang-orang meski sempit.

Hingga kejadian itu terpampang jelas secara nyata di depan mata. Ambrukan gedung telah berserakan.

"Polisi belum datang?"

Kudengar percakapan warga di sebelahku.

"Sedang dalam perjalanan bersama ambulans."

"Kasihan ... pasti memerlukan modal yang besar lagi, kudengar dahulu pembangunannya dihentikan karena dananya kurang, sekarang Ia ditimpa musibah lagi," ucap warga.

"Apa ada korban?"

"Ya ... sejauh ini baru kulihat satu tukang yang selamat dari puluhan tukang," ucapnya lagi. "Satu tukang yang selamat sedang ditenangkan ... Ia tampak ketakutan dan trauma."

Lagi-lagi tempat itu ramai lagi. Sering sekali terjadi huru-hara di sini.

"Ada-ada saja ya ... jalan ini selalu begitu, banyak orang-orang yang terkena musibah dan meninggal di tempat," ucapku. "Kasihan ... mereka datang berniat mencari nafkah, pulang sudah tidak selamat."

"Apa ini sebuah kutukan?" ceplos Radit. "Jalan ini lagi, jalan ini lagi ...."

"Kurasa ... tidak juga. Kalau kutukan, harusnya dari dahulu sudah memakan korban," sahut Via.

Mendengar itu, membuat kami saling bertatapan. Kini kami berada di ya di pemikiran yang sama.

"Hentikan." Radit menyergahnya langsung.

Mengingat bahwa dahulu Mak Piah juga termasuk korban kebakaran daerah sini.

Tak lama polisi datang dengan beberapa ambulans.

"Dimohon untuk semuanya segera bubar agar kami mudah mengevakuasi korban-korban," ucap polisi pada kami yang berdiam di tepi jalan melihat keadaan itu.

"Ayo kita kembali ke rumah saja ... semoga masih banyak yang selamat," ucapku seraya menarik baju Radit dan Via.

****

"Kita membuat mie saja ... aku sudah lapar. Ibuku melarangku untuk memakan mie terlalu sering," ujar Radit.

"Ya ... memang harus seperti itu, kau saja yang bebal. Kau mahu usus buntu bila memakannya terlalu sering?" timpalku.

"Tidak. Tetapi ayolah, ini terakhir kalinya. Aku sudah lama tidak memakan mie."

"Memangnya kapan terakhir kau memakan mie?" tanya Via.

"Hemm ... bulan ini aku memakannya baru ...." Radit mengingat-ingat seraya berpikir. "Baru enam kali."

"Apa kau gila ya? Cacing di perutmu saja sudah muak dengan tingkah lakumu," ujar Via.

"Tetapi minggu ini aku belum memakannya. Kau tega, aku juga ingin merasakan mie rasa ayam bawang itu."

"Ya sudah ...."

Kuambil tiga bungkus mie dalam laci lemari. Menghidupkan kompornya. Lalu memasukan satu telor pada setiap mie nya.

****

"Kau sudah ada persiapan untuk perpisahan lusa besok?" tanya Radit seraya menyeruput mienya.

"Kau kelaparan? Padahal kau memasaknya dua," tanyaku. Aku fokus pada mie-ku yang masih banyak.

"Ya ... rasanya enak sekali kalau dibuatkan orang lain. Jadi bagaimana? Kalian sudah membeli pakaiannya?" tanya Radit.

"Aku tidak membelinya. Lagi-lagi aku akan memakai bekas kakakku saat Ia lulus wisudanya dulu," sahut Via. "Kata Ibuku 'sayang masih bagus' ya ... itu tak sekali dua kali. Bagaimana dengan kalian?"

"Aku akan menyewa," singkat Radit.

"Ibuku telah menjahitkannya," sahutku.

"Wah ... Ibumu sangat niat sekali. Maksudku, beberapa dari orang-orang mungkin akan berpikiran bahwa acaranya hanya satu hari."

"Ya ... Ibuku juga berpikir seperti itu."

"Termasuk aku juga. Ibumu memang yang terbaik, Gea. Tabah sekali ... Ibuku kalau aku belum bangun, Ia akan mencuci piring dengan tenaga dalamnya. Sangat berisik sekali," ucap Radit. "Ck! Ahhh~ akhirnya habis ... apa tidak ada nasi?"

"Pantas saja Ibunya tantrum," bisik Via padaku.

1
Rena Ryuuguu
Sempat lupa waktu sampai lupa mandi, duh padahal butuh banget idung dipapah😂
Hafizahaina
Ngakak sampe perut sakit!
sweet_ice_cream
🌟Saya sering membawa cerita ini ke kantor untuk membacanya saat waktu istirahat. Sangat menghibur.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!