Gadis badas seorang Mahasiswi berprestasi dan pintar berbagai bahasa, harus berakhir koma karena orang yang iri dengki kepadanya.
Jiwanya masuk ke tubuh seorang istri bodoh, seseorang yang selalu mudah ditindas oleh suami dan mertua serta orang lain.
“Ck! Aku nggak suka wanita lemah dan bodoh! Haruskah aku balaskan dendam mu dan juga dendam ku?“ Tanya si mahasiswi pada wajah si pemilik tubuh yang dia masuki melalui cermin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Kelakuan Asli.
Di Apartemen sewaan Yura, beberapa orang menyambut kedatangan perempuan itu yang baru kembali dari pengadilan agama.
Sabrina menjaga si kembar selama beberapa kali proses perceraian berlangsung, karena bagaimana pun si twins adalah keponakan kekasihnya juga. Emran pun turut hadir, dia ikut mengasuh si kembar sebagai Paman mereka.
Sementara Alaric juga ikut menunggu, tadinya dia ingin menjemput Yura toh sekarang Yura sudah resmi menjadi Janda hanya saja Yura melarang.
Ceklek.
Yura membuka pintu apartemen.
“YUHUUUUUU.... Selamat menjadi Janda muda dan imut, Aruna!!!“ Sabrina bersorak yel-yel dengan memegang kue cake seperti cake ulang tahun di kedua tangannya.
Bahkan ruangan sudah di dekorasi dengan balon dan bunting flag dari kertas polos berwarna-warni.
“Ayo tiup lilinnya, untuk keberhasilan mu keluar dari orang-orang toxic itu!“ ucap Sabrina bersemangat.
“Sayang, orang-orang toxic itu adalah keluargaku dan nanti kalau kita menikah mereka juga akan menjadi keluarga mu...“ Emran mencebikkan bibir.
Sabrina memutar bola matanya jengah, “Aku juga tau, tapi aku kan anak horang kaya nggak mungkin disepelekan oleh keluargamu... apalagi Ibumu pengen banget aku jadi mantunya. Jadi, aku nggak bakal jadi mantu yang dirun-dung kayak Aruna. Lagian, aku bukan orang lemah yang bisa seenaknya di tin-das sama Ibu dan adikmu. Kamu juga harus belain aku, kalo kelakuan kamu kayak kak Yoga yang ikut nyiksa istrinya bukannya belain ... ya kita nggak usah nikah sekalian!“
Wajah Emran sontak panik, “Enggak bisa gitu dong! Kita kan udah banyak cita-cita bersama sayang, aku juga udah nyiapin rumah buat kita nikah nanti. Kita nggak bakal tinggal bareng keluarga ku.“
Kedua orang itu malah adu argumen, bahkan Yura sudah melewati tubuh keduanya dan kini duduk di antara si kembar.
“Bunda, kenapa Om galak itu datang terus kesini? Nevan nggak suka!“ bocah itu cemberut melirik tajam pada Alaric.
Beberapa kali mereka bertemu karena Alaric sesekali datang bersama Sabrina ke apartemen Yura, namun Nevan masih menunjukkan wajah tidak bersahabat pada Alaric sebab awal pertemuan mereka yang memang berkesan buruk di ingatan Nevan yang pintar.
Alaric meringis mendengar nada tajam dari mulut Nevan setiap kali dia datang, ingin meraih hati anak itu namun apalah daya dia belum berpengalaman dengan anak kecil.
“Bunda kan pernah bilang, saat Bunda dalam masalah... Om Al bantu Bunda. Kalau Nevan sayang Bunda, harusnya Nevan nggak bersikap gini sama Om.“ Bujuk Yura, namun Nevan tetap seperti biasa yang akan terus berwajah cemberut jika ada Alaric.
“Potong kue nya, ya! Nessa sejak tadi udah pengen makan cake nya.“ Sabrina yang sudah selesai berdebat cinta dengan Emran menaruh cake di atas meja dan Yura pun mulai memotong nya.
“Suapan pertama buat Nevan dan Nessa,“ Yura menyuapi potongan cake ke mulut Nessa lebih dulu baru pada Nevan.
“Potongan selanjutnya...“ Sudut mata Yura mengarah pada wajah Alaric yang penuh harap, dia pun mengambil potongan kue dan bermaksud menyuapi Pria itu.
Wajah Alaric terlihat senang, tangan Yura sudah terulur padanya dan Alaric sudah membuka mulut.
Namun... Am!
Sabrina menyerobot potongan kue itu tepat sebelum masuk ke dalam mulut Alaric.
“Damn it!“ bentak Alaric kesal.
“Husst! Ada anak kecil! Bicara yang baik-baik, dilarang mengumpat!“ tegur Sabrina dengan wajah meledek ke arah Alaric.
Yura dan Emran geleng-geleng kepala, sekarang sudah terbiasa dengan kejahilan Sabrina yang sering membuat Alaric kesal. Kedua orang yang pernah bertunangan itu bahkan terlihat seperti adik kakak yang selalu saja bertengkar.
Kebahagiaan pun menyelimuti mereka, bahkan sedikit demi sedikit Nevan mulai menerima kehadiran Alaric.
“Om, temenin aku pipis...“ tiba-tiba Nevan menarik-narik tangan besar Alaric.
Wajah Yura pucat, dia mengingat kejahilan Nevan pada Yoga beberapa waktu lalu di rumah sakit saat Nevan mengenci-ngi ayah kandungnya itu.
“Sama Bunda aja sayang, ayok.“ Yura sudah menarik tangan Nevan, namun anak itu menggeleng.
“Nevan maunya sama Om galak, katanya Om mau jadi teman Nevan... masa teman minta tolong nggak bantuin.“ Nevan menatap Alaric dengan wajah polos.
“Nevan benar, Aruna. Aku ingin dekat dengan nya, jadi biar aku bantu dia. Yuk...“ Alaric pun mulai menggandeng tangan Nevan menuju toilet.
Alaric memanggil Yura dengan nama Aruna di depan orang lain, karena permintaan Yura sendiri yang tidak ingin jati dirinya diketahui orang lain.
“Bang Al, hati-hati...“ Yura memperingati.
Alaric yang tidak mengerti kenapa dia harus berhati-hati pada anak kecil hanya mengendikkan bahu.
Sabrina sedang asik main rumah-rumahan bersama Nessa, sedangkan Emran sudah pergi ke perusahaan.
“Aruna, kapan jadinya kamu mulai kerja di perusahaan Alaric?“ tanya Sabrina, karena rencananya demi memperkuat untuk mendapat hak asuh anak, Yura harus mempunyai pekerjaan dan bukan seorang pengangguran. Jika Yura tidak mempunyai pekerjaan, otomatis hak asuh akan sulit didapat.
“Aku bingung sama anak-anak, siapa yang jaga mereka pas aku kerja? Nanti di persidangan malah aku dikatakan nggak becus jaga anak-anak karena sibuk kerja. Serba salah!“ Yura memang sedang pusing memikirkan masalah pemasukan yang yang menjadi salah satu syarat memenuhi hak asuh anak.
Sabrina sebenarnya ikut memikirkan nya juga, “Gimana kalau kita buka butik bersama, join gitu? Lagian... aku juga harus bersiap-siap di usir dan dicoret dari keluarga karena putus dari Alaric. So, aku harus jadi wanita mandiri meskipun nantinya Emran akan memenuhi kebutuhan ku saat kami menikah.“
Yura sumringah, “Aku bisa menawarkan pakaian-pakaian nantinya lewat media maya menggunakan beberapa bahasa yang aku miliki. Jadi pemasaran nya bisa mencakup keluar negeri juga, gimana?“
“Good idea! Selain pakaian, kita bisa menjual berbagai produk Indonesia dan menawarkan pada orang-orang luar negeri. Wah! Aku kok jadi semangat gini!“ jerit Sabrina excited.
“Bundaaaaaaaaaa!!!“ teriakan Nevan dari arah toilet terdengar.
Nah kan! Apa yang terjadi kali ini? Kenapa yang menjerit Nevan bukan Bang Al? Batin Yura.
.
.
Di Bandara Soekarno-Hatta, Vania menyeret kopernya keluar dari bandara.
“Fiuhhh! Uang 500 juta pemberian Mas Yoga abis juga, sogokan agar aku menjauh darinya untuk sementara. Cukup lah ya aku senang-senang, sekarang aku harus bicara dengan Mas Yoga perihal kelakuan asli Aruna yang pastinya akan membuat Mas Yoga ilfil dan kembali padaku. Ah... kapan mereka akan bercerai sih! Lama banget!“
Vania baru saja kembali dari liburan nya di Bali, Yoga memberikan uang dengan syarat Vania harus menjauh sementara Yoga berusaha meraih hati Aruna.
Namun sayangnya, bukannya mendapatkan Aruna kembali tapi perceraian yang terjadi dan Vania belum mengetahui kabar terkini.
Visual Yura.
Visual Pria jodoh antara Aruna atau Yura. Di Next Bab...
Dave.
___
Jangan lupa like, komen, favorit, gift😘
bodoh bangt tuh laki