NovelToon NovelToon
Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

meski pendiam , ternyata Clara mempunyai sejuta rahasia hidup nya, terlebih dia adalah anak dari seorang petinggi di sebuah perusahaan raksasa,

namun kejadian 18 tahun silam membuat nya menjadi seorang anak yang hidup dalam segala kekurangan,

dibalik itu semua ternyata banyak orang yang mencari Clara, namun perubahan identitas yang di lakukannya , menjadikan dia sulit untuk di temukan oleh sekelompok orang yang akan memanfaatkan nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

konflik kedua sahabat

Malam merayap dengan lembut, menutupi kota dengan kabut yang tebal. Clara dan Luna berdiri di tepi danau, cahaya purnama membanjiri wajah mereka. Suara gemericik air menambah intensitas hati yang bergejolak.

“Clara, kamu tak paham siapa Peter sebenarnya!” Luna dengan nada menuduh, lengan disilangkan. “Dia satu pihak dengan orang-orang yang menghancurkan hidup keluargaku!”

Clara menatap Luna, matanya berkilau oleh kepedihan.

“Dia tidak seperti yang kamu pikirkan. Kamu tidak bisa menilai seseorang hanya berdasarkan latar belakangnya,” jawab Clara tegas.

“Kamu serius? Dia anak dari ketua mafia! Mana mungkin dia tidak terlibat?” Luna melangkah maju, mengepalkan tangan.

“Dia berani melawan ayahnya! Dia berjuang untuk rakyat!” Clara menarik napas dalam-dalam, merasakan ketegangan yang menyelimuti mereka.

“Berjuang? Atau hanya berniat mengganti sisi?” Luna menggelengkan kepala, bibirnya menyunggingkan senyum skeptis. “Kamu terlalu terpesona oleh pesona dan kata-katanya. Apa kamu buta?”

“Dia membantu orang-orang di sini. Dia berusaha mencari kebenaran! Apa yang kamu lakukan? Hanya menuduhnya tanpa bukti!” Clara menoleh, menahan emosi yang hampir meluap.

“Cuma karena dia melakukan hal baik di hadapanmu, bukan berarti dia tidak punya agenda tersembunyi!” Luna membalas dengan nada yang menggelegar. “Kita tidak bisa merelakan semua ini! Kamu tidak melihat dampak dari tindakan keluarganya terhadap orang-orang!”

“Saya berusaha terbuka, Luna,” Clara menjawab perlahan, meresapi setiap kata. “Kamu harus melihat lebih dari separuh kebenaran. Dia bukan musuhku.”

“Musuhmu atau bukan, itu tetap fakta. Hatimu membutakanmu. Apa kamu ingin mengabaikan kenyataan hanya karena kamu menyukainya?” Luna menggigit bibir, terlihat bingung.

Clara menunduk, meraba gelang kuda laut itu di lehernya dengan jari.

“Dia tidak tahu siapa aku. Dan aku tidak mau memberitahu siapa aku sekarang. Dia mencari solusinya. Sangat berbeda dengan yang kau pikirkan,” ucap Clara, suaranya pelan namun penuh keyakinan.

“Ini semua tentang pencarianmu. Apa kamu yakin kamu bisa mempercayainya?” Luna mulai melembutkan suaranya, tetapi tetap memegang prinsipnya.

“Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, kan?” Clara menyatakan, menatap langit. “Kalau aku di posisi Peter, aku ingin orang melihat lebih dalam, bukan menghakimi dari sejarah.”

“Sejarah berulang jika kita tidak hati-hati. Dia punya segalanya untuk merusak segalanya!” Luna berbisik, matanya mencerminkan keraguan.

“Bisa saja, tapi apa kamu tidak berpikir seharusnya dia bisa memperbaiki kesalahan?” Clara mencoba menggali rasa pengertian dalam hati sahabatnya.

“Berharap dia bisa memperbaiki? Kamu berisiko terlalu jauh, Clara. Hidup ini bukan dongeng!” Luna menghela napas, seolah semua harapan berbicara melalui kata-katanya.

“Aku tahu hidup tidak selalu indah. Tapi harapan harus ada. Tanpa itu, kita semua hanya menjadi bayangan masa lalu. Kita tidak bisa membiarkan kebencian ini membakar kita,” Clara meletakkan tangan di bahu Luna, menatapnya dengan serius.

Luna merenung, melihat dalam diri Clara yang bergejolak.

“Entahlah. Entah ketika semua ini berakhir, kamu mungkin berpikir aku salah. Atau sebaliknya.”

Clara tersenyum samar, terlihat lelah.

“Yang lebih penting, jika Peter berani mengambil resiko, kita harus memberi dia kesempatan. Penyelesaian bukan berarti menghancurkan, tapi membangun kembali.”

“Aku tidak tahu berapa kali aku harus berkata bahwa ini semua salah,” Luna mendesah, merasa tertekan.

“Keputusanmu, Luna. Tapi saat kamu mengevaluasi hati dan tindakan Peter, ingat satu hal: kita harus memperbaiki kota ini dan menyelamatkan mereka yang menderita,” Clara menegaskan, matanya berbinar dengan semangat.

Luna terdiam, bingung akan langkah selanjutnya. Mereka memandangi danau, siluet yang bergetar menambah kedalaman pembicaraan.

“Ketika orang-orang berjuang, selalu ada harapan. Tapi cegah dirimu untuk terperangkap dalam ketakutan,” suara Clara lembut, membuat suasana tenang sejenak.

“Kita lihat saja nanti. Jika ada sesuatu yang buruk terjadi, aku akan menyalahkan kamu,” Luna bersiap melangkah pergi.

“Bukan hal yang buruk jika kita yakin pada kebaikan,” Clara tersenyum, meski hatinya dipenuhi keraguan.

“Persahabatan bukan berarti tanpa risiko, Clara,” Luna menambahkan dengan penuh ketidakpastian. “Bagaimana jika di akhirnya, kita semua menyesal?”

Clara mengalihkan pandangannya ke permukaan air keruh. Bayangan bulan terpantul, tak sempurna, tetapi tetap indah.

“Itu bagian dari hidup. Kita harus merangkul ketidakpastian dan menghadapinya bersama.”

“Dan jika Peter merupakan bagian dari ketidakpastian itu?” Luna bertanya, menyentuh dilema dalam hatinya.

“Jika dia menjelma sebagai penolong, aku akan menerima apapun yang terjadi,” Clara menjawab mantap.

Luna menggeleng, napasnya terasa berat. “Aku hanya berharap kamu tidak mengabaikan suara hati. Suara yang mungkin tidak kamu sukai,” katanya, semangatnya mulai pudar.

“Suara hati tak selamanya jelas. Tapi aku mesti percaya pada pilihanku sendiri.”

Keduanya terdiam, hanya bisikan angin yang mengisi kekosongan antara mereka. Tiba-tiba, Clara teringat sesuatu.

“Mungkin kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang Sky Corp dan keterlibatan mereka. Ini bisa jadi kunci yang mengubah segalanya.”

“Oh?” Luna menoleh, kembali menatap Clara dengan lebih spesifik. “Sepertinya ini lebih dari sekedar membangun kembali kepercayaan.”

“Ya, kita butuh informasi. Semua potongan teka-teki ini,” Clara bersikeras, “bisa membuktikan bahwa Peter bukanlah orang yang kamu bayangkan.”

“Baiklah. Tapi kita harus melangkah hati-hati. Setiap langkah berpotensi berbahaya,” Luna mengatakan dengan nada serius.

Clara mengangguk. “Risiko selalu ada. Namun, tanpa pergerakan, kita akan tertinggal.”

Malam semakin gelap, dan angin berembus lebih kencang, membuat cabang-cabang pohon menyerupai tangan yang mengulurkan harapan.

“Bisa jadi kita butuh bantuan,” Luna melanjutkan, merapikan rambutnya. “Tapi siapa yang bisa kita percaya?”

“Kita bisa mulai dengan Peter. Kita perlu mendengarkan dari mulutnya sendiri,” Clara menjawab, semangat baru melesat dalam dirinya. “Jika semua ini benar-benar terhubung, maka pada akhirnya dia harusnya tahu.”

“Jika dia mau terbuka,” Luna meyakinkan diri. “Dan jika dia memilih sisi yang benar.”

“Bersama kita menjadikan pilihan itu jelas,” Clara menyatakan, wajahnya dipenuhi determinasi. “Ayo kita cari kebenaran.”

Kembali ke rumah, Clara berusaha menyalakan semangat di dalam dirinya. Dia tidak cuma berjuang untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk Luna, untuk semua orang di kota ini yang pernah didiskriminasi oleh penguasa.

Malam menyudutkan sudut-sudut gelap, tetapi sinar harapan kian bersinar. Clara tahu, saatnya bertindak. Tanpa ragu dan tanpa ketakutan.

Keesokan harinya, Clara dan Luna pergi ke Sky Corp. Dengan setiap langkah, ketegangan di antara mereka menyempit. Luna berjalan lebih cepat, napasnya terasa berat, sementara Clara menyimpan keyakinan yang kian menguat.

“Clara, ingat. Kita harus tetap bersama, dan jangan terpisah,” Luna mengingatkan.

“Tenang saja. Kita akan mencarinya di tempat yang ramai,” Clara menjawab, mencoba memberi ketenangan.

Mereka tiba di gedung Sky Corp, arsitekturnya menjulang tinggi, membuatnya terlihat kurang bersahabat.

“Jadi, apa rencanamu?” Luna bertanya cemas, mengawasi kerumunan yang hilir mudik.

“Pertama, kita harus bertanya-tanya orang-orang di sini. Mungkin ada yang tahu lebih lanjut tentang gelang kuda laut ini,” Clara menjawab dengan penuh semangat.

Sebagai langkah awal, mereka mendekati seorang resepsionis yang terlihat sibuk.

“Permisi… apakah Anda bisa membantu kami?” Clara bertanya dengan lembut.

“Jika ini bukan tentang janji temui, aku tidak bisa membantu,” perempuan itu menjawab, tidak berusaha menyembunyikan ketidakpeduliannya.

“Tapi kami mencari informasi tentang…” Clara ragu sejenak. “Tentang sejarah perusahaan ini dan mungkin kelahiran dari penduduk setempat.”

“Begitu banyak yang hilang—pasti ada cara untuk mencarinya,” Luna menambahkan, berusaha menyisipkan rasa urgensi.

“Ralat. Karena informasi itu acak. Hanya para pengawas yang bisa diakses,” resepsionis itu mencibir, mengecek layar komputernya. “

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!