NovelToon NovelToon
Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Alif R. F.

Dua bersaudara kakak beradik yang sudah lama memainkan MMORPG menggunakan kapsul DDVR (Deep-Dive Virtual Reality) tiba-tiba berpindah dunia disaat mereka sedang menunggu tutupnya server.

Adik perempuan yang bernama Rena sudah bertahun-tahun menggunakan kapsul DDVR yang sekaligus digunakan sebagai penunjang kehidupan karena dirinya yang mengalami koma akibat kecelakaan di masa lalu, akhirnya bisa mengalami dunia nyata meskipun dengan tubuh yang berbeda dan di dunia yang berbeda pula.

Berbeda dengan kakak laki-lakinya, Reno, yang sudah mempersiapkan pernikahannya sementara semua impiannya hampir sudah tercapai semua kini harus dihadapkan dengan situasi yang berbeda, di dunia dan dengan tubuh yang berbeda, sama sekali tidak memiliki jalan untuk kembali.

Apakah Reno akan mengalah dengan adiknya, Rena, dan hidup di dunia baru sebagai seorang Penakluk? atau dia akan tetap berusaha mencari jalan pulang sementara meninggalkan adiknya di dunia yang asing dan kejam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#21 – Kota Kecil Wildermere III

Sesampainya di depan Puri, Ouros pun merasa takjub dengan tinggi benteng kastil yang setinggi rumah lima lantai dan dengan ketebalan benteng sekitar tiga setengah meter. Sementara di hampir setiap sudut benteng terdapat menara pengawas yang tingginya dua lantai rumah lebih tinggi.

Di sekitar Puri juga terdapat parit selebar empat meter berisi air yang terhubung dengan danau di sebelah utara nya. Sedangkan rumah benteng (gatehouse) nya berada di sebelah barat lengkap dengan jembatan angkat untuk menambahkan ekstra pengamanan.

Pada jalan masuk gerbang, terdapat desain gerbang ganda angkat yang terbuat dari baja pipih jeruji, yang mana di tengah di antara gerbang di atas nya terdapat lubang-lubang untuk para prajurit garnisun menembakkan anak panah mereka atau melemparkan batu ke para penyusup yang terjebak di antara dua gerbang baja.

Mereka kini memasuki area puri, melewati rumah gerbang. Yang mana awalnya Ouros mengira bahwa puri yang ia beli hanya memiliki satu lapis ruamh gerbang, dan ternyata di dalamnya terdapat jalan sempit yang dihimpit benteng, sedangkan di ujungnya adalah rumah gerbang lain dengan desain yang sama seperti rumah gerbang lapisan pertama.

Setelah melewati rumah gerbang lapisan kedua yang bahkan sengaja didesain sulit untuk melakukan manuver tikungan dengan alat pendobrak gerbang, kini terlihat dua bangunan di sisi selatan yang keduanya berlantai empat, dan tiga bangunan lagi di sisi utara yang dua diantaranya berlantai lima dan satu lagi hanya satu lantai namun memiliki langit-langit yang tinggi dan sejajar dengan rumah dua lantai.

Tak cukup dua lapis rumah gerbang, untuk memasuki donjon dan area nya, terdapat pula benteng pemisah lain yang juga memiliki rumah gerbang yang sama.

Mereka pun masuk ke area halaman Donjon yang terpisah oleh benteng tinggi, kemudian turun dari kuda mereka masing-masing, mengikatnya di depan bangunan Donjon.

(Meregraf Keep).

"Wow … apakah kita akan tinggal di tempat seperti ini?" Bohumir tampak terpukau melihat desain puri tersebut.

"Memangnya kau sebelum ini tinggal dimana? Bukankah kamu tinggal di sebuah menara sihir di Rodovina?" Ouros menoleh ke belakang, menanggapi Bohumir.

"Benar. Tapi ini berbeda, saya belum pernah tinggal di bangunan untuk bangsawan," balas Bohumir lanjut menoleh ke setiap sisi.

"Hmmm, kalau begitu, masuklah terlebih dulu bersama dengan lima demon knight," perintah Ouros, dan mulai memberikan isyarat kepada lima demon knight nya untuk mengikuti Bohumir. "Periksa bagian dalam Donjon, lalu laporkan kepadaku. Aku dan istriku akan menunggu di luar."

"Baik, tuan." Bohumir membungkuk dengan patuh, kemudian lanjut jalan sambil memberikan isyarat kepada lima demon untuk segera mengikutinya.

"Hm, tampaknya Bohumir sudah terbiasa dengan para demon knight," ucap Auriel mulai melingkarkan lengan nya di lengan Ouros.

Ouros menoleh ke arah Auriel dan mulai menghela nafas panjang. "Aku pun cukup masih agak takjub dengan bagaimana mereka berkomunikasi. Selain itu, berkat Bohumir juga, kita jadi bisa memahami sihir. Namun sayang, sihir dan kemampuan kita hanya sebatas dari apa yang kita punya dari game dan tidak bisa membuat sihir baru meski kita sudah mengerti teori dan caranya."

"Benar sekali … ini benar-benar mengesalkan." Auriel dengan santai pun menempelkan pipinya ke lengan Ouros.

Ouros pun memegang tangan Auriel sambil mencoba melepaskannya. "Ngghhh … sepertinya disini sudah tidak ada siapa-siapa. Jadi, tolong lepaskan."

"Loh, kata kamu aku harus membiasakan diri agar tidak blunder~? Dan saat ini aku sedang membiasakan diri," balas Auriel tersenyum dengan mata terpejam sambil terus menempelkan pipi nya dengan manja.

"Ya, tapi … ini agak … agak aneh saja."

"Aneh apanya? Bukankah pada sejatinya aku juga adik mu? kenapa aneh? Anggap saja ini hal yang biasa kita lakukan dulu waktu keceil, hehe." Auriel membuka matanya dan mulai menatap Ouros dengan ekspresi polos nya sambil terkekeh manja.

"Ya, tapi semakin lama … semakin aneh. Sumpah … ini aneh sekali, Rena."

"Whuups! Kok keluar dari peran? Bagaimana kalau ada orang yang mendengar?"

"Yang aku maksud itu cara bicara kita, bukan perilakunya."

Ini canggung sekali setiap kali aku melihatnya dengan tubuh nya yang seperti itu, sementara pikiranku menganggap dia hanyalah adik ku semata.

Auriel tersenyum menatap Ouros yang tampak mulai tidak nyaman, kemudian dengan sengaja mulai menggerakkan punggungnya untuk menghimpit lebih dalam dada nya ke lengan Ouros.

Dia Rena, dia Rena, dia Rena adikku, dia Rena adikku… dia Renaaa~!

"Oke oke, ini sudah cukup!" Ouros pun memaksa tangan Auriel untuk melepaskannya, kemudian berdiri agak menjauh.

"Loh kenapa? Jangan bilang … jangan bilang kamu benar-benar nafsu dengan adikmu sendiri, hihihi." Auriel meledeknya sambil menutup senyuman nya dengan tangan nya.

Ouros kemudian dengan ekspresi datar nya menoleh ke arah Auriel. "Kamu ya … semakin hari malah semakin melewati batasan. Ini tidak baik, tahu tidak? Haaa … Aku sadar kamu sudah lama sendiri dan tidak pernah punya pacar—"

Auriel tiba-tiba menendang tulang kering Ouros. "Ih, menyebalkan!"

Tendangan Auriel sangat keras sampai-sampai tanah di bawah nya berguncang bersamaan dengan hembusan angin besar dari hasil tendangannya.

"Wow wow wow wow, kan sudah aku bilang untuk mengendalikan kekuatan—"

"Kamu sendiri yang mulai!" Auriel kembali menendang Ouros yang kini mengenai Betisnya. "Nih sekali lagi!" dan kini mengenai pergelangan kaki nya.

"Awwww! Sakit!" teriak Ouros yang baru merasakan sakit setelah tendangan ketiga.

Sementara tanah terus berguncang dengan Ouros yang berusaha menahan Auriel yang sedang merajuk sambil berusaha mendekap tubuh nya, Bohumir yang baru saja keluar dari dalam hanya bisa menatap ke arah keduanya dengan tatapan kosong.

"Aku masih belum mengerti, apa atau siapa itu mereka. dengan kekuatan fisik seperti itu, aku tidak mengerti sama sekali. Selain itu, ada dua dari mereka dan lima lagi dengan wujud yang menyeramkan. Bisa dibilang, aku sungguh beruntung telah menjadi budak mereka. ini jauh lebih baik daripada menjadi Raja di kerajaan manapun yang ada di dunia ini."

****.

Sementara itu di tempat lain, di dalam kastil Ealdklif, Eoron sedang duduk bersantai di atas tahta nya bersama dengan para budak wanita nya yang duduk menghampar di sekeliling singgasana nya, bersantai menikmati segala hal yang sudah ia dapatkan.

Di dalam ruang tahta juga terdapat beberapa bawahannya, terdapat lima belas orang yang merupakan prajurit terhebat nya kini duduk di meja-meja perjamuan.

Siang itu, di dalam ruang tahta yang damai setelah lima bulan menguasai nya, Eoron merasa ada yang kurang pada dirinya, sehingga ia hanya menghabiskan waktunya dengan bersenang-senang dengan para budak wanita nya, sementara ia juga terus mengirimkan surat-surat kepada para bangsawan di Ravenmoor dan juga kepada sang Raja agar mendapatkan legitimasi kepemilikan kekuasaan di Wildermere.

Tatapan nya kini terus terpaku pada pintu istana, menunggu dan berharap sang pembawa pesan segera datang untuk menemui dan mengabarkan berita bagus kepadanya. Eoron yang terkenal beringas, nyatanya adalah sosok yang cukup beradab dan mau melewati segala birokrasi yang diperlukan demi mendapatkan kembali tanah leluhur nya.

Di tengah penungguannya itu, di tengah perasaan kosongnya yang sudah berada diujung tanduk kebosanan, tiba-tiba pintu istana nya terbuka. Yang mana dengan begitu, sontak Eoron pun berdiri, bersiap untuk menyambut sang pembawa pesan.

"Bos! Bos! Tolong selamatkan saya!" teriak seorang pria yang memasuki ruang tahta dengan tangan kanannya yang putus dan berceceran darah.

"Apa yang kau lakukan disini?! Dan ada apa dengan tanganmu?!" tanya Eoron, berdiri dari singgasana nya kemudian menoleh ke sebelah kiri nya, ke arah seorang pelayan. "Hei! Cepat panggil tabib!"

Eoron pun turun dari singgasana nya dan berjalan menuju sang Pria. Ia mendekat dan mulai memegang bahu sang pria. "Hei hei hei duduklah. Sekarang ceritakan kepadaku apa yang terjadi."

Sang pria terduduk di lantai ruang singgasana, dan mulai bercerita sambil memegangi tangannya yang terus mengucurkan darah sementara dirinya sudah sangat pucat mulai menggigil. "Seorang gadis Elf … seorang gadis Elf dari kelompok yang baru saja pindah ke wilayah kita dan membeli puri Meregraf yang ada di pinggir danau. Dia … menyerang kami, padahal kami sedang berjaga-jaga di dekat pasar."

"Kenapa mereka melakukan hal ini? sial! Apakah mereka suruhan dari para bangsawan?" Eoron berdiri tegak, kemudian mulai menoleh ke arah para lima belas prajurit terbaiknya yang berdiri di kedua sisi. "Kalian, pergilah, dan balaskan dendam saudara kita."

"Siap, bos!" ucap mereka serentak dan langsung berjalan keluar istana.

Eoron kemudian kembali berjalan menuju singgasana nya dan duduk, sementara tabib baru saja datang dan mulai mengobati luka sang pria dengan sihir.

Eoron duduk di atas singgasana nya dan mulai menunggu sambil memangku kepala nya dengan tangan nya. Ia bersandar dengan tenang, menunggu waktu untuk lima belas prajurit nya kembali dari tugas yang sudah ia berikan.

"Hei! Apakah saudara-saudara kita yang masih berada di danau dengan kapal-kapal mereka sudah memutuskan untuk bergabung?" tanya Eoron sementara itu, menoleh ke arah sang pelayan dan juga seorang juru bicara dan juga satu-satunya diplomat yang ia miliki, Diko.

"Mereka sudah terbiasa hidup di atas kapal, jadi saya ragu mereka akan mau bergabung dengan kita, bos."

"Ya sudah. Sementara itu, aku akan tetap disini, menunggu ke lima belas prajurit terhebatku untuk kembali dengan berita bagus."

Eoron pun menunggu … dan menunggu. Sampai akhirnya tak terasa langit pun mulai memerah. Sedangkan dirinya tanpa sadar sudah ketiduran dan terbangun karena kepalanya hampir terjatuh dari tangan nya.

"Huh? Apakah aku baru saja tertidur?" Eoron kemudian melihat-lihat area sekitar ruang tahta nya yang entah bagaimana sangat sepi dan gelap, bahkan lampu sihir tidak satupun ada yang dinyalakan.

Eoron berdiri dan mulai berjalan ke arah pintu istana. Lalu di tengah jalan, ia mulai mendengar suara kerusuhan dari luar. Suara pedang yang beradu dan suara teriakan para prajurit yang gugur dengan keputusasaan pada teriakan mereka, mulai terdengar dengan begitu mencekam di bawah langit yang mulai memerah.

Eoron yang sadar dengan apa yang terjadi di luar pun langsung berlari menuju pintu dan mulai membuka pintu yang sudah agak terbuka sedikit.

"Bos! Jangan dibuka! Saya tidak tahu siapa atau apa itu mereka! tapi, mereka membunuhi 500 pasukan kita dengan mudahnya," Teriak Diko dari belakang, dan berhasil menghentikan Eoron untuk membuka pintu lebih lanjut.

Eoron yang mendengar itu pun tidak kuasa menahan rasa penasaran sekaligus kemarahannya. Dengan begitu, ia pun mulai mengintip dari sela-sela pintu yang terbuka. Sesaat mata nya melihat keluar, ia bisa melihat satu dari banyaknya kesatria berzirah lengkap, sedang mencekik salah satu bawahan nya sambil mencabuti anggota tubuhnya satu persatu dengan tangan kosong.

Tentu Eoron langsung ketakutan, tetapi entah bagaimana ia tidak mampu bergerak karena perasaan takut yang begitu mendalam. Lalu di tengah itu semua, sang kesatria yang sedang dengan mudahnya menyiksa bawahan nya sampai tewas dengan begitu mengenaskan, tiba-tiba menoleh ke arahnya, dengan matanya yang merah menyala, sang kesatria dengan wajahnya yang juga menyeramkan, mulai memiringkan kepalanya sesaat matanya bertemu dengan mata Eoron yang sedang mengintip.

Eoron pun bergerak mundur dengan cepat, dan tak sengaja membuat pintu terbuka lebar. Sang kesatria yang menatapnya dengan mata merah nya yang menyala pun membuang mayat yang ada tangan nya dan mulai berjalan ke arah Eoron.

Tanpa sadar, dengan rasa mencekam yang terus menumpuk, Eoron pun mengompol. Matanya kini hanya bisa terbelalak menyaksikan para bawahan nya, yang berjumlah sekitar 500 orang, kini hanya berupa potongan daging yang bergelimpangan dan menghampar di halaman kastil.

Selagi salah satu kesatria masih berjalan mendekatinya, kesatria lain yang juga memiliki wujud yang sama, mulai memperhatikannya dan mulai ikut berjalan menghampirinya.

Suara teriakan yang penuh dengan keputusasaan kini sudah berubah menjadi suara langkah kaki zirah yang tegas dan ramai di tengah keheningan dan hembusan angin yang membawa aroma amis darah.

Eoron berusaha bangun, namun sialnya secara tiba-tiba saja sang kesatria sudah bergerak dengan cepat dan kini menginjak kakinya.

"Hentikan!" tiba-tiba teriak salah seorang pria tua dari belakang para kesatria yang mengerikan itu. "Oh jadi ini orang yang sudah mengusik Tuanku. Kalau begitu, tolong jangan bunuh dia, dan penjara—"

Sruuut!

Tiba-tiba sang kesatria yang masih menginjak kaki Eoron langsung menebas dua kaki nya. Eoron pun berteriak dengan begitu keras. Ia seorang yang kuat, yang terkenal akan keperkasaannya karena mampu mengangkat seekor sapi sendirian, kini hanya bisa merintih kesakitan.

"Diam kau manusia! Tugasmu disini hanyalah sebagai saksi akan kekuatan Tuan kami!" ucap sang kesatria (demon knight) ke arah sang pria tua berjubah (Bohumir).

"Se-sejak kapan … aku pikir kalian tidak bisa berbicara."

"Kami hanya tidak berbicara di depan tuan kami karena untuk menghormati beliau," jawab sang demon knight sambil mulai menggendong Eoron yang sudah tidak sadarkan diri di punggung nya, lalu membawa nya masuk ke dalam istana.

Ketika memasuki istana, Diko terlihat hanya terduduk dan terdiam, melihat bos nya yang kini bagaikan karung goni berisi gandum diangkat oleh musuh yang menyerobot ke dalam istana nya.

"Apakah … apakah ini sebuah karma?" ucap Diko bertanya-tanya.

Sang Demon Knight mulai melewati Diko, kemudian dengan ayunan pedang yang malas, kepala Diko ditebas olehnya.

Sore itu, Ealdklif pun direbut kembali. Hanya saja oleh pasukan yang tidak terduga dan sama sekali bukan berasal dari "tempat" yang sama.

(Demon Knight).

*****.

Bersambung ....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!