NovelToon NovelToon
Salah Pilih

Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: yu odah

mengabdi pada imamnya dengan sepenuh hati tetapi Justru derai air mata dan darah yang Inara terima.
Suami yang sangat ia cintai ternyata menghianatinya, hancur hati Inara mengetahuinya dan semakin membuatnya terpuruk saat kehancuran rumah tangganya ternyata ada campur tangan ibu mertuanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Corak Mencurigakan

Di balik pintu kamar Egi hanya bisa menghela nafas panjang, rupanya kepindahan Inara karena ada campur tangan Ibnu.

Kembali Egi duduk di sisi pembaringan, ia tak ingin Endah dan putrinya tahu kalau ia telah mencuri dengar pembicaraan mereka.

Cukup lama Egi menahan diri akhirnya ia pun keluar kamar setelah suasana hening.

"Sari ..kau harus mematangkan bumbunya dulu baru kau kasih air, setelah air mendidih baru kau tuangkan sayuran ke dalam wajan."

Egi hanya mendengar sekilas pelajaran Inara untuk Sari karena ia kini penasaran ada hubungan apa Ibnu dengan sang pemilik kantin.

Suasana mulai mendung bahkan gerimis kecil mulai membasahi bumi, udara terasa sejuk dan segar tapi ada satu yang di benci Egi yaitu udara lembab setelah hujan selesai, pria baby face itu pun melangkah menuju kamar untuk memejamkan matanya, namun jendela kamar yang terbuka membuat matanya kini tertarik pada sosok yang tengah duduk di teras halaman.

Wajah cantik yang sedang muram, entah apa yang ada dalam lamunan Inara, bahkan sesekali Egi melihat dada Inara membusung tanda ia sedang menghirup nafas panjang.

Dan tanpa Egi sadari bahwa ia telah melangkahkan kakinya menuju halaman samping untuk menghampiri Inara.

"Kau mau pulang?" tanya Egi datar dan Inara mengangguk acuh.

"Apa mau ku antar?."

Inara menggeleng tanpa sekalipun menatap Egi.

"Apa suamimu akan menjemputmu?" kembali Inara menggeleng karena Rusdi pasti masih mengajar Les.

"Lalu apa yang sedang kau tunggu?"

"Aku hanya sedang menunggu gerimis berhenti" jawabnya singkat.

Egi tersenyum, rupanya ada juga orang seperti dirinya yang tak menyukai suasana setelah hujan, ucap batinnya.

"Sama.." cicit Egi percaya diri.

"Apanya?"

"Kita sama-sama benci hujan."

"Kita? Aku suka hujan ..bahkan saat kecil aku sangat senang kalau hujan turun."

"L lalu kenapa kau masih di sini sedangkan gerimisnya sudah berhenti beberapa saat yang lalu."

"Aku ingin saat di pertigaan jalan nanti akan bertemu dengan suamiku dan kita pulang sama-sama."

Umpatan panjang pendek kini Egi lontarkan namun dalam hati, kesal rasanya melihat seorang wanita begitu bucin pada suaminya yang tampan tak seberapa itu.

Dengan rasa gondok yang mendiami hatinya Egi pun melangkah meninggalkan Inara dan kembali menuju kamar.

"Dasar wanita kampung, seleramu cetek" umpatnya dalam hati.

Inara masih diam menikmati sisa tetesan hujan dari atap genting, sebenarnya ia bukan menunggu waktu agar bisa bersama Rusdi, Inara hanya ingin menenangkan hatinya, sikap Rusdi kini sangat dingin.Tak seperti biasanya selalu mengecup puncak kepalanya jika akan berangkat kerja, bahkan hadiah darinya pun hanya di balas dengan wajah datar.

Tak ingin berprasangka buruk pada suaminya tapi hati kecil Inara terasa tercubit kala melihat tanda merah di dada Rusdi, ingin ia menanyakan hal tersebut tapi keberaniannya tak cukup.

"Ada apa denganmu Mas, apa kau sudah bosan denganku, apa kau benci padaku..kita bahkan belum memulainya Mas...apa semua perhatianku selama ini masih kurang Mas, apa salahku padamu Mas?" rintih hati Inara, dua matanya mulai mengembang.

Tak ingin air matanya jatuh dan terlihat orang lain, Inara pun segera mengayuh sepedanya menuju rumah.

Suasana masih sepi karena memang Rusdi sudah ijin untuk pulang agat terlambat sore ini.

Tak ingin terlalu larut dalam prasangka, Inara mulai mencuci piring, menyapu dan memasak, setidaknya dengan sedikit gerak bisa sedikit menutup luka di hatinya.

Setelah membersihkan diri dan memakai baju rumahan Inara pun melangkah ke luar dan duduk di teras rumahnya, sekali lagi bukan untuk menunggu Rusdi pulang tapi memang Inara ingin menenangkan diri menikmati heningnya malam.

Udara dingin mulai menusuk tulang dan jam menunjukan pukul tujuh lebih tiga puluh menit.

Sela datang membawa bungkusan berisi sayuran, wajahnya tampak ceria namun Inara tak tertarik untuk bertanya pada mertuanya itu.

"Ini bahan untuk di masak besok pagi, aku mau tidur" ucapnya ketus sambil menaruh bungkusan di pangkuan Inara dengan kasar.

Inara hanya menghela nafas panjang, begitu rendah kah dirinya di mata mertuanya itu hingga memperlakukannya seperti pembantu.

Semakin sesak dada Inara, ia lalu melangkah menuju pintu namun suara deru motor yang ia kenal membuat dua sudut bibirnya membentuk garis senyum.

"Baru pulang Mas?" sapanya hangat.

"Heum."

"Sudah ganti baju Mas?"

"Ya ..aku sudah mandi tadi di rumah Toni."

Inara mengekor Rusdi setelah pria itu memarkirkan motor di ruang tamu.

"Makan dulu Mas, sudah aku siapkan."

"Aku sudah kenyang Na, tadi istri Toni masak banyak dan aku di suruh makan di sana, oiya baju kotor di plastik ku gantung di stang motor."

Rusdi berlalu ke kamar, ia merasakan tubuhnya begitu lelah, seluruh tenaganya seakan terkuras setelah bercinta dengan Kesya.Entah berapa kali mereka melakukannya tadi siang, setelah Kesya meminta Kelvin untuk pergi ke rumah temannya untuk bermain karena hari ini Rusdi libur Les.

Dan saat itulah mereka puas melakukannya di rumah mewah tersebut.Rusdi baru tahu kalau Kesya begitu liar di atas ranjang, ia begitu lihai memimpin permainan, entah berapa kali wanita itu mencapai puncaknya bahkan tak lama kemudian ia kembali bersemangat untuk mengulangnya kembali, Kesya seakan tak pernah puas hanya dengan satu kali bercinta dan Rusdi sangat senang dengan layanan Kesya, tubuh wanita itu begitu indah dan goyangan mautnya Rusdi suka.

"Mas ..kenapa kau tersenyum sendiri?" tanya Inara saat masuk ke kamar dan mendapati Rusdi tersenyum sendiri.

"Hah..aku hanya ingat tadi saat bertemu Toni, dia tak sengaja jatuh saat menaiki motor"bohong Rusdi.

"Ayo kita tidur Na...aku lelah."

Hati Inara mencelos, sudah dua malam Rusdi tak mengajaknya untuk melakukannya, bahkan melakukan pemanasan agar junior Rusdi terpancing pun tidak Rusdi lakukan.

Dan pagi ini pun sikap Rusdi masih datar dan dingin, tak ada usapan lembut di kepalanya apalagi kecupan ringan.

Hanya lambaian tangan saat mereka berpisah di persimpangan.

Inara memasuki halaman sekolah dan memarkirkan sepeda mini miliknya di parkiran motor karyawan dan para pengajar sekolah.

Sapaan ramah dari karyawan lain menyambutnya, tak banyak waktu santai karena memang jadwal masak setiap harinya sudah di tentukan.

Cukup lelah tapi hati Inara sedikit terhibur, apalagi sanjungan dari para murid yang suka pada masakannya membuat Inara senang.

"Ina...apa kau tidak lelah mengayuh sepeda dari rumah ke sekolahan?" tanya Merry sambil membersihkan etalase.

"Ah tidak Mer ..aku sudah biasa kok."

"Atau kau tinggal saja di mes, kita juga tidur di mes kok, enak Na...kau tak perlu bangun pagi dan mengayuh sepedamu, mes di sini juga nyaman dan bersih" sela Nina.

"Maaf Na ..aku tak bisa, aku harus masak untuk suami dan ibu mertuaku,kalau aku tidur di mes nanti siapa yang mencuci dan masak di rumah."

Merry dan Nina saling pandang terkejut, mereka baru sadar kalau Inara sudah bersuami.

"Sebenarnya ada hubungan apa antara kau dengan pemilik kantin ini Na?" sambung Merry.

Dahi Inara mengerut karena yang ia tahu pemilik kantin adalah saudara bu Endah yang ia sama sekali tak mengenalnya.

"Aku tidak mengenalnya, bu Endah bilang kalau pemilik kantin ini adalah saudaranya."

Merry dan Nina saling mengangguk namun wajah mereka terlihat ragu.

"Ku kira kau adalah kekasih pemilik kantin ini" cicit Nina dan di balas anggukan kepala oleh Merry.

"Kalian ada-ada saja..."pungkas Inara sambil gelengkan kepala dan bersiap untuk pulang.

"Hati-hati di jalan Na..."pesan Merry sambil melambaikan tangan.

Sesampainya di halaman rumah Inara langsung memarkirkan sepeda dan masuk ke rumah, waktu menunjukan pukul empat sore, setumpuk peralatan masak kotor masih menggunung di tempat pencucian piring, begitu juga satu ember baju kotor yang sudah menantinya untuk di cuci, Inara hanya bisa menghela nafas berat, ia juga harus cepat memasak untuk suaminya.

Sela mungkin seperti biasa setiap sore seperti ini akan menghabiskan waktu di rumah tetangga untuk bersantai.

Setelah meneguk segelas air, Inara pun mulai pekerjaannya, setidaknya segelas air bisa sedikit menambah tenaganya untuk menggilas baju.

Pukul lima lebih tiga puluh menit terdengar motor Rusdi memasuki halaman depan.

Melihat Inara sedang mencuci baju dengan santainya Rusdi langsung membuka kemeja dan menaruhnya di ember cucian.

Inara tertegun dadanya tiba-tiba terasa begitu sesak, kali ini corak khas itu kembali terlihat dan sangat jelas.

1
Holipah
Inara tolol suami penyakit masih mau aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!