Savana Mahesa (20tahun) mencintai Adrian Santoso (27tahun).
mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya,
tak ada yang bisa menolak kesepakatan itu selain dari pada kedua belah pihak.
Adrian membenci Savana yang selalu mengejarnya, karna prinsipnya adalah sejatinya wanita adalah dikejar bukan mengejar.
Savana menghalalkan segala cara agar bersama dengannya, membujuk kedua orang tua Adrian agar dijodohkan.
orang tua Adrian yang begitu menyayangi Savana akhirnya setuju dengan sarannya.
tapi setelah hari kematiannya, jiwanya tersangkut dan tidak sampai pada alam baka,
memohon pada Tuhan agar diberi kesempatan ke dua untuk menjalani kehidupan yang baik, dan berjanji tidak akan mengusik Adrian lagi, dan pergi sejauh mungkin dari kehidupan Adrian, itu adal tekadnya.
tapi bagaimana jadinya jika Adrian malah tidak ingin melepaskannya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adrian sialan
Savana tertegun dengan ekspresi Adrian.
ponsel disaku Adrian bergetar, merogoh dan menjawabnya. Savana melirik dengan ekor matanya, ketika Adrian menjawab panggilannya, Savana perlahan membuka pintu mobil dan membantingnya Lalu masuk kedalam rumah dengan sedikit berlari.
Ketika bibi Jen melihat ini, dia terkejut dengan penampilannya yang mengenakan jas pria sebatas paha, rambut nya berantakan dan tidak mengenakan alas kaki.
"nona savana ada apa?" bertanya sambil melihat kebelakang.
"tidak ada bibi Jen, aku akan keatas dulu!"
Sesampainya di atas Savana menutup pintu kamar dan menguncinya, Savana tidak habis pikir dengan sikap Adrian,
kenapa sih dia?
Melangkah ke kamar mandi dan melempar jas yang dikenakan, menggosok tubuhnya dengan sedikit kasar hingga kulitnya memerah,
"Adrian sialan"
Rutuknya.
Menggosok gigi dan bibirnya, mengapa dia merasa jijik dengan Adrian, kenapa Savana berpikir Adrian terkesan tidak ingin melepaskannya begitu saja.
apa yang harus aku lakukan? sepertinya dia tidak terima dengan keputusan ku?
Batin savana,
Kerutan di alisnya semakin dalam dan terlihat raut gelisah diwajahnya,
ternyata melepaskan diri darinya tidak semudah yang aku bayangkan
Mengulurkan tangan mengambil ponsel di atas nakas.
"halo Rin"
"hmm, ada apa sayang?"
Suara mengantuk Rina ujung sana.
"Rin, menurutmu mengapa Adrian tidak ingin melepaskan ku? aku sudah malas berurusan dengannya"
Ucap Savana memijat keningnya.
"kamu serius?"
Rina terkejut.
"kamu tau? jika aku tidak menurut, dia akan mempercepat pernikahan, Rin bukan ini yang aku inginkan!"
Ucap Savana berbaring di kasur, kakinya menjuntai.
Hening..
"Rin, kmu mendengar ku?"
Tanya Savana yang merasa Rina mengabaikan ucapnya.
"Savana, menurutmu apa yang sedang dilakukan Adrian ini? mengapa dia sok sokan mengancam?"
Rina kesal dengan pria itu.
"aku tiba tiba- tiba berpikir, mungkinkah egonya terluka? Kamu pernah mengejarnya lalu kamu tiba tiba saja berubah, dia merasa aneh gak sih?. Savana bagaimana seandainya jika dia mulai menyukaimu dan berbalik mengejar mu?"
jelas Rina.
Savana tertegun,
Adrian menyukaiku apakah mungkin?
"lalu aku harus bagaiman Rin? bantu aku berpikir!"
Ucap savana.
"Savana, bagaiman jika cari pacar saja! Dengan begitu Adrian tidak akan mengganggumu!"
Saran Rina, dan itu terdengar masuk diakal savana.
"pacar!, dimana aku mencari teman kencan coba?"
"di Aplikasi banyak Savana sayang!"
Ucap Rina yang terdengar kesal.
Setelah panggilan itu berakhir, Savana mulai mencari yang dimaksud Rina tadi.
Setelah menemukannya, mulai memasukkan data diri dan juga foto, dia mengambil foto dirinya secara acak, yang memperlihatkan dahi mata dan batas hidungnya, terkesan dingin. setelah selesai Savana menonaktifkan ponselnya lalu berbaring.
Didepan rumah Savana tepatnya diluar pagar, Adrian belum meninggalkan tempatnya.
Dia masih enggan menjalankan mobilnya, masih dengan posisi semula bersama Savana di kursi penumpang belakang tadi, melihat disampingnya tempat dimana dia dan Savana menghabiskan waktu 20 menit untuk menuntaskan keinginannya.
Dibawah tepat didekat sepatunya tergeletak kain berbentuk segitiga yang terlihat kecil namun, sedikit renda di bagian pinggir nya dan berwarna merah, mengulurkan tangan dan mengambil lalu mencium aroma yang manis menurutnya,
"bahkan Aroma mu saja enggan pergi dariku, bukankah ini yang kau inginkan Savana?"
Tapi seketika senyumnya membeku.
Apa yang terjadi padaku? mungkinkah aku menakutinya?
Batinnya.
Menghembuskan asap rokok ke udara, seringai terbit dibibir tipisnya, menekan sebuah nomor tapi, tidak dapat dihubungi. terkekeh.
Savana kamu tidak main main ingin pergi dariku ya, kita lihat Savana sejauh mana kamu berlari, hanya aku yang boleh memutuskan pertunangan ini
Batin Adrian.
Sejak kapan Adrian semengerikan ini? Savana sudah berhasil menyingkirkan cintanya tapi malah Adrian yang terlihat tidak terima dengan keputusannya.