NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Jam pelajaran ke sembilan, saat ini guru sejarah kami, Pak Rahmat, menyuruh kami membuat kelompok untuk study tour besok yang beranggotakan minimal empat orang.

“Apa kalian berdua yakin sekelompok denganku?” Tanya Arvin.

“Kenapa tidak?” Tanyaku balik.

“Yah, banyak yang ingin sekelompok dengan kalian berdua. Dan, aku dapat merasakan tatapan tajam dari mereka,” ucap Arvin.

“Abaikan saja mereka!” Ujar Nada. “Lalu, siapa yang akan kita masukkan satu lagi?” Tanya Nada.

Saat ini masih banyak yang belum berkelompok, jadi banyak yang berbondong-bondong ingin masuk ke kelompok kami.

Sejujurnya, aku ingin kami bertiga saja, tapi karena Pak Rahmat mewajibkan minimal empat orang, kami mau tidak mau harus menambah satu orang lagi.

“Bagaimana dengan Reno?” Tanyaku, mencoba memberikan saran.

“Aku tidak masalah. Tapi, bukankah Reno seharusnya sudah memiliki kelompok?” Ucap Nada.

“Yah, kamu ada benarnya juga,” ucapku.

Yah, tidak mungkin orang sepopuler Reno tidak memiliki kelompok. Tapi, jika terus seperti ini, Pak Rahmat akan menyebarkan kami bertiga ke kelompok lain karena kekurangan orang, dan akhirnya kami tidak akan bisa sekelompok.

Belum genap beberapa detik, Arvin tiba-tiba berdiri. “Aku akan coba bicara dengannya.”

“Eh?” Ucapku dan Nada serentak dengan ekspresi terkejut.

Arvin kemudian berjalan mendekat ke arah Reno dan mulai berbicara dengannya, membuat seisi kelas terkejut melihatnya. Arvin yang selalu menyindir di kelas tiba-tiba berbicara dengan Reno yang bertolak belakang dengannya, tentu saja itu membuat semua orang kaget.

Tiga puluh detik kemudian, Arvin kembali dengan Reno yang mengikutinya di belakang. Lalu mereka kemudian duduk di hadapan aku dan Nada.

“Mohon kerjasamanya!” Ujar Reno dengan ramah.

Aku dan Nada masih terkejut, tidak percaya dengan apa yang kami lihat. Begitu juga dengan yang lainnya.

“Kamu mengancamnya?” Tanya Nada.

“Jidatmu!” Jawab Arvin cepat dengan ekspresi kesal.

“Lalu apa?”

“Bukankah kita kekurangan orang?”

Aku dan Nada seketika diam membeku mendengarnya. Aku tidak percaya, seseorang seperti Arvin mengajak orang asing hanya karena kekurangan kelompok.

“V-Vin… apa kamu salah makan atau apa?” Tanyaku dengan ekspresi iba. Begitu juga dengan Nada, dia melihat Arvin dengan perasaan kasihan.

“Berhenti menatapku seperti itu!” Ujar Arvin dengan perasaan kesal.

Arvin sekilas melirik ke arah Reno, dia kemudian menghela nafas. Belum genap beberapa detik, Arvin tiba-tiba memegang tanganku yang ada di atas meja.

“Aku hanya tidak ingin berpisah darimu, Rin!” Ujar Arvin.

Belum genap beberapa detik, wajahku langsung memerah saat Arvin mengatakan hal itu. Beberapa bisikan mulai terdengar, mempertanyakan tindakan Arvin.

“A-aku… aku juga tidak ingin berpisah denganmu, Vin!” Ujarku dengan ekspresi malu-malu.

Seketika seisi kelas langsung heboh. Sorakan kecewa dan pertanyaan bermunculan di sekitar kami, menciptakan suasana yang semakin ramai dan penuh tanda tanya. Ekspresi kaget dan kebingungan terpancar dari wajah-wajah teman-teman sekelas kami.

“Berhentilah bermesra-mesraan!” Ujar Nada, mencoba menenangkan situasi dengan candaan.

Aku merasa canggung dan refleks menarik tanganku. “Ka-kami tidak bermesraan!” Ujarku dengan nada terbata-bata, wajahku semakin memerah.

“Ya, ya, ya, kamu selalu mengatakan hal itu padahal kalian selalu bermesraan di hadapanku,” ejek Nada dengan senyum khasnya.

Aku tertegun mendengarnya, tidak bisa berkata apa-apa lagi.

“Kau berhutang padaku!” Ujar Arvin dengan suara pelan.

“Maaf!” Balas Reno dengan suara lembut.

Namun, di tengah keramaian kelas yang semakin riuh, aku dan Nada sama sekali tidak dapat mendengar percakapan mereka.

Beberapa menit kemudian, suasana kelas mulai sedikit lebih tenang. Kami kemudian mulai membahas tentang study tour.

Kami mulai merencanakan persiapan untuk study tour besok. Ide-ide tentang apa yang akan kami bawa mulai muncul. Ada yang mengusulkan untuk membawa bekal makanan ringan, kamera untuk mengabadikan momen, dan peta destinasi yang akan kami kunjungi.

Kami terus melanjutkan diskusi kami dengan antusiasme yang tinggi, saling memberikan masukan dan menyesuaikan rencana agar semuanya terkoordinasi dengan baik. Setiap detail persiapan menjadi penting bagi kami untuk memastikan bahwa study tour besok akan berjalan lancar dan menyenangkan. Waktu pun berlalu begitu cepat, hingga bel pulang akhirnya berbunyi, menandakan akhir dari perencanaan kami hari itu. Dengan semangat yang membara, aku menantikan petualangan seru yang akan kami jalani besok.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!