Alisya adalah gadis yang terlahir dari keluarga kaya. ayahnya merupakan salah satu pengusaha tersohor di Jakarta. walaupun demikian, tak membuat Alisya kehilangan jati dirinya. Bahkan ia harus menerima takdirnya dijodohkan oleh kedua orang tua sesuai dengan bibit, bobotnya. namun pernikahan yang di impikan itu tak seindah yang dibayangkan. justru pernikahan itu menjadi awal mula mimpi buruk bagi kehidupan Alisya, kala sang suami mengetahui penyakit yang di derita. perilakunya seakan jijik dan mencampakkan sang istri. hingga keduanya harus berpisah dan Alisya di pertemukan kembali dengan cinta pertamanya. kebahagiaan di antara keduanya mulai tercurah kembali. namun kebahagiaan mereka hanya sesaat kala harus di pertemukan kembali dengan perpisahan abadi yang sesungguhnya.
apa yang terjadi pada Alisya? ikuti misteri cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alletaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Larikan ke Rumah Sakit
"Alisya... Kenapa kamu nak? Bangun sayang! Huhuhu, air matanya tak bisa terbendung lagi kala mendapati sang putri sudah tergeletak di lantai, sontak saja membuatnya panik, teriakannya mengguncang seisi rumah.
Dengan sigap ia segera mengangkat kepala Alisya ke pangkuannya.
"Bik tolong beritahu bapak, kita tunda dulu acaranya. Bilang juga ke bapak kalau Alisya pinsan!!!" Ucap Sinta yang menyuruh Surti untuk segera memberitahu sang suami agar acaranya di tunda sementara waktu.
"Baik, nyonya" segera Surti berjalan meninggalkan ibu dan anak itu.
Tak, Tak, Tak....
Suara langkah kaki Surti yang nyaring terdengar, suara kaki yang semakin cepat menuruni tangga.
Hampir saja ia menabrak sosok pria yang tengah berjalan menuju ke arahnya.
"Hati-hati bik!" ucap pria itu yang hampir saja tertabrak oleh Surti. Pria yang tak lain adalah sepupu Alisya yang bernama Arga.
Saat itu, keberadaan Arga juga tengah mencari Sinta dan Alisya yang tak kunjung hadir di tempat acara.
"Maaf, maaf tuan! Saya tak melihat jika ada tuan" ucap Surti yang merasa tak enak kepada Arga
"Ada apa bik? Kenapa terlihat sangat cemas seperti itu? Ucap Arga
"Non Alisya, ia pinsan di kamarnya!" Ucap Surti dengan nada gugup
"Maaf tuan, saya harus cepat pergi. Saya harus segera memberitahu bapak, sesuai arahan ibu Sinta!" Ucap Surti kembali
"Tak apa bik, biar saya saja yang temui om Herman. Bibik bantu jagain dulu Alisya." Ucap Arga sembari membalikkan badannya dan pergi berlari meninggalkan Surti.
Sementara Surti yang mendapat arahan dari Arga, segera kembali ke kamar Alisya.
Saat itu ia mendapati Sinta yang masih terus memeluk Alisya. Sebagai seorang ibu tentu saja sangat khawatir. Jadi wajar jika air matanya tak dapat dibendung.
"Bik bantu saya angkat Alisya ke tempat tidurnya!" Ucap Sinta yang menyadari kedatangan Surti di belakangnya
Mereka berdua kemudian segera bergegas mengangkat Alisya dan meletakkannya di tempat tidur.
*****
Di satu sisi, Arga yang terus berlari menuju ke tempat acara dimana Herman tengah menunggu di sana.
Dengan napas yang ngos-ngosan ia segera menghampiri Herman yang sedang duduk dan mengobrol bersama kerabat yang lain.
"Om, Alisya om" dengan nada terputus-putus membuat Herman langsung berdiri dari tempat duduknya
"Alisya kenapa?" Tanya Herman yang terlihat sangat mengkhawatirkan anak gadisnya itu.
"Alisya pingsan om di kamarnya!" Lanjut Arga yang berusaha menjelaskan kepada Herman tentang kondisi Alisya.
Kerabat dan tamu undangan yang sudah hadir juga ikut terkejut kala mendengar kabar bahwa Alisya pingsan.
Sementara Herman, ia segera bergegas menuju kamar Alisya yang diikuti oleh beberapa kerabat saja.
Sementara kerabat dan saudara yang lain berusaha memberi pengertian kepada tamu undangan. Dengan berat hati acara tersebut sementara waktu di tunda sampai keadaan Alisya membaik.
*****
Krekkkk......
Pintu kamar Alisya segera di buka oleh Herman.
"Kenapa Alisya ma?" Ucap Herman kepada istrinya. Kemudian ia langsung menghampiri Alisya yang sudah tak sadarkan diri
Sementara Sinta hanya bisa terus menangis bahkan Belum sempat ia jelaskan kepada suaminya apa yang terjadi pada Alisya.
Herman yang tidak ingin anaknya kenapa-kenapa segera memerintah salah satu keluarganya untuk segera membantunya mengangkat Alisya ke dalam mobil. Dan membawanya ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Alisya langsung dapat penanganan oleh tengah medis. Ia langsung di bawa ke ruangan Unit Gawat Darurat. Tak boleh ada satupun keluarga yang ikut masuk ke ruangan itu. Hanya perawat dan dokter yang menangani saja yang berada di dalam.
Sementara keluarga pasien hanya diperbolehkan untuk menunggu di luar ruangan.
Sinta yang saat nampak sangat bersedih, ia tak henti-hentinya menangis. Wajar saja, karena ini kali pertamanya mendapati sang anak di larikan ke rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri. Dengan di temani oleh beberapa kerabat Sinta menunggu Alisya di sebuah kursi tunggu yang terletak di depan kamar pasien.
Sedangkan Herman, saat itu lebih memilih untuk mencari mushala terdekat. Ia segera mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat. Dalam sujudnya itu ia sangat bersungguh-sungguh dan berpasrah diri meminta pertolongan untuk kesembuhan anaknya kepada Sang pencipta alam semesta.
Setelah hampir setengah jam ia berada di dalam mushola untuk menunaikan sholat. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke ruangan Alisya. Namun, sesampainya di sana ia masih mendapati istrinya yang terus-menerus menangis. Sementara dokter yang menangani Alisya belum juga menampakan diri.
Herman kemudian mendekati Sinta dan duduk di sampingnya.
"Ma sudahlah jangan nangis terus, kita percayakan dokter pasti ia bisa menangani Alisya. Saran papa, lebih baik mama ambil wudhu dan menunaikan sholat. Mama minta langsung kepada Allah untuk kesembuhan anak kita. Kita semua di sini sama-sama menunggu Alisya. Mama yang tenang ya" ucap Herman yang kala itu berusaha menenangkan sang istri. Walaupun di dalam hatinya ia juga merasakan kesedihan. Namun kesedihan itu tak mau ia perlihatkan di depan semua orang.
Sementara Sinta yang mendengar nasihat suaminya, segera beranjak dari tempat itu dan segera menuju mushala diikuti oleh dua kerabat dekatnya.
*****
Di tempat lain, Surti yang saat itu langsung menghubungi Jordan atas perintah Sinta. Walaupun panggilan tersebut sempat tak diangkat sekali, hingga panggilan kedua kalinya Jordan langsung menjawab telfon dari Surti.
"Maaf tuan, mengganggu waktunya saya Surti. Saya ingin menyampaikan kalau non Alisya sekarang lagi di rawat di rumah sakit."
"Oh iya, segera saya kesana! Terima kasih atas informasi nya yah bik" Jordan langsung menutup telfonnya. Ia segera mencari mamanya dan memberitahu tentang keadaan Alisya. Kemudian anak dan ibu itu langsung bergegas menuju rumah sakit tempat Alisya di rawat.
*****
Beberapa saat setelahnya, Jordan dan Nona nampak telah tiba di rumah sakit.
Jordan yang kala itu langsung berjalan menghampiri sang calon ayah mertua yang tengah berdiri di depan pintu kamar UGD. Sementara Sinta masih saja duduk termenung di sebuah kursi tunggu.
"Bagaimana keadaan Alisya om?" Ucap Jordan yang kala itu baru saja datang. Tanpa membuang-buang waktu Ia segera menghampiri Herman dan menanyakan perihal keadaan Alisya.
"Alisya masih di tangani oleh dokter di dalam. Sudah hampir tiga puluh menit kita menunggu, tapi dokter tak juga keluar". Jawab Herman yang berusaha terlihat tegar, meskipun di dalam hatinya ia menjadi sosok yang sangat terpukul. Bagaimana tidak cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya. Jadi wajar saja jika ia merasakan hal itu.
Sementara Nona, ia nampak langsung menghampiri Sinta yang tengah duduk di sebuah kursi tunggu. Ia melihat sang calon besan sedang dalam keadaan sedih, sehingga membuatnya iba dan berusaha untuk segera menenangkannya.
"Yang sabar ya Jeng kita sama-sama berdoa untuk Alisya. Semoga dia baik-baik saja" Nona juga terlihat langsung memeluk Sinta, yang membuat Sinta semakin merasa di kasihani, sehingga semakin merasa sedih dan terus berlarut dalam kesedihan.
syuka sekali deh sama kata - kata nya... 🥰🥰
jangan lupa mampir juga ya di karyaku
lebih baik positif thinking aja