NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ayah Tiri

Terjerat Pesona Ayah Tiri

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Romansa
Popularitas:24.6k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

Dia, lelaki yang kini menjadi ayah tiriku, adalah sosok yang takkan pernah ku lepaskan dari kehidupanku. Meskipun tindakan ini mungkin salah, aku telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala resikonya. Awalnya, dendamlah yang mendorongku mendekatinya, namun seiring waktu, cinta telah tumbuh di dalam hatiku. Tak ada satu pun pikiran untuk melepaskannya dari pelukanku.

Kini, ayah tiriku telah resmi menjadi kekasihku. Dia terus memanjakanku dengan penuh kasih sayang. Aku mencintainya, dan dia juga mencintaiku. Meskipun posisinya masih terikat sebagai suami ibuku, aku tidak peduli. Yang penting, aku merasa bahagia, dan dia juga merasakannya. Mungkin ini dianggap sebagai dosa, namun tak ada api yang berkobar tanpa adanya asap yang mengiringinya.

"Ayah, aku mencintaimu," apakah kalimat ini pantas untuk aku ucapkan?

AKAN LANJUT DI SEASON 2 YAA, HAPPY READING AND HOPE YOU LIKE:))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 21. Mimpi Buruk

Ahhh ... uhhh ... hmm ...

Rasanya membuat Jelita mabuk kepayang. Membuatnya hampir hilang kesadaran dan m3ndesah sekeras-kerasnya. Kini ia dan Revan kembali melanjutkan permainan mereka dengan memasuki babak ketiga.

Di saat-saat yang panas itu, Revan terus menaik luncurkan tubuhnya, memanjakan Jelita dengan beragam gaya. Beragam permainan, hingga keduanya yang melakukan pelepasan berulang kali.

Rasanya tubuh begitu lemas, keringat terus berjatuhan menyatu dengan keringat Jelita yang sudah tergolek lemas di bawah sana. Dulu nafasnya yang tampak tak beraturan dan matanya yang terus merem melek.

Sepertinya Jelita kelelahan, setelah melakukan permainan entah beberapa babak itu, keduanya serasa lelah luar biasa. Tubuh mereka lemas tak bertenaga, serta milik mereka yang sama-sama berkedut.

Lalu Revan yang mendapati Jelita sudah sangat lemas, segera mencabut pisangnya dari goa Jelita dan merebahkan tubuhnya dengan lemas di samping perempuan itu.

Huufftt ...

"Sayang, kamu kelulusan tinggal berapa bulan lagi sih? Masih lama ya?" tanya Revan tiba-tiba.

Sepertinya laki-laki itu tidak sabar untuk menunggu Jelita lulus. Ya, sepertinya dia sama tidak sabarnya seperti Jelita. Namun, tidak sabarnya ini dalam artian yang berbeda.

Jika Revan tidak sabar menunggu Jelita lulus karena ingin segera menikahinya, itu lain halnya dengan Jelita. Ia lebih mengutamakan dendamnya daripada perasaan. Sebelum segala yang menjadi tujuannya tercapai, Jelita takkan dapat bernapas lega. Setidaknya harus ada satu rencananya yang berhasil berjalan.

Lalu Jelita yang mendengar pertanyaan Revan segera saja membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Revan yang saat itu juga balik menatapnya. Tatapannya saat itu begitu lembut, teduh dan menenangkan, menghanyutkan siapa saja yang menatapnya.

Jelita lalu mengangkat tangannya dan membelai wajahnya lembut. Selembut kapas ataupun sutra, Revan merasakan belaian itu terpancar tulus dari mata Jelita. Dia serasa dibawa terbang melayang setelah belaian itu.

"Kamu tidak sabar ya, hmm? Masih tinggal dua bulan lagi sayang. Sabar ya, tak lama lagi kamu akan menjadi milikku seutuhnya. Kita akan melangsungkan pernikahan seminggu setelah kelulusanku." ucapan Jelita barusan berhasil mengejutkan Revan. Dia kaget, namun juga bahagia.

Rasanya seperti mimpi mendengar ucapan-ucapan itu keluar dari mulut Jelita. Setelah semua sikapnya dahulu terhadap Revan, ia berubah menjadi begitu manja dan liar. Pesonanya menjadi bertambah berkali-kali lipat setelah bermain seperti ini. Apakah itu terjadi karena Jelita sekarang sudah tidak bersegel?

Memang benar Jelita sedikit mengalami perubahan setelah melepas segelnya, di mata lelaki Jelita semakin terlihat cantik, meskipun dari awal ia sudah sempurna.

Sementara di mata perempuan, Jelita banyak terlihat mengalami perubahan pada bukit kembarnya yang semakin membesar, dua buah p4nt4tnya yang semakin bahenol, serta tubuhnya yang seksoy layaknya gitar Spanyol membuat banyak wanita menatap aneh dan terkesan jijik pada Jelita sesaat Jelita lewat di depan mereka dengan mengenakan seragam sekolah.

Tubuhnya yang tercetak jelas di seragam yang kian menyempit membuat banyak diantara teman sekolahnya protes kepadanya agar segera berganti seragam. Tidak nyaman rasanya mata mereka menatap kemolekan tubuh Jelita yang seringkali membuat para pria salah tingkah saat tak sengaja bertatapan dengannya.

Lalu Revan pun segera bangun dari posisinya, dia menarik tubuh Jelita dan mulai memeluknya. Pelukan penuh peluh itu terasa mencekam sesaat dengan sadar bukit kembar Jelita menempel pada dada bidang Revan dan sempat mengganggu pikirannya.

Dia tahu Jelita sedang kelelahan saat ini, namun mengapa pikirannya justru mengajaknya untuk memainkan bukit kembar itu? Terlebih bagian bawahnya juga sudah sangat mengeras saat ini.

Huh, terkadang dekat dengan wanita full naked seperti ini adalah cobaan. Sebuah musibah yang mengaburkan mata hingga membuahkan dosa. Tapi siapa sih laki-laki yang dapat tahan untuk takkan tergoda pada perempuan seaduhai Jelita seperti ini saat berhadapan dengannya. Terlebih saat full naked, pasti iman-iman pada goyah dan mereka berakhir pada ranjang yang bergoyang.

Kemudian Jelita yang tahu Revan tergoda oleh Boba miliknya yang saat itu menempel pada dadanya, segera saja menurunkan tangannya dan berhenti tepat pada pisang Revan yang saat itu sudah sangat mengeras. Ukurannya semakin membesar saat mengeras seperti ini.

"Sayang, punyamu keras lagi nih, mau ditenangin nggak? Aku mainin di mulutku terus usap-usap gitu. Ih, kamu ter4ngsang lagi nih. Kuat bener ya hehe." Jelita segera mengurai pelukan itu, namun tidak dengan melepaskan tangannya dari pisang Revan yang semakin mengeras setelah Jelita menyentuhnya.

"Ssshh ... Udah nggak usah sayang. Kamu istirahat aja pasti capek. Kita udah bermain dari tadi. Mending kita lanjut tidur aja, arghhhhhh ..." Revan sontak men-de-sah saat Jelita dengan sengaja mengerahkan pisang Revan pada goa miliknya dan mengusap-usapnya.

Jelita ada mengusap-usapkannya, membelai goanya dengan pisang panjang itu, kemudian langsung memasukkannya setelah merasa dirinya semakin ter4ngs4ng.

Dalam posisinya Jelita memaju mundurkan tubuhnya, memainkan pisang Revan dalam gua miliknya yang kembali basah.

"Aarrgghhh ... Eughh ... Huhh ..." 

Revan merem melek merasakan permainan Jelita itu semakin terasa menggiurkan. Jelita terus memanjakannya tanpa lelah, sambil sesekali dirinya pun turut men-de-sah saat mendapati milik Revan yang terus menerobos masuk goa miliknya yang sempit dan legit.

"Jika seperti ini pasti setelahnya aku akan tebar. Huh, lelah tapi nikmat. Entah kenapa sekarang aku menikmatinya, membutuhkannya dan tidak bisa membiarkan milikku tidak bertemu dengan Revan barang sehari saja ...,"

"Rasanya candu, tapi mengapa? Bukankah dulu aku sangat membencinya? Tidak pernah sekalipun aku membiarkan diriku terlibat dengannya, tapi sekarang? Sekarang aku menyukainya. Sepertinya ini adalah karma untukku. Karma Karena aku telah membencinya bahkan sebelum sekalipun pernah merasakannya .. ,"

"Ahh ... Eughh .. sepertinya aku akan benar-benar mencintai pria ini setelah ini. Permainannya membuatku tidak dapat lepas dengannya. Please, Aku akan kembali pelepasan." batin Jelita sembari terus memaju mundurkan tubuhnya, menaikkan ritme permainannya yang semakin lama terasa semakin cepat.

"Sayang, Aku akan melakukan pelepasan. Kita lakukan bersama ya," ucap Jelita sesaat setelah menghentikan laju tubuhnya dan mengalihkan pandangannya ke arah Revan.

Saat itu Revan hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum ke arah Jelita. Dia membiarkan Jelita menancapkan semakin dalam pisang Revan pada goanya dan melakukan pelepasan setelahnya.

"Ahhh ..." Jelita langsung ambruk di atas tubuh Revan setelah berhasil melakukan pelepasan bersama dengannya.

"Sekarang kamu tidur ya sayang, Ini udah malam, besok kamu kesiangan." Revan segera saja memindahkan tubuh Jelita di sebelahnya lalu menaikkan selimut menutupi tubuh polos keduanya.

Dia ada mendekatkan wajahnya pada Jelita dan mengecup keningnya lembut, membiarkan tangannya mengusap-usap rambut panjang Jelita sebelum akhirnya Jelita menutup matanya dan tertidur.

............................................

Sruput ... Sruputt ... Sruputtt ...

Huufftt ...

Hari yang melelahkan, lebih tepatnya pikirannya yang lelah. Lelah dengan segala kejadian yang terjadi hari ini. Mulai dari perutnya yang sakit, kakinya keluar darah hingga setelah dia tahu ternyata itu adalah ulah Jelita, Widya masih tidak bisa mempercayainya hingga saat ini. Hingga sesaat Jelita marah-marah dan pergi begitu saja dari rumah.

Sebenarnya dalam hal ini Jelita yang salah, tapi dengan kesalahannya ia justru marah dan pergi begitu saja. Tampak dari kedua tangannya yang mengepal, matanya yang menyorot tajam serta kaki-kakinya yang semakin mengeras. Widya serasa asing dengan sosok Jelita saat itu.

Dia yang biasanya tenang, berubah menjadi sosok lain yang menyeramkan. Seperti bukan Jelita saja saat itu, Jelita yang dia kenal anaknya baik, penurut dan tidak pemarah seperti ini.

Ia selalu tenang saat menghadapi sesuatu serta mengambil solusi suatu permasalahan dengan cepat tanpa pikir panjang. Namun, melihatnya yang begitu marah saat ini membuat Widya yakin jika putrinya Tengah menyembunyikan sesuatu hal darinya. Pasti ada yang Jelita sembunyikan hingga membuatnya marah setelah terpicu hal tadi.

Lalu setelah beberapa saat lalu dia sempat pergi mendatangi apartemen Jelita dan kosong, tidak ada jawaban, dia memang tidak langsung pulang ke rumah, Widya memilih menjernihkan pikirannya dengan menikmati secangkir matcha latte di cafe tak jauh dari apartemen Jelita berada.

Dan di sinilah dia berada sekarang, Tengah duduk temenung dengan benda pipih di tangannya, setelah gagal bertemu dengan Jelita, Dia pikir menelponnya lagi adalah hal yang tepat. Widya pun kembali menghubungi Jelita, namun kini malah tidak aktif.

Dia ada mengirimkan pada Jelita pesan, spam chat dan call, tapi kini hanyalah ceklis satu. Jelita offline dan apa yang membawanya offline?

Tangan Widya terus mengetikkan pesan pada nomor Jelita yang kini telah dia ketahui jika Jelita mulai tidak online. Rasanya melelahkan mengirimkan pesan yang begitu banyak seperti itu padahal Jelita Tengah offline, tapi inilah Widya.

Dia tetap saja mengirimkan begitu banyak pesan pada Jelita dengan harapan Jelita akan membacanya esok hari. Semua luapan perasaannya, permintaan maaf serta bujukan-bujukan untuk bertemu sudah Widya tuliskan pada kolom pesan di sana.

Dia terus mengirimnya hingga rasa sedih dalam pikirannya menyeruak begitu saja, rasa perih karena pesan Jelita beberapa waktu lalu dan juga sesak mengetahui Jelita terus mengabaikan panggilannya. Kenapa keluarganya seperti ini sekarang? Jelita marah dan pergi ke apartemennya.

Dan Revan yang sedari tadi pergi dengan dalih mendapat panggilan meeting mendadak tidak juga membalas pesannya hingga kini. Apakah sesibuk itu pekerjaannya hingga tak bisa berbalas pesan? kenapa Revan dan Jelita serasa aneh hari ini?

"Ah, melelahkan saja." tangan Widya meletakkan ponselnya di atas meja di hadapannya dengan sedikit kuat. Merasakan kelelahan mulai menghampirinya setelah mengetahui semuanya tidak berjalan sesuai rencana.

"Ehm, misi kak." sebuah suara membuat Widya mendongakkan kepalanya dan mendapati sebuah senyuman manis yang terukir di bibirnya, wajah itu, Laras, adik Revan.

"Laras, bagaimana kamu bisa di sini?" tanya Widya. Dia sedikit kaget bertemu dengan adik iparnya di sini.

"Oh, tadi aku baru saja pergi makan dengan pacarku, dia ada membawaku ke restoran mewah dan mentraktirku makan di sana. Dia ada mengatakan untuk akan segera melamarku tidak lama ini. Dia tadi ada memberikanku sebuah perhiasan sebelum lamaran ...,"

"Sangat so sweet, nggak kayak kak Revan. Dia pelit. Buktinya Kakak nggak pakai perhiasan mewah kayak punyaku ini kan?" jelasnya panjang lebar dan dari penjelasannya Widya menangkap gelagat pamer yang sengaja Laras tunjukkan padanya untuk menyinggungnya. Untuk melebih-lebihkan apa yang dia miliki.

"Oh, benarkah? kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?" tanya Widya kemudian.

"Tidak lama lagi, nggak tahu kapan tanggalnya. Mungkin beberapa bulan setelah ini. Kita kan harus menyiapkan segala hal ya Kak, dari gedung di mana kita resepsi, terus perhiasan-perhiasan yang dipakai nanti, pesta dan segala macam ...,"

"Oh iya, Kakak sendiri sedang apa di sini, terus di mana Kak Revan, kok aku lihat Kakak sendirian aja dari tadi?" ucapannya membuat Widya bersabar dalam-dalam. Menghadapi adik iparnya yang satu ini memang perlu tenaga ekstra atau bahkan perasaan ekstra.

"Revan sedang ada kerjaan mendadak di kantornya, tadi dia pergi sebelum aku ke sini." jawab Widya.

"Lalu kakak sendirian aja, mengapa?" tanyanya lagi.

"Tidak ada, aku hanya ingin keluar sendiri saja." jawab Widya to the point.

Selanjutnya perbincangan pun berkisar tentang acara pernikahan Laras nanti serta apa saja yang dibutuhkannya. Dia terus mengatakan banyak hal pada Widya tanpa lelah. Tanpa ragu Laras terus mengumbar kemesraannya dengan calon suaminya pada Widya hingga membuat Widya lagi-lagi menghela napas.

"Ini sudah hampir malam Kak, eh udah lewat malah. Kakak segera pulang ya, nanti dicariin orang rumah loh." ucap Laras mengingatkan.

"Iya, Ras. Bentar lagi pulang kok. Kamu juga segera pulang ya, anak gadis nggak baik pulang malam-malam. Pamali." sahut Widya.

Laras pun tersenyum dan menepuk pundak Widya, tiba-tiba seperti ada sengatan listrik dari tepukannya, Widya pun terdiam, matanya langsung terfokus pada Laras yang saat itu balas menatapnya. Tatapannya yang semula terkesan sombong dan pamer, kini berubah manis dan menenangkan.

"Iya Kak, ehm kak, nanti kalau Kak Revan pulang jaga dia baik-baik ya, jangan biarin keluyuran bebas. Kakak itu laki-laki normal dan Kak Widia juga tahu masa lalunya Kak Revan seperti apa kan?

"Jadi jaga baik-baik. Jangan sampai apa yang dahulu Kak Revan alami kembali Dia alami. Ya udah Kak, Aku pulang dulu ya, Salam sama Kak Revan, bilangin juga buat selalu ingat adiknya yang lucu ini. Oke Kak, aku pulang sekarang." setelah Laras pamit pulang, Widya pun turut pulang setelahnya.

Dia cukup lelah, sepertinya istirahat malam ini dia akan kembali sendiri, suaminya tidak ada menghubunginya jika akan pulang. Jadi dengan itu sudah dipastikan jika Revan akan lembur dan Widya tidur seorang diri.

...............................................

"Ayo sayang, kita pergi dari sini, jangan pedulikan dia. Dia hanyalah wanita tua yang haus belaian."

"Pemb*nuh, penghianat, orang jahat. Dasar kamu wanita penghuni ner4ka." 

"Kamu pantas ti4da, kamu orang jahat."

"Sayang, kita pergi atau b*nuh saja dia? dia hanyalah manusia berdosa yang tak pantas hidup. Dia hanya menyusahkan bila dibiarkan ada." 

"Ayo arak dia ke ner4ka. Buat Dia menderita karena ulahnya." 

"Hahaha ... dasar wanita jahat. Kamu sudah merenggut kehidupan seseorang. Tidakkah kamu menyesal, hah?!" 

"Kamu harus m4ti! m4ti! m4ti! m4ti! m4ti Widya! m4ti!" 

"Kamu tak pantas hidup. Orang jahat sepertimu hanya kematianlah yang cocok." 

"Ayo Widya, ayo!" 

"Kamu harus m4ti!" 

"TIDAKK!!" sontak Widya terbangun dalam keadaan berkeringat dan napas yang ngos-ngosan. Sorotnya seperti ketakutan atau apa yang tampak dari ekspresinya saat itu.

Beberapa saat sebelumnya dia beranjak pulang ke rumahnya dengan menaiki taksi. Dan begitu tiba di rumahnya Widya langsung menaiki tangga menuju ke kamarnya dan tidur. Ia merasa sangat letih itulah kenapa ia dengan mudahnya terlelap.

Namun, dalam alam bawah sadarnya, dalam kegelapan Widya mendengar suara seorang perempuan yang terasa familiar untuk Widya.

Di sana dalam kegelapan itu, terkadang Widya mendapati silauan terang bayangan seorang lelaki yang sedikit mirip dengan Revan dan juga seorang perempuan yang samar-samar Widya kenali seperti mirip dengan Jelita.

Mereka ada muncul sekilas-sekilas dan mengatakan semua ujaran itu. Mengatakannya dengan keras hingga membuat Widya yang terkejut langsung saja terbangun.

"Mimpi, mimpi apa itu tadi? kenapa rasanya seperti nyata?" ucap Widya masih juga kepikiran dengan mimpi yang barusan dialaminya.

Bersambung ...

1
Putri rahmaniah
jelita lebih cocok dengan Revan ,,dibanding sma ibunya Thor..
◍•Grace Caroline•◍: yes😇😇
total 1 replies
Norah Haderan
jadi penasaran
◍•Grace Caroline•◍: hehe nantikan terus ya kak
total 1 replies
Norah Haderan
guru kok gitu/Smug/
◍•Grace Caroline•◍: hehe maklum kak, udah cinta ya gitu😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!