Istriku Canduku 2

Sari mengemasi barang-barangnya, ia tak bisa lagi mengelak keinginan David untuk membawanya ke apartemen. Berdebat dengan pria itu hanya membuang waktu, karena akhirnya akan menguras energi dan emosi dirinya saja.

“Bantuin, malah duduk aja.” Bibir Sari merengut kala ia harus membereskan pakaiannya ke dalam koper sendiri.

“Sudah, tidak perlu di bawa semua, secukupnya saja. Kalau ada yang kurang nanti aku belikan.” Ucap David yang sudah menghampiri Sari, dan ikut duduk di lantai bersama Sari.

“Semua barang-barangku itu penting, karena aku beli dengan hasil jerih payahku sendiri.”

David mengangguk. “Hmm.. Aku percaya.”

Sari menghentikan aktifitasnya dan menatap wajah David.

“Nanti kita tinggal di apartemen yang sama? Satu atap?” Tanya Sari.

David mengangguk lagi dengan tangan yang masih membantu Sari meletakkan pakaiannya ke dalam koper.

“Memang, kenapa?”

Sari menghentakkan pakaian yang sedang ia lipat. “Hai pria bule, aku orang timur, tinggal satu atap dengan berlainan jenis itu tidak di perbolehkan. Kamu mengerti!”

“Aku mengerti, tapi saat ini kita tidak sedang tinggal di negaramu, di sini hal itu biasa saja.” Jawab David dengan tidak menghentikan aktifitasnya.

“Udah pernah ngerasain di cekik nenek lampir?” Tanya Sari kesal.

David mengeryitkan dahinya. “Nenek lampir apa?”

“Cari aja di google, nenek lampir apa? Aku bisa berubah seperti itu kalau kesal. Makanya jangan buat aku kesal!”

Sontak David langsung merogoh saku celananya, ia meraih ponselnya dan membuka google untuk mencari apa yang di sebut Sari tadi. Seketika David langsung tergelak, hingga tawanya menggema.

“Beuh, dasar bule gila. Gitu aja lucu.” Gumam Sari.

“Kamu bisa berubah seperti ini?” Tanya David menunjukkan hasil penelusurannya pada sari.

“Bisa, mau liat?”

Sari membuka kuncirannya dan mengacak-acak rambutnya, hingga kusut. Kedua tangannya ke atas dan di pasang seperti tengah akan mencakar. Wajahnya di buat menakutkan dengan cengiran yang menurutnya jelek. Ia ingat akan seperti ini, jika kesal dengan Ardi, dan Ardi akan lari terbirit-birit.

“Ini namanya nenek lampir, haaaaa..” Sari menghampiri David yang malah tersenyum.

Pria itu tak takut sama sekali. Ia tetap duduk di posisinya. Namun, Sari mendekat.

“Aku cekik kamu, aku hisap darahmu sampai habis.”

“Ini!” David malah menunjukkan lehernya.

“Hisap leherku, tapi bibirnya lebih dulu, nanti gantian aku yang menghisapmu.” Kata David lagi.

Sari tak lagi mendekati David, padahal posisi mereka sudah sangat dekat. Ia menghentikan aksinya, lalu merapihkan rambutnya kembali.

“Kamu bukannya takut, malah mesum. Aku tuh udah pasang muka jelek, ngga ilfill apa?”

David kembali merengkuh tubuh Sari yang hendak menjauh.

“Oh jadi aksimu tadi supaya aku ilfill.”

Sari mengambil tangan David yang berada di pinggangnya, lalu melepas diri.

“Asal kamu tahu, aku perempuan jelek, kebiasaan burukku banyak. Nanti kamu menyesal menikahiku.”

David mengeryitkan dahinya. “Oooya, tapi kamu cantik kok.”

“Cantik dari Hongkong.”

“Kamu lebih cantik kok, dari wanita Hongkong.”

Sari tertawa sendiri, “Tuh kan ngga nyambung.” Gumamnya.

“Kamu tertawa kenapa?” Tanya David bingung.

“Ngga, ngga apa-apa.” Sari menggeleng dengan bibir yang masih mengulas senyum.

David mendekati Sari, dan duduk persis di belakangnya. Ia memeluk pinggang Sari dengan posisi yang masih duduk di lantai.

“Mengapa tertawa, Hah?” Tanya David dengan dagu yang sudah menempel di pundak Sari.

Tiba-tiba tubuh Sari menegang, hembusan nafas David tepat mengenai tengkuknya.

“Kalau tidak beritahu aku, mengapa kamu tertawa tadi? Aku akan menggigit dan menghisap lehermu.”

Sari langsung menghindar, bahunya ia goyangkan agar David tak menyandarkan dagunya di sana. ia pun langsung melepas tangan David yang melingkar di perutnya, lalu ia berdiri dengan cepat.

“Mr. Osborne yang terhormat. Aku dan kamu, hmm.. kamu dan aku itu tidak akan cocok.”

David menatap intens mata Sari dan mendengarkan apa yang akan Sari katakan.

“Kamu dan aku, kita dari negara yang berbeda, gaya bahasa berbeda, budaya berbeda, kebiasaan yang berbeda, dan mungkin juga agama kita berbeda.” Ucap Sari lantang, yang masih di tatap dengan intens oleh David,

David merubah posisinya. Ia tak lagi duduk di lantai, kini ia naik ke atas tempat tidur.

“Agama kita sama. Kamu tidak perlu khawatir.” Jawab David lantang, agar Sari tidak merasa ada berbedaan besar yang akan menghalangi mereka untuk bersama.

“Bukan hanya itu, walaupun itu memang prinsipil. Tapi masih banyak lagi perbedaan kita.” Ucap Sari sambil berjalan kesana kemari. Lalu berdiri di hadapan David.

“Kamu tahu kebiasaan burukku banyak. Mungkin kamu akan jijik melihatnya.” Jelas Sari.

“Nih, ya. Aku suka ngupil, seperti ini.” Sari mempraktikannya.

“Terus, aku sering kentut sembarangan. Ya.. mungkin menurutmu itu hal menjijikkan, tapi buatku kentut itu sehat, karena dengan kentut, gas yang penuh di lambung, sedikit keluar, dan itu bagus.” Sari menampilkan ibu jarinya.

“Di keluarganku, bersahut-sahutan kentut di pagi hari adalah hal biasa.”

“Bagaimana? Apa masih berkenan menikah denganku Mr, Osborne?” Tanya Sari dengan menampilkan senyum liciknya.

David terus menatap Sari yang dari tadi berbicara. Bibirnya pun terus mengembang senyum, sambil sedikit tertawa kala ekpresi Sari yang lucu ketika menyampaikan semuanya tadi.

“Apa kamu sering persentasi?” Tanya David, yang tidak perlu menunggu jawaban dari Sari, langsung berkata lagi.

“Persentasimu di terima. Aku tetap akan menikahimu, walau dengan semua perbedaan yang kamu sebutkan tadi. Well, aku suka wanita yang sering kentut.”

Sari menepuk jidatnya. “ya ampun, dosa apa aku ketemu cowok seperti ini.”