Transmigrasi Aletta ( Antara Kebebasan Dan Komitmen )

¥¥¥¥¥¥¥¥

"Apa maksud dokter dengan saya yang mengalami henti jantung"ucap Alettha yang masih belum percaya jika Vanesha sempat mengalami henti jantung sebelum operasi donor jantung tersebut dilaksanakan.

"Itu benar nona , sesaat sebelum saya menganti jantung anda dengan jantung milik wanita itu , anda tiba tiba mengalami shock hingga membuat jantung anda berhenti berdetak , anda pasti tahu bukan .. jika akan melakukan operasi donor jantung si pasien harus dalam keadaan sehat"

"Dan bila pasien mengalami masalah saat operasi berlangsung , maka akan percuma saja jika kita melanjutkan operasi itu , namun entah kenapa saat itu saya memiliki keyakinan jika anda pasti akan baik baik saja saat saya selesai melakukan operasi , dan hal itu terbukti benar sekarang"

Jelas dokter Gery panjang lebar mengenai kondisi Vanesha waktu itu.

"Lalu bagaimana sekarang jantung saya masih bisa berdetak , sedangkan kondisi saya waktu itu .."

"Hal itu bukankah anda sendiri yang lebih tahu"ucap dokter Gery menyela perkataan Alettha.

"Jadi ..."

"Siapapun anda , yang jelas saya senang melihat anda yang sekarang , jika tuan Sebastian sampai tahu jika sang cucunya mengalami mati organ , mungkin dia akan merasa sedih , meski operasi itu berlangsung dengan baik , namun nona sempat meminum obat pelumpuh saraf dan bisa di pastikan jika anda tidak akan bisa bangun seperti sekarang"

Mendengar penjelasan dokter Gery membuat Alettha menghela nafas lelahnya , dia tidak bisa membayangkan jika dia sampai ada di posisi Vanesha saat itu , dan hal itulah yang membuat Vanesha memilih menyerah dengan penyakitnya ketimbang harus berjuang untuk tetap hidup.

"*Sebegitu menderitanya lo Vanes , pantes aja lo memilih menyerah , dan lo tenang aja .. gue akan buat orang yang membuat lo menderita juga merasakan hal yang sama , gue janji* .." batin Alettha.

"Dokter Gery , bisakah anda tetap diam dengan hal yang sudah anda ketahui , kakek pasti akan sedih jika tahu sang cucu memilih menyerah dengan hidupnya"sambil memohon menatap dokter Gery.

"Anda tenang saja , hanya saya yang tahu mengenai hal ini"sambil tersenyum kearah Alettha.

"Terimakasih"sambil tersenyum balik ke pada dokter Gery.

"Dan untuk Al .. saya tidak yakin bisa selalu dekat dengannya , bila dia tahu jika saya bukanlah orang yang dia cintai , dia pasti akan langsung membunuh saya"ucap Alettha lagi saat ingat mengenai Altezza yang begitu mencintai Vanesha.

Namun dengan temperamennya sekarang Alettha yakin jika Altezza tidak akan pernah memaafkan dia yang sudah membohongi nya.

"Saya pikir itu tidak pernah terjadi nona"

"Bagaimana anda bisa seyakin itu?"bingung Alettha melihat kearah dokter Gery.

"Hanya firasat , jika anda tidak percaya maka anda bisa buktikan sendiri"sambil tersenyum penuh arti pada Alettha , lalu kemudian dia beranjak dari duduknya.

"Kenapa saya jadi ragu?"ucap Alettha yang menatap curiga dokter Gery yang sudah mulai berjalan menjauh.

"Sebentar lagi tuan muda akan siuman , lebih baik anda segera kembali keruang rawat tuan muda , takutnya dia akan mengamuk lagi"ucap dokter Gery sebelum dia benar benar pergi meninggalkan Alettha yang masih duduk di kursi itu.

"Kayaknya gue memiliki firasat buruk"gumam Alettha yang kemudian beranjak dari duduknya , lalu dia kemudian berjalan mengikuti dokter Gery yang sudah tidak terlihat lagi.

**€€€€€€**

**Di sebuah klub ternama di kota**.

Seorang wanita terlihat sedang asik menikmati minumannya seorang diri di salah satu meja yang ada di klub tersebut , dia bahkan mengabaikan tatapan lapar para laki laki hidung belang di sana , yang seolah itu hal yang sudah biasa dia terima saat dia berada di klub tersebut.

Hingga selang beberapa lama dia minum di sana , seseorang terlihat menghampiri wanita itu lalu dengan seenaknya dia memecahkan satu botol yang sudah kosong tepat di depan wanita itu.

"Apa apaan lo ha!!"marah wanita itu menatap nyalang orang di hadapannya.

"Lo yang apa apaan Alissya , gara gara lo Riska sampai mati!!"ucapnya tak kalah marah pada wanita dengan pakaian seksi yang ada di hadapannya yang sayangnya dia adalah Alissya sahabatnya.

"Apa maksud lo Siska , dateng dateng malah marah marah enggak jelas kayak gini"kesal Alissya yang tak terima di salahkan.

"Nih lihat"sambil menyerahkan beberapa lembar foto yang dia dapatkan dari paket orang yang tidak dia kenal kemarin.

Alissya yang merasa penasaranpun mengambil foto foto tersebut , dan dia membelalak saat tahu siapa yang ada di foto itu , dan parahnya dia dalam kondisi yang mengenaskan hingga membuat Alissya gemetar dan langsung terduduk di sofa yang dia duduki tadi.

"Gue enggak bisa ngebayangin akan seperti apa hidup gue setelah ini hiks .. hiks .."ucap Siska yang kemudian menangis saat tahu jika sang sahabat tewas dengan begitu mengenaskan akibat mereka yang tidak sengaja menyinggung seorang Altezza.

"I .. ini pasti tidak benar"ucap Alissya yang masih tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Siska.

"Jika lo masih tidak percaya , maka lo bisa lihat berita pagi tadi , dan itu semua akibat dari kami yang ngebantuin lo waktu itu , dan mungkin setelahnya gue yang akan menjadi target mereka"ucap Siska sambil tersenyum getir saat tahu jika apa yang terjadi pada Riska pasti juga akan terjadi padanya.

"Kenapa lo jadi nyalahin gue?"ucap tak terima Alissya.

"Apa lo enggak ingat soal Altezza yang muncul hari itu , dan lo pasti tahu bukan jika ada sebuah rumor soal Altezza"sambil menatap Alissya yang terlihat sedang mengingat sesuatu.

"Memang kenapa , enggak mungkin kan si Altezza ngebela cewek sialan itu sampai harus melakukan semua ini"

"Terserah lo percaya atau tidak , kita berdua hanya sedang menunggu antrian sebagai bahan mainannya Altezza , dan gue harap lo enggak membuat keadaan semakin lebih parah"ucap Siska mengingatkan Alissya yang kemudian pergi begitu saja dari sana.

Namun sepertinya Alissya tidak menganggap serius dengan apa yang di bicarakan oleh Siska , malah sekarang dia semakin benci dengan penyebab dia mengalami kejadian seperti itu.

Tanpa tahu saha jika ada yang sedang mengintai dirinya sedari tadi , dan mungkin setelahnya salah satu diantara mereka adalah korban selanjutnya dari Altezza.

**££££££**