* * *
Gadis cantik dengan mata teduh, hidung mancung dan kulit putih selembut sutra itu bernama Maria Shanna. Wanita berusia 22 tahun yang dulunya menjalani hidup bak seorang putri ...
Namun, dalam sehari gelarnya berubah menjadi Mommy, Daddy dan juga kakak untuk kedua adiknya. karena kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan tragis.
Shanna yang saat itu masih duduk dibangku SMA kelas dua dipaksa kuat untuk menjadi sandaran bagi adik-adiknya.
Kehidupan Shanna dan kedua adiknya berubah 360 derajat ...
Hingga empat tahun berlalu, Shanna akhirnya bertemu pria bernama Dave Abraham, seorang CEO dan juga ketua mafia.
Pria dingin dan angkuh yang memintanya menjadi istrinya karena kesalahan yang mereka lakukukan membuahkan hasil ...
Tanpa Shanna ketahui, Dave menikahinya hanya untuk mendapatkan hak atas bayi yang dikandungnya ...
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Mampukah Shanna membuat Dave bertekuk lutut di hadapannya?
* * *
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sgt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
#Flashbackon
"Anda sudah sadar nona?" Sapa seorang suster begitu Shanna membuka mata.
"Ak-aku dimana?" Sebenarnya Shanna sudah tau berada dimana karena telah mencium aroma khas rumah sakit.
"Beberapa orang menemukan anda pingsan di depan lift, apa anda mengunjungi pasien? Kami tidak menemukan tas atau identitas apapun tentang anda nona." Tanya suster lagi.
Shanna mengangguk pelan. "iya sus, adikku dirawat disini. Tolong cabut ini sus, aku baik-baik saja." Pinta Shanna ingin jarum infusnya dilepas.
"Sebentar lagi ya nona, kondisi anda masih lemah, kasihan bayi nya." Shanna mengerutkan kening.
"Sebaiknya anda memeriksakan kondisi anda pada dokter obgin. Agar anda bisa tau lebih jelas kondisi kesehatan janin." Suster itu kembali berbicara dengan nada yang sangat lembut.
Shanna bergetar, lidahnya kelu tak mampu berucap sepatah katapun.
"Nona, apa anda baik baik saja?"
"i-i-yaa ... su-su-suster, ap-apa maksud anda ak-ku hamil?" Shanna bergetar.
"benar nona, apa anda tidak tau?" tanya suster sedikit heran.
Shanna sudah tidak lagi mendengar perkataan yang diucapkan suster itu. Tulang-tulangnya serasa lepas dari persendian, seolah hantaman batu besar memenuhi rongga dadanya, begitu sesak sakit dan sedih Ia rasakan secara bersamaan.
Rasanya nasib begitu asyik mempermainkan hidupnya. Wanita cantik itu hanya mampu menangis tanpa suara hingga sepersekian detik kembali tak sadarkan diri.
*
*
Dua puluh menit berlalu ...
Shanna perlahan membuka mata.
Cairan bening kembali lolos di pipi mulusnya begitu ia menyadari masih berada di tempat yang sama. "ini nyata, ini bukan mimpi." Lirihnya melihat suster tadi masih setia berada disampingnya berbaring.
"Nona, entah apa yang sedang anda alami. Tetapi, aku harap anda tidak mengabaikan janin di kandungan anda."
Apa nona belum makan? kondisi tubuh anda masih sangat lemah, dan hal ini akan berbahaya terhadap kesehatan janin." Terang suster memberi pengertian pada Shanna yang tengah menangis tersedu.
Shanna mengangguk pelan, "Aku lapar sus."
"terimakasih nona, aku suapi yaa." Tawar suster baik itu diangguki Shanna.
"Apa nona mau aku antarkan ke bagian obgin?"
"Apa boleh sus?" Shanna tersenyum simpul.
"Tentu saja boleh. Anda habiskan makanan ini dulu ya. Setelah air infusnya habis baru kita pergi."
Shanna kembali mengangguk ...
* * *
Dan disinilah mereka berada, didalam ruangan dokter obgin.
Shanna tengah berbaring memandangi layar monitor di hadapannya.
dengan seorang dokter paruh baya berdiri tepat di samping ranjang, sembari mengoleskan jel pada perut Shanna yang masih rata. Kemudian mulai menggerakkan sebuah alat kecil kekiri dan kenan bersama jel yang baru saja ia oleskan.
Tidak lupa suster baik yang sejak tadi terus menemani Shanna. Ya, Shanna sangat bersyukur selalu dipertemukan dengan orang baik disaat seperti ini.
"Nona, lihatlah kedua titik kecil itu, mereka adalah milikmu." Perkataan dokter kembali membuat Shanna shock, ia masih berharap salah memahami.
"bayinya kembar dok?" tanya suster terlihat senang.
"Iya, selamat ya nona. Usia kandungan anda sekitar tujuh minggu dan keduanya sehat, anda sangat beruntung dianugerahi dua sekaligus. Banyak pasangan di luar sana berjuang untuk memiliki bayi apalagi ini bayi kembar."
"Selamat nona Shanna." Ujar suster menimpali.
sementara Shanna kembali terpaku atas kenyataan hidup yang menghantam, rasanya ia ingin menghapus memori hari ini dari ingatannya. Takdir telah mempermainkan hidupnya berulang kali tanpa ampun.
#flashbackoff
*
*
Sementara dari arah balkon rumah sakit, tepatnya di ruangan VVIP tempat Natasya dirawat, tampak Dave memandangi seorang wanita yang tengah duduk di taman.
Dave memegangi dadanya yang tiba tiba terasa penuh dan sesak. Matanya berembun, jantungnya berdegup begitu kencang. "ada apa ini?" Lirihnya.
"Apa ini ... kenapa aku menangis! Sial." Kesalnya seketika menepis jejak air mata yang entah mengapa keluar tanpa ia minta.
"Apa yang dilakukannya disana? apa dia tidak takut berada ditempat sunyi seperti itu? Dasar bodoh, selalu saja menciptakan bahaya untuk dirinya sendiri." Gumam Dave kesal.
Dave memang tidak bisa melihat jelas apa yang sedang dilakukan wanita itu, karena jarak yang cukup jauh serta posisi duduk yang membelakanginya.
tetapi ia tau dengan jelas siapa pemilik tubuh indah tersebut, tubuh yang dua bulan lalu ia jamahi beberapa kali dalam waktu lima jam.
Ya, wanita itu adalah Shanna. Sejak peristiwa tersebut, bohong jika Dave tidak pernah memikirkannya.
Pria dingin itu selalu dihantui bayangan Shanna yang menangis dan mend*s*h di bawah kungkungannya, ia berfikir bahwa itu hanya rasa bersalah karena Shanna tidak mau menerima imbalan darinya.
Dave bahkan sudah tidak pernah lagi berimajinasi bersama Laura. Setiap kali ia ingin menyalurkan hasratnya, bayangan Shanna lah yang selalu muncul dalam imajinasinya, membuatnya semakin frustasi dan melampiaskan amarah pada apapun yang terlihat salah dimatanya.
*
*
Menyadari malam sudah semakin larut Shanna memutuskan untuk kembali keruangan tempat Shannon dirawat.
begitu tiba, ia menangkap sosok sang adik yang telah bangun dan sedang disuapi makanan oleh bi Lala.
Shanna berlari kecil menghampiri sang adik, memberi pelukan serta kecupan pada seluruh wajah Shanoon.
"Terimakasih sayang, terimakasih sudah bangun."
"Maafkan aku kak, andai saja aku mendengarkan kakak." Lirih Shannon menunduk, ia merasa bersalah karena sudah membuat kakaknya bertambah repot.
"Hey, jangan menangis ... kau tidak salah sayang, seharusnya kakak lebih memahamimu, maafkan kakak yaa ...." Ucap Shanna menenangkan adiknya.
"Sekarang makanlah lalu minum obatmu dan setelah itu istirahat lagi, agar adik cantik kakak ini cepat sehat kembali. Kau tidak ingin melihat kakak sedih kan?" Ucap Shanna sembari tersenyum lebar.
wanita itu benar benar cocok menjadi aktris, padahal satu detik sebelum masuk ruang rawat Shannon ia masih begitu lemah tak berdaya. Namun berubah 180 derajat setelah berhadapan dengan adiknya.
"Ia kak, aku berjanji akan segera sehat." Jawab Shannon mengangguk mantap. Ia tidak ingin berlama-lama di rumah sakit. Meskipun usianya masih terbilang kecil, tetapi ia sangat paham bahwa akan menghabiskan uang banyak jika masih lama berada di tempat ini seperti sebelum-sebelumnya.
"nona, sebaiknya nona kembali ke mansion dan beristirahat di sana, biar nona Shannon bibi yang urus." bi Lala menengahi pembicaraan kedua majikannya.
"Apa bibi tidak membawakan baju gantiku?"
"ada nona."
"Ya sudah, Shanna akan tidur disini saja bersama bibi dan Shannon. Lagi pula di mansion tidak ada siapa-siapa." Jawab Shanna mendapatkan sorak sorai dari adik nakalnya, dan bi Lala yang juga tersenyum lalu mengangguk.
*
*
*
"Bi ... Shanna titip Shannon yaa. Dokter sudah mengijinkan nya pulang siang ini, nanti Shanna yang akan menjemput kalian." Ucap Shanna buru-buru, pasalnya ini sudah jam sembilan pagi sementara ia belum berada di lokasi proyek.
"sarapan dulu nona." Tawar bibi menyodorkan roti selai pada Shanna.
"biar Shanna makan di jalan saja, terimakasih ya bi ...." Shanna pamit pergi setelah sebelumnya memberi pelukan pada bibi dan kecupan sayang pada sang adik yang masih tertidur lelap.
sepatu hak setinggi 5 cm, celana kulot serta kemeja oversize bergaris putih dan baby blue yang dimasukkan bagian depannya pada celana, serta lengan kemeja diangkat sebatas siku.
Rambut panjangnya diikat asal dengan anak rambut yang menjuntai di wajah cantik nya, menambah kesan mahal pada wanita anggun yang tengah berlari kecil kearah luar rumah sakit, tentu saja wanita itu adalah Shanna."
"Brruuuuuk ...."
*
*
*
semoga dilancarkan segala urusannya...
ditunggu bab selanjutnya...
di tunggu kelanjutan karya terimakasih