(Sequel of Cinta Gavesha)
Chandra Arlando hampir lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Karena rasa sakit akibat pengkhianatan dari sang kekasih, nampaknya begitu sulit untuk disembuhkan. Semenjak saat itu Chandra memilih untuk menutup hatinya pada wanita siapapun. Hingga suatu saat ia mengenal Gavesha, namun sayang gadis itu mencintai Sagara sahabatnya.
Chandra merasa frustasi, cintanya selalu bertepuk sebelah tangan. Sampai ia berpikir kalau Tuhan tidak mengizinkannya untuk jatuh cinta. Sampai pada akhirnya, Chandra dipertemukan dengan Gricella. Gadis angkuh dan sombong yang nyatanya akan menjadi rekan bisnisnya.
Seiringnya waktu, benih-benih cinta dalam diri Gricella terhadap Chandra pun tumbuh. Chandra pun tahu bahwa gadis itu mencintainya, namun karena kehadiran cinta dari masa lalu Chandra membuat Gricella terluka. Akankah Chandra meminta maaf pada Gricella dan menerima cinta gadis itu? Ataukah Chandra kembali pada cinta lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Hyungsik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Pendekatan
Gricella begitu malu dan merasa bersalah karena telah berburuk sangka terhadap Chandra. Tapi tunggu! Berburuk sangka bagaimana? Bukankah Gricella dan Chandra tidak memiliki hubungan apa-apa selain rekan bisnis? Lalu kenapa Gricella berpikir seperti itu.
Entahlah, gadis itu nyatanya memiliki perasaan yang sulit diartikan oleh dirinya sendiri. Gricella merutuki dirinya saat memiliki pikiran buruk tentang Chandra dan Karina. Berpikir buruk kalau mereka adalah sepasang kekasih. Namun nyatanya bukan.
Gricella selalu salah tingkah saat berbincang dengan Karina. Gadis itu benar-benar gugup di hadapan Karina, aneh tapi itulah yang dirasakan Gricella saat ini.
"J-jadi kamu ini adik kandung Chandra?" tanya Gricella.
Karina mengangguk. "Iya, aku adik perempuan satu-satunya yang Mas Arlan miliki," jawab Karina.
Dahi Gricella berkerut. "Arlan?" ulang Gricella bertanya pada Karina.
"Itu nama panggilanku sejak kecil," celetuk Chandra yang sedang fokus dengan makanannya.
Gricella pun langsung menoleh ke arah Chandra. "Aku baru tahu, maaf!" lirih Gricella.
Karina tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Tenang Mbak, santai saja." Karina berucap sambil menepuk pelan. punggung tangan Gricella.
"Sudah sebaiknya kamu makan. Tadi asistenmu bilang kalau kamu belum makan siang," ucap Chandra yang membuat Gricella bungkam.
Padahal baru saja ia ingin menjawab ucapan Karina. Namun Chandra lebih memilih untuk memintanya makan terlebih dahulu.
Mereka pun menikmati makan siang yang tertunda itu. Gricella masih bingung kenapa Chandra dipanggil Arlan oleh Karina. Gricella pun terus memperhatikan Chandra yang tengah asyik menikmati makan siangnya. Ada rasa ragu dalam dirinya, antara ingin bertanya atau tidak. Namun, rasa ingin tahunya itu sangat tinggi.
Gricella sedikit memajukan tubuhnya. "Eum, Chan. Boleh aku bertanya?" tanya Gricella.
Chandra yang duduk di depannya pun melihatnya dengan satu alis yang terangkat. Sementara Karina hanya diam dan memperhatikan keduanya saja.
"Kau ingin bertanya apa?" Chandra balik bertanya.
Gricella menggigit bibir bawahnya. "Mmm, kenapa namamu bisa ada dua? Chandra dan Arlan," tanya Gricella agak ragu.
Karina menahan tawanya, hingga menutup mulutnya dengan satu tangannya. Sementara itu Chandra hanya tersenyum miring dan sedikit menegakkan tubuhnya.
"Apakah kau tidak lupa nama lengkap aku? Chandra Arlando, dan nama Arlan itu dari nama belakangku. Bapakku sangat suka memanggilku Arlan. Bukan hanya Bapak saja tetapi hampir seluruh warga yang tinggal dekat rumahku di kampung memanggilku Arlan."
Chandra menjelaskan semuanya, karena ia tidak ingin ada orang yang bingung dengan nama panggilannya. Terkadang 'kan yang nama netizen, masalah kecil saja suka dibesar-besarkan. Karina mengulum senyumnya saat melihat ekspresi wajah Gricella saat sang kakak menjelaskannya.
"Aku harap Mbak Gricella tidak bingung lagi, ya! Jangan seperti teman-temannya Mas Arlan, mereka selalu bingung saat manggil Mas Arlan kalau mereka sedang main ke rumah." Karina pun akhirnya tertawa.
Gadis itu teringat dengan kedua sahabat Chandra, yaitu Marvin dan Langit. Saat pertama kali mereka datang, keduanya bingung saat mendengar Karina dan Ayu memanggil Chandra dengan nama Arlan. Gricella pun terlihat malu dan hanya bisa tersenyum malu.
"Mungkin yang memanggil Mas Arlan hanya orang yang berasal dari kampung kami saja, Mbak. Kalau di Jakarta mungkin semuanya memanggil Mas Arlan dengan nama Chandra," ujar Karina.
"Istilahnya nama kerennya tuh Chandra," tambah Karina.
Chandra yang mendengar itu pun langsung melempari Karina tisu. "Ngawur! Emang itu nama asliku," protes Chandra.
Karina dan Gricella hanya bisa tertawa melihat kekesalan Chandra. Gricella tertegun saat melihat pria itu tertawa, walaupun bukan dengan Gricella. Tetapi gadis itu merasa sangat senang bisa menemukan momen langka seperti ini.
"Ternyata dia juga bisa bercanda dan tertawa lepas seperti ini," gumam Gricella dalam hatinya.
*
Hari pun berlalu, semenjak perkenalan Gricella dengan Karina Jum'at minggu lalu. Gadis itu semakin yakin dengan dirinya untuk terus berjuang mendapatkan hati Chandra. Seperti hari ini Gricella kembali mengirimkan bekal makan siang untuk Chandra di kantornya.
Chandra pun yang memiliki pemikiran biasa saja tentu menerimanya, pikir Chandra hanya menghargai apapun pemberian dari seseorang. Terlihat Chandra sibuk mengutak atik ponselnya, sepertinya pria itu sedang berkirim pesan.
Tidak lama ponselnya pun berdering, sebuah panggilan dari gadis yang mengirimkan bekal makan siang padanya.
"Assalamualaikum," ucap Chandra saat menerima sambungan telepon tersebut.
"Waalaikumsalam, Chan. Bekalnya sudah sampai, ya?" tanya Gricella.
"Hmm, sudah. Terimakasih, seharusnya kamu tidak perlu repot-repot mengantarkan makanan untukku!" jawab Chandra bernada sedikit menolak.
"Aku tidak merasa direpotkan, aku senang membuatkanmu bekal makan siang."
Dahi Chandra berkerut. "Kau yang membuatnya?" tanya Chandra yang seakan tidak percaya.
"Iya, aku yang membuatnya. Tapi dibantu koki disini, hehe." jawab Gricella sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Chandra tersenyum tipis seakan Gricella dapat melihatnya. "Ya sudah! Sekali lagi aku ucapkan terima kasih untuk bekalnya," ujar Chandra.
"Iya, sama-sama."
Chandra pun mengakhiri panggilan telepon tersebut. Lalu ia memilih melanjutkan pekerjaannya. Sementara itu Gricella sedang tersenyum malu sambil menatap layar ponselnya. Dimana ada foto Chandra di layar ponselnya, gadis itu diam-diam secara diam-diam.
"Hmm, kenapa kamu tampan sekali sih?" kagumnya saat menyentuh layar foto Chandra di layar ponselnya.
"Aku harus mendapatkan hatimu!" gumamnya pelan.
Namun detik kemudian, tercetak jelas wajah murih dari gadis itu. Senyum yang tadi lebar kini kian surut, saat mengingat sesuatu.
"Tapi entah kenapa aku merasa kalau kamu itu sangat sulit untuk ditaklukkan,"
"Apa ini perasaanku saja atau memang ada seseorang yang masih kau cintai?"
Gricella menghela nafas gusarnya. "Jika benar, pantaslah kamu selalu bersikap dingin dan datar padaku."
Gricella terus berbicara sendiri, seakan Chandra sedang berada di hadapannya. Tatapannya berubah sendu menatap foto Chandra yang menjadi wallpaper layar ponselnya.
Menjelang sore, Gricella memutuskan untuk segera pulang. Setelah berpamitan dengan Soraya, Gricella segera meninggalkan restorannya dan segera menuju parkir mobil.
Beberapa menit menempuh perjalanan, Gricella nampaknya memilih mampir ke sebuah toko kue terlebih dahulu. Gadis itu membeli satu kotak kue tiramisu dan juga brownies coklat. Setelah membayarnya, Gricella segera kembali melanjutkan perjalannya.
Jalan sore ini terlihat begitu padat. Mengingat jam segini memang rawan macet, karena hampir semua orang pulang bekerja.
Hampir satu jam Gricella berada di jalan raya, kini dirinya telah tiba di depan rumah minimalis. Setelah tadi hampir nyasar karena mencari rumah yang ingin disinggahi olehnya. Gricella tersenyum lebar menatap rumah tersebut, namun jantungnya berdetak begitu kencang. Ini pertama kalinya gadis itu datang ke rumah Chandra.
Ya, saat ini gadis itu mulai menjalankan misinya. Yaitu mendekati keluarga Chandra terlebih dahulu. Gricella beruntung memiliki kakak yang ahli dalam mencari alamat dan informasi lengkap lainnya tentang seseorang yang sangat ingin diketahui.
Gricella meminta Devano untuk mencari tahu dimana Chandra tinggal dan seluruh informasi yang dimiliki oleh Chandra. Namun sayangnya Devano hanya memberikan informasi Chandra pada Gricella hanya sebatas tempat tinggal dan bagaimana sikap pria itu saja. Devano tidak mencari tahu tentang kisah cinta dari masa lalu Chandra.
Gricella menekan bell pintu rumah Chandra, jantungnya semakin berdegup kencang. Hari pun sudah mulai hampir Maghrib, ia semakin ragu akan kedatangannya di jam segitu. Saat dirinya dilanda keraguan, seseorang membuka pintu rumah itu.
Gricella tertegun menatap wanita paruh baya yang mengenakan hijab syar'i berdiri di hadapannya. Cantik dan terlihat masih begitu muda, itulah hal yang pertama ada di pikiran Gricella.
"Maaf, mau cari siapa ya?" tanya Ayu.
Gricella tergagap, bahkan ia hampir kesulitan menelan salivanya.
"Eum, a-assalamualaiku."
Ayu tersenyum. "Waalaikumsalam, mau cari siapa?"
Entah dorongan darimana, tiba-tiba saja tangannya terulur untuk bersaliman pada Ayu. Ayu pun membalas uluran tangan Gricella seraya tersenyum pada gadis itu.
"S-saya Geicella, Tante. S-saya teman Chandra. Chandra nya ada?" tanya Gricella.
"Sebaiknya kamu masuk, ya. Sebentar lagi mau adzan," Ayu mempersilakan Gricella untuk masuk kedalam rumah.
"Chandra belum pulang, dia masih berada di kantornya. Ayo, silakan duduk!" Ayu berkata sembari meminta Gricella untuk duduk.
Keduanya pun kini telah duduk bersisian dengan jarak cukup jauh. Ayu pun menelisik penampilan Gricella saat ini. Beruntung gadis itu tidak sedang mengenakan pakaian seksinya. Hari ini Gricella sedang memakai pakaian santai dan terbilang biasa saja untuk seukuran gadis seperti Gricella. Ia memakai kemeja putih lengan panjang yang dimasukkan ke dalam celana kulot berwarna navy.