Seorang istri yang merasa lelah dengan tingkah suami serta keluarganya. Hatinya begitu sakit melihat sang suami lebih menyayangi keponakannya di banding anaknya sendiri. Arumi layaknya seorang pembantu di dalam rumah mertuanya sendiri.
Suatu hari tanpa sengaja iya melihat putri kecilnya terjatuh karena didorong oleh keponakannya ingin meminta pertolongan, namun siapa sangka malah suaminya memilih membantu dan mengendong keponakannya tersebut. Puncak dari semua, ketika suami Arumi datang. kerumah membawa Siska pulang kerumah dan mengenalkannya sebagai calon istri Nico.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvazkha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS 11
Arumi kembali ke kamar putrinya. Dia ingin segera menghubungi sang kakak, untuk membantu menyewakan pengacara. sebenarnya dia sendiri juga bisa. tapi waktu dan keadaan yang membuatnya tidak bisa berbuat banyak untuk saat ini.
*ya, hallo ada apa Arumi? tumben banget kamu hubungi kakak?.*tanya Jonathan pada sang adik.
*kak, bisa Carikan aku pengacara yang handal. Yang bisa mengurus perceraianku. dengan cepat dan tanpa ada drama?" tanya Arumi pada Jonathan.
*kau sudah yakin ingin menggugat cerai tuh laki? Bukannya kamu cinta mati ya sama dia?* sindir Jonathan.
*ayolah kak, aku serius. aku ingin segera lepas dari mereka. Aku sudah tidak bisa jika harus bertahan lebih lama dengan mereka!*jawab Arumi yang sudah merasa sedikit frustasi.
*baiklah, kapan kamu punya waktu luang. kamu bisa bicarakan nanti bersama dengan beliau secara lansung *
*nanti siang aku free kak. Lagian hari ini aku cuti kerja. Aku mau nemenin Michelle dulu sambil nunggu sus Neni* jawab Arumi dengan yakin.
*kalau begitu kakak hubungi dulu pengacara kakak. Nanti kakak tanyakan juga persyaratan apa saja untuk mengajukan cerai* Jonathan menghela nafas panjang.
Arumi sendiri sebenarnya juga faham apa yang di rasakan kakaknya saat ini. tapi dia tidak mau bertahan dengan keluarga benalu dan mokondo seperti mereka. Jadi, Arumi memilih jalan ini untuk segera terlepas dari jeratan Nicholas dan juga keluarganya.
Sedangkan Nicholas sendiri, segera ke ruang makan. Sungguh saat ini perutnya sudah sangat lapar. Nicholas sama sekali tidak tahu jika mama serta kakak iparnya tadi sempat bersitegang.
sampai di meja makan. Nicholas terkejut karena tidak ada makanan yang bisa dimakan. Padahal dia sudah sangat lapar. " Arumi, Rumi, dimana kamu" teriak Nicholas karena tidak melihat sang istri ada di dapur.
Padahal biasanya Arumi akan bertahan di dapur sampai keluarganya selesai sarapan. Tapi ini meja makan malah kosong tanpa adanya makanan yang ada di atasnya. Hingga membuat Bu Sartika dan juga Monica datang berhamburan.
"ada apa Nic, kenapa kamu teriak teriak?" tanya Bu Sartika pada Nicholas.
"kenapa mamanya sudah habis saja. Kenapa kalian tidak menungguku untuk sarapan bersama?" tanya Nicholas yang menunjuk meja makan yang telah kosong.
"makanan apa yang kamu maksud. orang mama saja dari tadi masih belum sarapan. Kamu tahu Nic. istri kamu tidak mau masak dan membereskan rumah. Lihatlah, rumah masih berantakan dan juga tidak ada makanan yang tersaji" ujar Bu Sartika.
"benar kata mama Nic. istri kamu itu udah mulai membangkang. bahkan dia juga mulai perhitungan. Hanya karena di dalam kulkas sudah tidak ada bahan makanan yang bisa di masak. Dia tidak mau membeli sayur dan juga memasak. dia mau belanja jika mama memberikan uang untuk belanja. Jika tidak ya di tidak mau. Dia juga tidak mau lagi membereskan rumah. lihatlah rumah sudah sangat berantakan. Wastafel dapur juga penuh cucian piring kotor. Tapi dia sama sekali tidak peduli" jawab Monica yang melebih lebihkan.
"dasar kurang ajar. Padahal dia aku kasih yang 5 juga. tapi masih saja kurang. Memang benar benar boros itu perempuan. tidak salah jika aku ingin segera bercerai dan menikah dengan Siska" ujar Nicholas yang tersulut emosinya.
"kalau kamu mau marah. Sana kamu marah i Arumi sekarang. Dia ada di kamar anak tak tahu diri itu" ujar Bu Sartika.
Tanpa banyak kata, Nicholas langsung menuju ke kamar putrinya. Dia berusaha masuk, tapi pintu sengaja di kunci dari dalam. sehingga membuatnya semakin kesal. Nicholas menggedor pintu kamar putrinya sampai suara tersebut sedikit menggema di dalam kamar.
Michelle yang mendengar suara papanya yang tengah marah menjadi takut. Dia tidak pernah melihat papanya semarah ini. Yang sering dia lihat hanya saat papanya selalu penuh dalam menyayangi sepupunya tapi tidak dengan dirinya.
"ma, Michelle takut. Papa malah malah, Michelle takut papa akan pukul Michelle sama sepelti Tante dan nenek yang seling pukul Michelle" ujar bocah 3 tahun tersebut dengan polosnya. Air matanya sudah mengalir deras di pipi gembul nya.
deg
Arumi terkejut mendengar pernyataan yng keluarga dari mulut putrinya. Selama ini Michelle tidak pernah berkata apapun saat di tinggalnya pergi bekerja. mertua dan iparnya juga tidak terlalu cerewet saat dirinya harus menitipkan Michelle pada mereka. Tapi, hari ini, dia mendengar dari mulut putrinya jika dirinya sering di pukul.
"kapan Michelle di pukul sayang?" tanya Arumi yang menghiraukan suara ketukan pintu yang semakin keras.
"kalau Michelle tidak mau meminjamkan mainan pada Bella. Tante dan nenek akan selalu pukul Michelle. padahal mainan Michelle sudah di ambil semua sama Bella. Michelle cuma punya boneka dali uncle Jo, dan aunty Kaila. Tapi Bella masih saja mau ambil juga. Jadi Michelle tolak. Malah Michell yang di pukul" jawabnya dengan jujur.
"apa Michelle sering di pukul sama nenek dan Tante ?" tanya Arumi dengan penuh kesabaran. Dia mencoba mengalihkan perhatian putrinya agar tidak terpaku dengan suara pintu dan juga kemarahan sang suami.
"seling. Michelle pelnah ompol ma, nenek langsung pukul Michelle dan guyur Michelle pakai air. Michelle juga pelnah di kasih makan sisa dari Bella. Saat bella tidak habis makannya, Michelle suluh makan. katanya sayang kalau di buang. Michelle juga pelnah di suruh buang sampah di depan." dan masih banyak lagi yang di ceritakan oleh Michelle. Membuat Arumi murka. dirinya sudah baik dalam mengabdi untuk keluarga sang suami. tapi keluarga suaminya malah bersikap keterlaluan terhadap putrinya.
"kamu tunggu di dalam kamar. Tutup pintu dan kunci dari dalam ya sayang. Jangan lupa tutup telinga, jangan dengarkan apa yang ada di luar kamar. mengerti sayang!" ucap Arumi memberikan arahan kepada Michelle. Michelle mengangguk patuh.
Arumi keluar kamar dengan perasaan tak karuan. Dia sungguh sangatlah murka saat ini. Setelah mendengar cerita dari sang putri.
"akhrinya keluar juga kau Arumi. lelet sekali jadi orang. kenapa kamu tidak masak dan membereskan rumah?" tanya Nicholas pada Arumi.
"untuk apa aku melakukan hal itu?" jawabnya masih berusaha sabar dan menekan emosinya.
"heh, kamu itu menantu di rumah ini. sudah seharusnya kamu itu melakukan hal itu. Bukan malah berbuat semaunya seperti ini?" ujar Bu Sartika yang tak suka dengan perkataan Arumi.
"aku bukan satu satunya menantu di rumah ini. Rumah ini memiliki dua menantu. Aku disini kerja dan menghasilkan uang. seharusnya menantu yang tidak melakukan apa apa di luar rumah yang mengerjakan semua itu" jawabnya masih berusaha tenang.
"heh, lancang sekali kamu itu. Monica itu berbeda dengan kamu. Kamu hanya dari kelurga miskin, sedangkan Monica dari keluarga kaya. Jadi sudah sepantasnya dia di perlakukan dengan baik" jawab Bu Sartika membuat Monica merasa tersanjung.
"lalu apa yang sudah menantu kesayangan mama itu lakukan untuk keluarga ini. apakah dia menyumbang uang untuk seluruh kebutuhan di rumah ini. apa kah dia sudah memiliki peran dalam pekerjaan di ruang ini. bahkan sampai saat ini dia masih meminta uang pada suami ku. Lalu, apa gunanya keberadaanya jika hanya berdiam diri seperti itu?
Jika memang dia dari keluarga kaya. sudah seharusnya dia bisa memberikan mama uang yang sangat banyak. tapi ini malah sebaliknya. Dia masih mengharapkan yang dari adik iparnya. Yang notabene masih suami ku. Yang seharunya uang itu di berikan untuk aku dan putriku. Malah nyasar ke iparnya" jawab Arumi yang tidak mau kalah. sudah cukup dirinya yang selalu mengalah.