Diambang putus asa karena ditinggal sang kekasih saat hamil, Evalina Malika malah dipertemukan dengan seorang pria misterius. Adam Ardian Adinata mengira gadis itu ingin loncat dari pinggir jembatan hingga berusaha mencegahnya. Alih-alih meninggalkan Eva, setelah tahu masalah gadis itu, sang pria malah menawarinya sejumlah uang agar gadis itu melahirkan bayi itu untuknya. Sebuah trauma menyebabkan pria ini takut sentuhan wanita. Eva tak langsung setuju, membuat pria itu penasaran dan terus mengejarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Tak Bisa
Adam menatap Eva dengan mata sendu. Ia melangkah maju mendekati gadis itu. "Tapi tak ada yang benar-benar seperti dirimu, Eva." Pria itu menunduk menatap wajah Eva lekat.
"Apa?" Eva terkejut. "Apa maksudnya ini?"
"Eh." Adam seketika meralat kalimatnya. "Aku hanya nikah sekali, dan tentu saja tidak bermaksud untuk bercerai." Ia mengalihkan wajahnya ke arah lain. Terlalu rumit baginya, mengakui ia menyukai Eva.
"Eh, apa maksud perkataan Bapak, aku gak ngerti." Eva mulai bingung.
"Mana ada orang menikah untuk bercerai! Aku juga tak punya alasan untuk menceraikanmu. Bukankah kita baik-baik saja?" Sempat kesal karena Eva tak kunjung mengerti tapi Adam berusaha bicara baik-baik.
"Bukankah Bapak sendiri yang bilang, kalau aku tidak mau mengurus bayi ini, kita bercerai?"
"Tapi kamu 'kan keguguran, bukan kamu menolak mengurusnya. Iya, 'kan?" Adam berusaha mengelak. Biar bagaimanapun, apa yang dulu ia pernah katakan pada Eva, banyak yang kini ia sesali.
Eva terdiam membuat Adam panik.
"Kamu tidak berniat menggugurkannya, 'kan?"
"Iya, tentu saja, aku mana mungkin melakukannya." Gadis itu merengut karena merasa dituduh membunnuh darah dagingnya sendiri.
Adam lega. "Ya, karena itu kamu harus tetap di sini."
"Tapi ... bukankah Bapak butuh penerus? Aku tidak mau jadi penghalang masa depan Bapak ke depannya, jadi ... Bapak bisa ceraikan aku sekarang!"
"Eva!" Mata Adam membola.
"Apa lagi yang diharapkan dari aku, Pak? Bapak 'kan tidak suka disentuh wanita." Kini wajah Eva ikut-ikutan sendu.
Adam begitu gemas, tapi kondisi dirinya memang membatasinya untuk menahan gadis itu. Namun, Adam tak ingin ditinggal oleh Eva. Gadis itu terlalu berharga untuk dilepaskan. Saking kalapnya, Adam mendekat dan ... menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu.
Eva terkejut. Saat hendak mundur, tangan pria itu malah meraih bahunya. Alhasil Eva tak bisa mundur.
"Apa Pak Adam menyukaiku? Tapi ...." Eva bingung harus bagaimana. Apakah ia harus menolak atau menerima sapuan hangat di bibir ini begitu saja?
Dengan sekali sentakan, Eva mendorong tubuh Adam hingga ia bisa terlepas dari pegangan sang pria.
Adam terkejut. "Eva ...."
"Aku tidak mau hubungan kita jadi tidak jelas!"
"Tidak jelas bagaimana? Aku mencintaimu, Eva."
"Apa?" Diperhatikan lagi wajah pria itu, tapi Eva tak yakin dengan yang didengarnya. "Bapak suka aku? Eh, maksudku ... benar-benar cinta, begitu?"
Adam kaget, ia sendiri tak berencana secepat itu mengatakannya. "Eh, maksudku ...."
"Sudah, Pak! Aku tidak suka main hati begini!" Eva mulai kesal. Ia merasa dipermainkan.
"Aku tidak bohong, Eva!"
Eva memperhatikan lagi wajah pria itu. Benarkah Adam mencintainya? "Bapak jangan main-main, karena aku benar-benar bingung."
"Apakah kamu menyukaiku?"
Ditanya balik, giliran Eva yang kelabakan. Gadis itu bingung menjawabnya.
Pada saat itu Adam kembali mendekat. Ia meraih bahu gadis itu. "Apa aku harus buktikan aku menyukaimu?"
"Eh?" Kedua alis mata Eva meninggi.
Adam menarik Eva ke ranjang dan mendorongnya jatuh ke atas kasur. Kemudian ia merangkak naik.
"Pak ...." Eva panik.
"Katakan kamu menyukaiku, Eva. Iya, 'kan?" Pria itu sudah berada di atas tubuh sang gadis. Perlahan ia mendekatkan wajah mereka.
Eva bingung harus bagaimana. Wajah Adam makin dekat. Saat ia memejamkan mata, ia merasakan lembutnya sapuan bibir pria itu di kening. Eva membuka mata dan wajah pria itu mulai pindah ke ceruk lehernya. Tubuhnya menegang saat merasakan sang suami mulai mencumbbunya.
Sebenarnya saat itu Adam bermodal nekat melakukannya. Ia tak tahu sampai mana kemampuannya melawan trauma yang sudah membuatnya menderita selama lima tahun ini. Namun ia tak bisa kehilangan Eva. Ia tak mungkin sanggup.
Ketika hasraatnya mulai menguasai, ia melepas beberapa kancing atas kemeja istrinya dan melihat tubuh mulus gadis itu saat kemejanya tersingkap.
"Ah!" Adam menegakkan punggungnya. Pemandangan menjijikkan itu kembali terlintas di kepala. Matanya terlihat nanar. "Aku tidak bisa. Bagaimana ini?" Ia menghela napas frustasi sambil mengusap wajah dengan kedua tangan. "Ya ampun, aku harus bagaimana?"
Seketika wajah Eva merengut. Ia bangun dan dengan cepat mendorong Adam hingga jatuh ke samping sambil merapikan bajunya. Gadis itu turun dari ranjang sambil buru-buru mengancingi kembali bajunya dan merapikan kerudung yang mulai berantakan.
"Eva, tunggu!" Adam bergegas turun dan memeluk gadis itu dari belakang. Ia berusaha menahannya. "Eva ...."
"Pak, untuk apa menahanku? Kita tidak punya alasan lagi untuk bersama, iya 'kan?" Pahit memang. Bibir Eva sampai gemetar saat mengucapkannya.
"Tidak Eva, aku sangat mencintaimu. Tolong, jangan tinggalkan aku." Adam mendekap erat gadis itu dan menenggelamkan wajahnya pada kerudung sang istri. Ia sangat ingin bercinta, tapi tak sanggup melakukannya. "Eva ...," rengeknya.
"Bapak sendiri tidak bisa disentuh wanita, bagaimana bisa aku memberimu keturunan?" Wajah Eva semakin sedih mengingat hal ini.
"Asal bersamamu, aku tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa tidak punya keturunan." Janji Adam.
Mata Eva melebar. Ia memutar tubuhnya menghadap sang suami. Terlihat wajah sedih pria itu yang begitu tidak berdaya. "Tidak bisa begitu. Sebenarnya apa yang terjadi pada Bapak? Apa aku tidak bolehkah tahu penyebabnya?"
Dengan tubuh lemas, Adam bergerak mundur dan menghempas bokkongnya di pinggir ranjang. Matanya mulai menerawang jauh. "Lima tahun lalu kedua orang tuaku tewas jatuh dari lantai 10 sebuah gedung apartemen."
Kedua manik mata Eva membola dengan kedua tangan menutup mulutnya karena terkejut. Ia tidak menyangka kedua orang tua Adam meninggal dengan cara yang tragis.
"Itu semua berawal dari pesan singkat dari paman Lindon yang menyatakan ia dapat informasi, ayahku selingkuh di sebuah apartemen. Aku ke sana bersama ibu dan menyaksikan sendiri ayah bersama wanita itu di ranjang, tapi ayah menyangkalnya. Ayah dan ibu bertengkar hebat sementara aku syok melihat wanita itu yang setengah tak berpakaian. Saat aku melihat lagi, ternyata kedua orang tuaku telah loncat dari balkon entah apa yang terjadi. Aku mengejarnya tapi tak sempat menyelamatkan mereka berdua, tapi sejak saat itu, aku selalu merasa jijik setiap kali disentuh wanita. Bayangan wanita tanpa busana itu selalu mengganggu pikiranku."
"Jadi ... ayahmu selingkuh?" Eva mendekat dengan mata terbelalak tak percaya.
Adam menatap Eva. "Aku tidak tahu karena wanita itu menghilang sejak hari itu."
Eva iba. "Apa Bapak tidak ingin sembuh? Kenapa tidak datangi psikiater untuk menyembuhkan traumamu?"
Adam meraih pinggang gadis itu dan menyandarkan kepalanya di sana. "Aku mau, Eva. Asal bersamamu. Aku akan lakukan apa pun agar kamu tinggal."
Eva memeluk kepala Adam dan mengusapnya dengan lembut. "Ya, Bapak harus sembuh."
***
Dokter menyarankan agar Adam mencoba terus bersama Eva. Hanya itu jalan satu-satunya untuk melewati trauma itu. "Coba belajar untuk saling percaya. Ibunya juga harus belajar bersabar, ya Bu." Dokter wanita itu menepuk-nepuk punggung tangan Eva pelan.
"Iya, dok."
Saat keluar dari ruang praktek, Adam menggenggam tangan Eva dengan wajah sumringah. "Kamu mau makan apa? Kita jalan-jalan yuk!"
Eva melihat aneh pada Adam seperti yakin masalahnya akan terlampaui. "Tapi kalau tidak berhasil bagaimana?"
"Eva!" Adam mengerut dahi. Ia tidak senang gadis itu pesimis tentang masalahnya. Ia ingin dukungan tapi istrinya malah membuatnya mengingat lagi bahwa apa yang diusahakan mungkin saja tak berhasil. "Bukankah kamu ingin aku sembuh?"
"Tapi kita harus realistis, Pak. Bagaimana kalau ternyata Bapak tidak bisa menghilangkan traumanya? Bukankah mencari orang lain itu lebih baik?"
Bersambung ....
Terima kasih buat reader yang telah memberi banyak untuk novel ini. Terus dukung novel ini ya, biar author-nya semangat update. Salam, ingflora.
tapi aku nggak mau kalo cuma sekedar like👉🏻👈🏻
semoga semakin semangat updatenya akak othor!!🙏🏼💪🏼💪🏼
lagian siapa juga yang tahu klo Eva istrimu...
makanya dari awal lebih baik jujur,ini pake bilang sodara lagi
padal aku dari kemarin uda ngumpulin bab, biar bisa d baca maraton, taunya pas baca langsung hbis😭😭
"berharap ada adegan kissing nya"
pas scroll eeh malah ketemu iklan habib jaffar, langsung baca istigfar karena tau yg ku pikirkan itu dosaaaaa😭🤣🤣
ini masalahnya di keyboardmu apa emang kebijakan dari mt/nt?
sekedar nanya aja nggak ada maksud lain mak🙏🏼🙏🏼
nggak!
bapak gay?
anjroot, mau ku tabok kamu ev?!😭😭
adaaa aja gebrakannya ke' nasti sama iwabe