Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 Dugaan
Vanisa yang ketakutan langsung berlari yang tidak ingin menjadi sasaran dari orang yang tidak dia kenal yang telah membunuh seseorang tepat di depannya.
Dorrr
Pria itu alasan menembakkan ke arah Vanisa.
"Tolong!"
"Tolong!"
"Tolong!"
"Tolong!"
Vanisa yang ketakutan dan untung saja tidak terkena tembakau itu dia berusaha untuk menyelamatkan diri.
Argggghhh.
Vanisa ya langsung terduduk bangun dari mimpi buruknya dengan nafasnya yang naik turun. Keringat dingin yang membasahi wajahnya. Vanisa yang langsung mengusap wajahnya menggunakan kedua tangannya yang masih mengendalikan diri dengan mengatur nafas.
"Tidak!"
"Tidak!"
Vanisa yang ketakutan memeluk tubuhnya yang baru saja mengalami mimpi buruk dan mungkin karena hal itu yang membuat Vanisa tidak bisa mengendalikan diri saat menembak tadi siang. Sebenarnya apa yang dikatakan Sarah adalah benar. Vanisa memiliki kemampuan menembak sejak kecil dan banyak prestasi yang diraih.
Tetapi siapa sangka karena insiden yang pernah dia alami dan mungkin tidak diketahui oleh Sarah yang ternyata membuat vanisa trauma akan semua itu dan Sarah justru memaksanya yang membuatnya mengingat kembali.
"Ha-ha-ha-ha-ha-ha-ha!" Vanisa yang melihat ke arah jendela saat terdengar suara tawa yang gemuruh.
Vanisa mengambil ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 08.00 malam.
"Astaga aku harus keluar. Aku ketiduran cukup lama. Acara ulang tahun Kakek pasti akan di mulai. Aku tidak ingin membuat orang-orang menungguku dan nanti yang adanya aku akan mendapatkan masalah," ucapnya yang langsung menyibak selimut dan buru-buru bergegas.
Belum juga sempat menenangkan diri dan ada satu hal yang harus dia lakukan. Hidupnya memang selalu hanya seperti itu saja yang hidup untuk orang lain.
**
Acara ulang tahun Dharma ya memang diadakan hanya secara sederhana saja dengan kekeluargaan yang mana diadakan dengan makan malam bersama secara outdoor.
Pelayan yang sejak tadi tidak henti-hentinya menghidangkan makan malam dengan mereka semua yang sudah duduk di tempat masing-masing sembari mengobrol.
Vanisa yang baru saja muncul menggunakan dress berwarna hitam dengan lengan rempel di bagian bahunya. Kehadirannya cukup mencuri perhatian orang-orang yang melihat ke arahnya dan Vanisa menundukkan kepalanya yang lagi-lagi merasa bersalah karena sudah terlambat.
"Jangan hanya berdiri saja. Duduklah!" titah Ronald Ayah mertuanya yang sama saja dengan Lara yang sangat dingin berbicara dengan Vanisa.
Vanisa mengangguk kepala yang langsung duduk di samping Arvin. Arvin yang melihat sebentar ke arah istrinya itu yang seperti ingin mengetahui bagaimana kondisi istrinya.
"Apa kamu sangat suka mencari perhatian. Orang-orang sudah sejak tadi berada di sini dan bahkan Mahira saja yang kecil berada di sini dan kamu baru saja muncul," ucap Lara yang sudah dapat dipastikan bahwa dia akan permasalahkan keterlambatan Vanisa.
"Mbak. Bukankah tadi Arvin baru saja mengatakan, bahwa Vanisa sedang sakit," sahut Sarah menekan suaranya yang kesal dengan Lara.
Vanisa menoleh ke arah Arvin yang tetap fokus makan, dia padahal sudah mengatakan kepada Arvin untuk tidak mengatakan apa-apa dan siapa sangka jika Arvin mau mengeluarkan suara untuk memberitahu keadaannya.
"Apapun itu seharusnya dia menghormati acara ini," sahut Lara.
"Tapi keadaan juga tidak memungkinkan terlihatlah Vanisa tetap ada di sini," sahut Sarah yang tidak mau kalah.
"Apa ini hadiah ulang tahun dari kalian berdua?" tanya Dharma secara bergantian melihat Sarah Lara.
"Kalian ingin bertengkar terus di meja makan ini?" tanyanya lagi.
Lara dan Sarah barulah menunduk.
"Jangan membicarakan hal yang tidak penting," ucap Dharma.
"Vanisa apa kamu sengaja melakukan hal tadi?" tanya Lara yang mengungkit kejadian tadi siang. Dia memang tidak akan puas jika tidak memojokkan Vania.
Sarah kembali menghela nafas.
"Bukankah saya sudah mengatakan. Jika Vanisa hanya khilaf saja. Dia udah lama kali tidak menembak dan wajar jika hal seperti itu terjadi," sahut Sarah yang menjawab.
"Seharusnya jika Vanisa tidak memiliki kemampuan apapun. Jangan memaksanya," sahut Lara.
"Saya tahu apa kemampuan anak saya. Jadi apa yang saya lakukan tadi bukan memaksanya!" tegas Sarah
"Sudah-sudah ada apa ini? Kenapa harus berdebat seperti ini. Papa tetapi kalian tetap saja seperti ini," sahut Ronald.
"Sarah sudahlah!" Daniel juga menegur istrinya yang membuat Sarah kesal dengan besannya itu yang selalu mencari permasalahan.
"Saya mohon untuk tidak ada keributan lagi dan ini ulang tahun Papa!" tegas Ronald.
"Istri kamu yang terlalu memperbesarkan masalah," sahut Sarah.
"Sarah sudahlah!" tegur Daniel lagi. Dia juga tidak enak dengan Dharma. Sementara Mitha, Mohan hanya bisa diam saja yang mungkin sudah terbiasa terjadi perdebatan seperti itu.
"Kakek Vanisa minta maaf atas kejadian tadi. Vanisa sama sekali tidak bermaksud apapun," ucap Vanisa dengan menundukkan kepala.
Dia memang harus meminta maaf dan lagi pula Sarah sudah memberikan ingat kepadanya.
"Sudahlah! yang terjadi biarlah terjadi. Jadikan semua ini pelajaran dan jika kamu tidak mampu jangan mencoba untuk mampu," sahut Dharma dengan santai.
"Vanisa kamu sudah dewasa. Jadi ke depannya bersikaplah lebih baik dan jangan seperti anak kecil. Kamu seharusnya....."
"Eheggg!" Vanisa harus menghentikan kata-kata Lara. Ketika tiba-tiba Vanisa menutup mulutnya yang seketika mual.
"Maaf!" Vanisa merasa lagi-lagi membuat kesalahan yang bisa-bisanya ingin muntah di saat makan seperti itu yang pasti mengganggu kenyamanan orang-orang yang ada di sana.
"Kamu hamil!" celetuk Sarah yang langsung to the point juga yang membuat Vanisa kaget.
Sama dengan Arvin yang langsung melihat ke arah Vanisa. Bagaimana mungkin Vanisa hamil dia saja tidak pernah menyentuhnya dan kecuali Vanisa berhubungan dengan orang lain.
Vanisa geleng-geleng kepala dengan matanya yang terbelalak kaget. Dia juga tidak pernah merasa berhubungan dengan siapapun.
"Ya. Ampun. Jadi Arvin juga sehat dan buktinya Vanisa sekarang mengandung," sahut Sarah yang membuat karangan sendiri dan terlihat heboh.
"Apa maksud perkataan kamu Sarah?" tanya Dharma.
"Mbak Lara selalu mempertanyakan kepada saya mengenai hubungan pernikahan Arvin dan Vanisa. Dia bahkan mengatakan bahwa Vanisa tidak sehat. Jadi Vanisa sudah memeriksakan diri dan memang dia sehat. Tidak ada masalah sama sekali dengan rahimnya dan justru saya mencurigai Arvin yang sepertinya itu," jawab Sarah dengan santai mengungkapkan hal itu dan sementara Vanisa terlihat begitu kaget.
Mata Arvin yang melihat kearah Vanisa yang membuat Vanisa geleng-geleng kepala yang pasti tampak dari wajah Arvin sangat tidak menyukai tindakan Vanisa.
"Tetapi sekarang terbukti jika Vanisa hamil. Itu artinya Arvin juga sehat," lanjut Sarah.
"Tidak. Mah aku tidak hamil," Vanisa yang langsung membantah dengan cepat sebelum semua pikiran orang-orang sama dengan Sarah.
"Vanisa kamu tidak perlu malu jika sudah mengandung. Anak itu adalah anugrah," sahut Sarah yang tetap yakin.
"Tapi aku benar-benar tidak mengandung karena aku...."
"Ehem!' Arvin yang tiba-tiba berdehem sembari batuk-batuk.
Vanisa yang tidak jadi melanjutkan kalimat itu sepertinya mendapat kode dari Arvin untuk tidak berbicara terlalu jauh yang bisa saja Vanisa membongkar hubungan mereka Seperti apa di dalam pernikahan.
Vanisa memejamkan mata yang sekarang tidak tahu harus berlakukan apa. Bisa-bisanya Sarah menyimpulkan sendiri yang sebenarnya itu menjadi masalah besar karena dia memang tidak hamil dan mual karena memang sedang tidak enak badan.
Bersambung.......
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku